Sukabumi, Mata4.com — Tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Kota Sukabumi kembali menjadi perhatian publik setelah data terbaru dari instansi ketenagakerjaan menunjukkan bahwa generasi Z atau kelompok usia 15–24 tahun mendominasi angka pengangguran di wilayah tersebut. Kondisi ini memicu kekhawatiran berbagai pihak karena dinilai dapat memberikan dampak jangka panjang bagi perkembangan sosial, ekonomi, dan daya saing daerah.
Data Menunjukkan Kelompok Usia Muda Paling Banyak Menganggur
Berdasarkan laporan yang diterima, proporsi pencari kerja dari kelompok usia muda mengalami peningkatan dalam dua tahun terakhir. Lonjakan ini terjadi seiring bertambahnya jumlah lulusan SMA, SMK, dan perguruan tinggi yang memasuki pasar kerja setiap tahun. Namun, pertumbuhan lapangan kerja di Kota Sukabumi tidak sepenuhnya mampu mengikuti laju peningkatan jumlah angkatan kerja muda tersebut.
Pejabat dari Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kota Sukabumi menyebutkan bahwa situasi ini bukan hanya terjadi secara lokal, tetapi juga merupakan tren nasional. Namun demikian, Kota Sukabumi memiliki karakteristik tersendiri, termasuk keterbatasan industri besar dan masih dominannya sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), yang kapasitas penyerapannya relatif kecil dibandingkan kebutuhan angkatan kerja.
Ketidaksesuaian Keterampilan Jadi Faktor Utama
Disnaker menegaskan bahwa salah satu masalah paling signifikan adalah ketidaksesuaian keterampilan (skill mismatch) antara pencari kerja muda dan kebutuhan industri. Banyak perusahaan menuntut kemampuan teknis, digital, komunikasi, serta pengalaman kerja yang relevan. Namun, sebagian besar pencari kerja muda masih dinilai belum memenuhi kualifikasi tersebut.
Keterbatasan pengalaman kerja juga dianggap menjadi hambatan umum. Banyak lulusan baru belum memiliki pengalaman magang atau pelatihan yang dapat meningkatkan peluang mereka diterima perusahaan. Padahal, pengalaman tersebut semakin menjadi pertimbangan penting bagi perekrut.
Preferensi Kerja Generasi Z Turut Menjadi Pertimbangan
Selain keterampilan, pengamat ketenagakerjaan dari salah satu perguruan tinggi di Sukabumi menjelaskan bahwa perubahan pola pikir generasi Z mengenai dunia kerja turut memengaruhi angka pengangguran. Banyak dari mereka kini cenderung memilih pekerjaan fleksibel, pekerjaan jarak jauh, dan profesi kreatif yang berbasis teknologi digital.
Meski peluang di sektor tersebut terus berkembang, ekosistem industri kreatif di Sukabumi dinilai belum sebesar kota-kota besar seperti Jakarta atau Bandung. Akibatnya, sebagian anak muda yang menginginkan pekerjaan dalam sektor tersebut kesulitan memperoleh kesempatan sesuai aspirasi mereka.
Keterbatasan Lapangan Kerja dan Persaingan Tinggi
Kota Sukabumi, dengan ukuran wilayah dan pertumbuhan ekonomi yang lebih kecil dibandingkan kota metropolitan, memiliki jumlah industri yang terbatas. Kondisi ini menyebabkan persaingan kerja menjadi jauh lebih ketat. Banyak perusahaan lokal juga lebih memilih tenaga kerja berpengalaman, sehingga pencari kerja muda harus bersaing dengan mereka yang telah lama berada dalam dunia kerja.
Beberapa lulusan perguruan tinggi bahkan memilih menunda mencari kerja karena merasa belum memiliki kompetensi yang memadai. Hal ini turut berkontribusi terhadap meningkatnya angka pengangguran terbuka di kelompok usia muda.
Langkah-Langkah Pemerintah untuk Menekan Angka Pengangguran
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, pemerintah Kota Sukabumi telah menyiapkan sejumlah program. Di antaranya adalah:
- Pelatihan berbasis kompetensi, bekerja sama dengan lembaga sertifikasi profesi.
- Penyelenggaraan job fair yang mempertemukan pencari kerja dan perusahaan secara langsung.
- Program kewirausahaan muda, guna mendorong anak muda memanfaatkan peluang usaha baru.
- Kerja sama dengan perguruan tinggi dan SMK, untuk memperkuat pendidikan vokasi dan memperluas kesempatan magang.
- Kolaborasi dengan dunia industri, bertujuan menyelaraskan kurikulum pendidikan dengan kebutuhan lapangan kerja.
Disnaker menyebut bahwa peningkatan kualitas sumber daya manusia menjadi fokus utama dalam beberapa tahun ke depan. Pemerintah daerah berharap kolaborasi antara pemerintah, lembaga pendidikan, industri, dan masyarakat dapat memperkuat kesiapan angkatan kerja muda.
Pentingnya Peran Keluarga dan Pendidikan
Selain upaya dari pemerintah, keluarga dan lembaga pendidikan juga dinilai memiliki peran penting dalam menekan angka pengangguran. Pengarahan karier sejak dini, pelatihan keterampilan tambahan, serta dukungan terhadap kegiatan magang atau praktik industri dinilai mampu membantu generasi muda menghadapi kompetisi kerja yang semakin ketat.
Harapan untuk Menekan Pengangguran Jangka Panjang
Hingga saat ini, evaluasi rutin terus dilakukan untuk menilai efektivitas program pemerintah dan lembaga terkait. Pemerintah Kota Sukabumi berharap angka pengangguran dapat menurun melalui peningkatan kompetensi, perluasan peluang kerja, serta penyesuaian sektor pendidikan dengan kebutuhan industri yang terus berubah.
Kondisi dominasi Gen Z dalam angka pengangguran disebut sebagai tantangan bersama, namun juga menjadi peluang bagi daerah untuk melakukan pembenahan dalam aspek ketenagakerjaan dan pembangunan kualitas generasi muda.

