Mata4.com, Gaza – Krisis kemanusiaan di Jalur Gaza memasuki fase paling kritis. Sejak akhir Mei 2025, hampir 800 warga sipil Palestina dilaporkan tewas saat mengantre bantuan makanan. PBB menyebut insiden ini sebagai tragedi kemanusiaan dan menyerukan dilakukannya investigasi independen untuk mengusut penyebab jatuhnya korban secara masif.
Data dari Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia (OHCHR) menyebut bahwa sebanyak 615 korban tewas di lokasi distribusi bantuan yang dijalankan oleh Gaza Humanitarian Foundation (GHF) – organisasi swasta yang disebut beroperasi di bawah dukungan Israel. Sementara itu, 183 korban lainnya tewas di sepanjang jalur distribusi bantuan internasional.
“Distribusi yang tidak terkoordinasi dan tidak aman ini telah menimbulkan korban jiwa dalam skala yang tidak bisa diterima,” kata Ravina Shamdasani, Juru Bicara OHCHR, dalam pernyataan resminya di Jenewa.
Blokade dan Ancaman Kelaparan Massal
Blokade Israel terhadap Gaza yang diperketat sejak Maret 2025 menjadi penyebab utama minimnya pasokan bahan makanan dan obat-obatan. Laporan Integrated Food Security Phase Classification (IPC) menunjukkan bahwa lebih dari 470.000 warga Gaza kini berada pada fase kelaparan ekstrem (IPC Fase 5).
Fatima Arfa, seorang perempuan Gaza yang sedang hamil tujuh bulan, menggambarkan kondisi menyedihkan saat antre bantuan.
“Kami berdiri berjam-jam, kadang mendapat roti, kadang tidak. Banyak yang tumbang karena lapar dan panas. Beberapa ditembak saat berdesakan,” tuturnya dikutip dari Reuters.
PBB dan Dunia Internasional Angkat Suara
Sekretaris Jenderal PBB António Guterres mengecam keras cara pendistribusian bantuan di Gaza. Ia menyebut sistem yang diterapkan GHF “tidak aman secara inheren dan tidak sesuai standar kemanusiaan”.
Komunitas internasional pun mendesak dibukanya kembali jalur distribusi resmi PBB. Uni Eropa dan beberapa negara anggota BRICS dilaporkan tengah merancang resolusi gabungan untuk mendesak Israel menghentikan blokade dan menjamin akses bantuan kemanusiaan.
Tanggapan Berbagai Pihak
Pemerintah Israel belum mengakui keterlibatan langsung dalam insiden penembakan warga sipil, namun menyatakan tengah melakukan penyelidikan internal.
Sementara pihak GHF membantah tuduhan tidak aman, dan menyebut distribusi dilakukan sesuai koordinasi keamanan.
