Jakarta, 16 Juli 2025 — Harga minyak mentah dunia mengalami pelemahan signifikan pada perdagangan Selasa hingga Rabu pagi WIB (15–16 Juli 2025), dipicu pernyataan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang memberi tenggat 50 hari kepada Rusia untuk menghentikan konflik bersenjata di Ukraina. Pernyataan tersebut dianggap sebagai sinyal deeskalasi, sehingga pasar merespons dengan menurunnya kekhawatiran atas potensi gangguan pasokan energi global.
Berdasarkan data pasar internasional:
- Harga Brent Crude tercatat turun 0,4% ke level US$68,92 per barel.
- Sementara WTI (West Texas Intermediate) merosot 0,5% ke US$66,63 per barel.
Penurunan ini terjadi setelah sebelumnya kedua indeks harga minyak mengalami lonjakan akibat ketidakpastian geopolitik dan ancaman sanksi tambahan terhadap Rusia. Namun, pernyataan terbaru dari Presiden Trump dianggap sebagai langkah diplomatik yang menurunkan ketegangan global dan berpotensi menstabilkan distribusi energi.
Dalam konferensi pers di Washington DC, Trump menyampaikan bahwa jika Rusia tidak menunjukkan kemajuan konkret dalam 50 hari ke depan, sanksi ekonomi tambahan akan diberlakukan, khususnya terhadap sektor energi dan keuangan. “Kami ingin melihat perdamaian, bukan eskalasi. Ini kesempatan terakhir bagi Rusia untuk menunjukkan komitmennya terhadap stabilitas global,” kata Trump.
Dampak Global dan Regional
Penurunan harga minyak ini berdampak langsung pada berbagai sektor:
- Konsumen dan industri transportasi di negara berkembang seperti Indonesia berpotensi menikmati penurunan biaya energi.
- Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian ESDM, menyatakan akan terus memantau perkembangan harga dan menyesuaikan kebijakan subsidi energi jika tren ini berlanjut.
- Perusahaan migas nasional dan swasta diingatkan untuk berhati-hati dalam mengambil keputusan investasi jangka pendek, mengingat kondisi pasar masih fluktuatif.
Ekonom dari Institute for Global Energy Studies, Diah Ratnasari, menyebut langkah Trump sebagai bentuk tekanan diplomatik yang berdampak langsung pada psikologi pasar. “Pasar energi sangat sensitif terhadap isu geopolitik. Pernyataan Trump menciptakan optimisme jangka pendek, meski ketidakpastian tetap membayangi,” ujarnya.
