
Papua, Mata4.com – Enam anggota Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) dari Satuan Tugas Maleo Kopassus menjadi korban penyerangan massa ketika terjadi kerusuhan yang melanda Kabupaten Yalimo, Provinsi Papua, pada Kamis malam, 17 September 2025. Insiden ini menyebabkan tiga anggota mengalami luka berat dan saat ini menjalani perawatan intensif di rumah sakit setempat, sementara tiga lainnya mengalami luka ringan dan sudah dalam kondisi stabil.
Latar Belakang Konflik di Yalimo
Kabupaten Yalimo merupakan salah satu wilayah di Provinsi Papua yang selama ini rawan terhadap konflik sosial dan ketegangan antar kelompok masyarakat. Konflik yang berlarut-larut tersebut dipicu oleh berbagai faktor, mulai dari persaingan adat, ketimpangan sosial ekonomi, hingga pengaruh eksternal yang memperumit situasi.
Dalam beberapa bulan terakhir, ketegangan di Yalimo semakin meningkat seiring dengan adanya isu-isu yang memicu gesekan antar kelompok. Pemerintah daerah bersama aparat keamanan telah berupaya keras melakukan mediasi dan pendekatan persuasif agar konflik tidak meluas. Namun, upaya-upaya tersebut belum membuahkan hasil maksimal dan puncaknya terjadi kerusuhan yang melibatkan massa luas.
Tugas Satgas Maleo Kopassus di Yalimo
Satgas Maleo, yang terdiri dari prajurit elite Kopassus TNI AD, ditugaskan untuk membantu aparat keamanan lokal dalam mengamankan wilayah serta melakukan pendekatan persuasif guna meredakan ketegangan. Satgas ini memiliki misi khusus untuk memelihara keamanan dan membantu pemerintah daerah melakukan mediasi antara kelompok yang berkonflik.
Selama berada di Yalimo, Satgas Maleo telah melakukan berbagai kegiatan seperti patroli bersama aparat kepolisian, dialog dengan tokoh adat dan masyarakat, serta membantu menyiapkan kondisi agar program-program pembangunan dapat berjalan tanpa hambatan.
Kronologi Penyerangan
Pada Kamis malam, saat anggota Satgas Maleo melakukan patroli dan upaya mediasi di salah satu titik panas kerusuhan, tiba-tiba massa yang tidak terkendali melakukan penyerangan secara brutal. Enam anggota TNI menjadi sasaran utama. Penyerangan dilakukan menggunakan benda tumpul dan pukulan secara membabi buta.
Tiga anggota mengalami luka berat di kepala dan tubuh, sedangkan tiga lainnya mengalami luka ringan. Karena situasi yang mendadak, proses evakuasi korban berlangsung dalam keadaan sulit dan dibantu oleh anggota lain serta aparat kepolisian yang sudah bersiaga di lokasi.
Kondisi Korban dan Penanganan Medis
Ketiga anggota yang mengalami luka berat langsung dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Yalimo untuk mendapatkan perawatan intensif. Mereka menjalani serangkaian pemeriksaan dan tindakan medis guna memastikan tidak ada luka serius yang mengancam jiwa. Sedangkan tiga anggota lainnya yang luka ringan dirawat secara rawat jalan dan sudah menunjukkan perkembangan kondisi yang positif.
Pihak rumah sakit bersama tim medis terus memberikan perhatian khusus dan memantau perkembangan kesehatan korban agar proses penyembuhan berjalan optimal.
Respon Militer dan Langkah Penegakan Hukum
Panglima Kodam XVII/Cenderawasih mengecam keras penyerangan tersebut dan menyatakan tindakan kekerasan terhadap anggota TNI yang sedang menjalankan tugas negara adalah perbuatan yang tidak bisa ditoleransi. Pihak militer segera melakukan koordinasi dengan kepolisian setempat untuk mengusut tuntas kejadian dan menangkap para pelaku.
Selain itu, pengamanan di Yalimo diperketat dengan menambah pasukan dan memperkuat pos-pos pengamanan agar situasi tidak semakin memburuk. Pendekatan persuasif dan dialog dengan masyarakat juga terus dilakukan untuk meredakan ketegangan.
Pernyataan Pemerintah Daerah dan Tokoh Masyarakat
Pemerintah Kabupaten Yalimo, melalui Bupati, menyampaikan duka cita dan keprihatinan atas kejadian penyerangan terhadap anggota TNI tersebut. Bupati mengimbau seluruh warga untuk menahan diri, tidak terpancing provokasi, dan mengedepankan dialog sebagai solusi damai untuk menyelesaikan masalah yang ada.
“Peristiwa ini sangat menyedihkan dan tidak kita inginkan. Mari kita junjung tinggi rasa persatuan dan kesatuan, serta selesaikan persoalan dengan kepala dingin dan hati terbuka,” ujarnya dalam konferensi pers, Jumat pagi (18/9).
Tokoh adat dan pemimpin agama juga turut menyerukan perdamaian dan meminta masyarakat bersama-sama menjaga keamanan demi kemajuan daerah.
Upaya Meredakan Ketegangan dan Membangun Kembali Kepercayaan
Pasca insiden, berbagai elemen masyarakat, termasuk tokoh adat, tokoh agama, dan organisasi kemasyarakatan, bekerja sama dengan aparat keamanan untuk melakukan mediasi dan dialog terbuka. Forum komunikasi ini bertujuan meredam ketegangan, membangun kembali kepercayaan antar kelompok, serta mencegah terjadinya kekerasan susulan.
Polres Yalimo menurunkan personel tambahan dan meningkatkan patroli untuk menjaga ketertiban umum.
Imbauan Kapendam dan Pesan Perdamaian
Kapendam XVII/Cenderawasih memberikan imbauan kepada seluruh masyarakat agar tidak terprovokasi oleh tindakan kekerasan dan menjaga ketentraman bersama. Ia menegaskan bahwa aparat keamanan akan terus berkomitmen melindungi seluruh warga dan menindak tegas siapa saja yang mengganggu stabilitas keamanan.
“Mari kita jaga keamanan dan kedamaian di Yalimo. Setiap warga punya peran untuk menciptakan suasana kondusif demi kemajuan dan kesejahteraan bersama,” ujarnya.
Dampak Sosial dan Harapan ke Depan
Insiden ini menjadi pengingat bagi semua pihak bahwa perdamaian dan persatuan adalah kunci utama dalam mengatasi konflik sosial. Ketegangan yang berlarut-larut hanya akan menghambat pembangunan dan kesejahteraan masyarakat.
Harapan bersama adalah agar Yalimo dapat pulih dari konflik ini, memperkuat kerja sama antar elemen masyarakat, dan memastikan bahwa program pembangunan serta kesejahteraan berjalan tanpa gangguan.
Penutup
Penyerangan terhadap anggota Satgas Maleo Kopassus di Yalimo adalah sebuah tragedi yang memerlukan perhatian serius dari seluruh pihak. Sinergi antara TNI, Polri, pemerintah daerah, tokoh masyarakat, dan warga sangat dibutuhkan untuk menjaga keamanan dan menciptakan suasana damai.
Dengan kerja sama dan komitmen yang kuat, diharapkan Yalimo dapat kembali menjadi daerah yang aman, tenteram, dan berkembang bagi seluruh masyarakatnya.