BEKASI — Tokoh Jawa Barat sekaligus anggota DPR RI, Dedi Mulyadi, kembali menarik perhatian publik usai menyampaikan pernyataan tegas terkait pelarangan penggunaan knalpot brong di wilayah Jawa Barat. Dalam kunjungan ke sejumlah daerah, termasuk Purwakarta dan Subang, Dedi menyampaikan bahwa suara bising dari knalpot tidak standar bukan hanya mengganggu ketertiban umum, tetapi juga mencerminkan perilaku yang tidak beradab.
“Orang yang pakai knalpot brong itu tidak punya empati. Mereka hidup di tengah masyarakat, bukan di arena balap,” kata Dedi, dalam keterangan yang dihimpun Mata4.com.
Ia juga menyoroti pentingnya membangun kesadaran masyarakat untuk hidup lebih tertib dan saling menghargai. “Kalau kita tidak bisa menghormati ketenangan orang lain, berarti kita gagal menjadi manusia yang beradab,” ujarnya.
Warga Bekasi dan Jabar Terganggu Suara Knalpot Brong
Masyarakat Bekasi dan sekitarnya sudah lama menyuarakan keresahan terkait maraknya penggunaan knalpot brong, terutama oleh pengendara motor di malam hari. Banyak warga mengeluhkan suara keras yang mengganggu kenyamanan, apalagi di daerah padat permukiman.
“Jam dua pagi masih ada yang geber motor. Anak saya kaget, orang tua tidak bisa tidur,” kata H. Rahmat, warga Jatiasih, Bekasi.
Dedi Mulyadi pun mengajak masyarakat, termasuk para pemuda dan orang tua, untuk tidak hanya patuh pada aturan, tapi juga saling mengingatkan satu sama lain. Ia menegaskan bahwa penegakan disiplin di jalan bukan hanya tugas aparat, tapi tanggung jawab bersama.
Komunitas Motor Diminta Jadi Contoh
Dalam pernyataannya, Dedi juga mengajak komunitas motor di Jawa Barat, termasuk di Bekasi, untuk menjadi contoh tertib berlalu lintas. Ia menyarankan agar klub motor aktif mengedukasi anggotanya soal pentingnya menjaga etika berkendara.
“Kalau ingin dihormati di jalan, ya harus bisa menghormati juga. Suara bising tidak bikin keren, malah bikin orang terganggu,” tegasnya.
Menuju Jawa Barat yang Lebih Tertib
Langkah Dedi Mulyadi melarang knalpot brong merupakan bagian dari upaya membangun lingkungan yang lebih damai dan tertib. Ia berharap gerakan kecil ini bisa menular, khususnya di wilayah seperti Bekasi yang padat penduduk dan rawan kebisingan.
“Kalau kita ingin hidup tenang, mulailah dari diri sendiri. Jangan ganggu hak orang lain untuk merasa nyaman,” tutup Dedi.
