
Jakarta, Mata4.com – Sengkarut stok beras Perum Bulog yang tidak layak konsumsi semakin terang benderang. Berdasarkan data terbaru, 3,48 juta ton beras masih tersimpan di gudang Bulog, dan sekitar 1,45 juta ton atau 37,95 persen di antaranya telah berada di gudang lebih dari 6 bulan.
Hal ini diungkapkan Direktur Kewaspadaan Pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas), Nita Yulianis, dalam Rapat Koordinasi Inflasi Daerah di Kemendagri, Jakarta, Senin (6/10/2025).
“Sebanyak 1,45 juta ton dari total stok memiliki usia simpan di atas 6 bulan,” kata Nita.
Beras Turun Mutu dan Langkah Reprocessing
Selain itu, ditemukan 29,99 ribu ton beras yang mengalami turun mutu, terdiri dari 3 ribu ton beras lokal dan 26,89 ribu ton beras impor.
“Perum Bulog perlu melakukan pengujian kualitas CBP secara berkala, agar beras yang disalurkan layak konsumsi, baik dari sisi sensorik maupun keamanan pangan,” tambah Nita.
Bapanas meminta agar beras yang turun mutu dilakukan pembersihan dan pencucian ulang (reprocessing) sebelum didistribusikan ke masyarakat.
Direktur Utama Perum Bulog, Ahmad Rizal Ramdhani, menegaskan bahwa langkah reprocessing akan dijalankan secara bertahap, termasuk pengujian laboratorium ulang untuk memastikan beras layak konsumsi.
“Jika sudah memenuhi standar, beras layak dikonsumsi. Kalau tidak, akan dialihkan sebagai pakan ternak,” ujar Rizal.

Temuan DPR: Beras Lokal Rusak di Gudang Maluku Utara
Pada akhir September 2025, Komisi IV DPR, yang dipimpin Ketua Siti Hediati Soeharto (Mbak Titiek), melakukan sidak ke Gudang Bulog Tabahawa, Maluku Utara.
Rombongan menemukan 1.200 ton beras lokal dan impor yang tersimpan sejak Mei 2024. Dari pengecekan visual, kualitas beras impor masih terjaga, sedangkan beras lokal menunjukkan perubahan warna menjadi abu-abu dan menurun kualitasnya.
“Kami mendapati beras lokal yang sudah setahun lebih disimpan di gudang, warnanya sudah tidak sebaik semula. Kenapa tidak segera disalurkan ke masyarakat?” tegas Mbak Titiek.
Dampak bagi Konsumen dan Stok Nasional
Berdasarkan catatan Bapanas, kondisi ini menjadi perhatian karena berpotensi menurunkan kualitas pangan yang dikonsumsi masyarakat, sekaligus memengaruhi stabilitas inflasi akibat keterlambatan distribusi beras.
Baca Juga:
3,48 Juta Ton Beras Bulog Disorot
Bapanas menekankan pentingnya monitoring stok bulog secara berkala, pengujian kualitas, dan penerapan reprocessing untuk memastikan semua beras yang tersimpan layak konsumsi.
Langkah-langkah ini diharapkan memperkuat sistem distribusi pangan nasional, menjaga keamanan pangan, serta memaksimalkan pemanfaatan stok tanpa menimbulkan kerugian atau risiko bagi masyarakat.