Jakarta, Mata4.com – Cuaca panas ekstrem tengah melanda berbagai wilayah Indonesia. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat per 15 Oktober 2025, suhu udara maksimum mencapai 37,6°C.
Kondisi ini dipicu oleh kombinasi gerak semu matahari dan pengaruh Monsun Australia, yang membuat paparan sinar matahari lebih intens, terutama di wilayah selatan Indonesia.
Beberapa daerah yang paling terdampak meliputi Jawa, Nusa Tenggara, Kalimantan, dan Papua, terutama pada pukul 11.00-15.00, saat posisi matahari hampir tegak lurus di atas kepala. Suhu di atas 35°C tidak hanya mengganggu kenyamanan, tetapi juga meningkatkan risiko dehidrasi, kelelahan panas, dan heat stroke bagi masyarakat yang beraktivitas di luar ruangan.
Kota Terpanas Dunia Berdasarkan AQI
Meskipun suhu di Indonesia terasa menyengat, beberapa kota di dunia mencatat suhu lebih tinggi. Berdasarkan data Air Quality Index (AQI) per 21 Oktober 2025, berikut daftar 25 kota terpanas di dunia:

- Mount Isa, Australia – 40°C
Terletak di Queensland barat laut, Mount Isa memiliki iklim semi-kering dan minim awan. Panas matahari langsung terasa sangat menyengat, meningkatkan risiko kebakaran dan penguapan air. - Katherine, Australia – 38°C
Kota di Northern Territory ini sering mengalami suhu tinggi, terutama saat musim kering dengan curah hujan rendah. Lokasinya di pedalaman membuat fluktuasi suhu siang dan malam cukup ekstrem. - Thargomindah, Australia – 38°C
Kota kecil di Queensland barat daya dengan iklim gurun kering. Suhu siang mudah mencapai 38°C, sementara malam hari bisa turun drastis karena kelembapan rendah. - Andamooka, Australia – 38°C
Terletak di Australia Selatan, kota pertambangan opal ini memiliki lanskap kering dan berbatu yang cepat menyerap panas, membuat suhu terasa lebih tinggi. - Wilcannia, Australia – 37°C
Kota di New South Wales barat ini sering mencatat suhu sekitar 37°C. Meski dekat sungai Darling, cuaca kering dan langit cerah membuat panas tetap menyengat.
Tentang AQI
Air Quality Index (AQI) adalah platform pemantauan kualitas udara global yang juga menampilkan data suhu secara real time. Informasi dikumpulkan melalui jaringan pemantauan udara dan satelit, kemudian disajikan dalam bentuk indeks mudah dipahami oleh masyarakat.
Data ini menjadi acuan untuk memahami perbandingan cuaca ekstrem antarnegara dan membantu masyarakat melakukan antisipasi risiko kesehatan akibat panas ekstrem.
