Pemberdayaan Perempuan Pelaku UMKM Didorong Melalui Transfer Ilmu dan Inspirasi dari Daerah Unggulan
Tulungagung, 22 Juli 2025 — Upaya pemberdayaan perempuan di bidang ekonomi terus digalakkan oleh Pemerintah Kabupaten Tulungagung. Salah satu langkah konkret yang diambil adalah memberangkatkan puluhan wanita pengusaha lokal untuk melakukan studi banding ke Daerah Istimewa Yogyakarta. Pelepasan rombongan secara resmi dilakukan oleh Wakil Bupati Tulungagung, Gatut Sunu Wibowo, dalam sebuah upacara sederhana namun penuh makna di halaman Kantor Bupati.
Sebanyak 54 wanita pengusaha dari berbagai kecamatan di Tulungagung diberangkatkan dalam program yang difasilitasi oleh Dinas Koperasi dan Usaha Mikro. Peserta berasal dari latar belakang yang sangat beragam — mulai dari pelaku usaha kuliner rumahan, pengrajin batik, pembuat olahan hasil pertanian, hingga pelaku usaha digital berbasis media sosial.
Dalam sambutannya, Wakil Bupati Gatut Sunu menyampaikan apresiasi yang tinggi atas semangat dan kerja keras para pelaku UMKM perempuan di Tulungagung yang telah menjadi tulang punggung ekonomi keluarga dan daerah, terutama pascapandemi.
“Perempuan di Tulungagung tidak hanya menjadi ibu rumah tangga, tetapi juga motor penggerak ekonomi. Peran mereka dalam UMKM sangat vital. Studi banding ini bukan sekadar perjalanan wisata, melainkan momen belajar, menyerap ilmu, dan membawa pulang semangat baru untuk kemajuan bersama,” tegas Gatut Sunu.
Ia juga menyampaikan bahwa pemerintah daerah memiliki komitmen besar dalam memperkuat sektor UMKM sebagai pilar pembangunan ekonomi berbasis kerakyatan. Diharapkan para peserta studi banding bisa mengadopsi praktik-praktik baik dari Yogyakarta, yang selama ini dikenal berhasil memadukan budaya lokal dengan semangat kewirausahaan.
Yogyakarta sebagai Inspirasi: Sinergi Budaya dan Inovasi
Dipilihnya Yogyakarta bukan tanpa alasan. Daerah ini telah terbukti sukses mengembangkan UMKM melalui penguatan sektor industri kreatif, pariwisata berbasis komunitas, dan pemberdayaan perempuan. Kota Gudeg ini juga memiliki ekosistem pelaku usaha yang sangat aktif, dengan dukungan berbagai institusi pelatihan, koperasi, serta platform digital.
Selama berada di Yogyakarta selama 3 hari, para peserta akan melakukan berbagai kegiatan edukatif, di antaranya:
- Kunjungan ke Sentra Batik Tulis Giriloyo, yang telah berhasil memberdayakan ratusan perempuan pengrajin dengan model ekonomi komunitas.
- Pelatihan di Balai Pelatihan Koperasi dan UMKM Yogyakarta, dengan materi pemasaran digital, manajemen keuangan usaha kecil, dan pengemasan produk yang menarik pasar nasional dan ekspor.
- Studi lapangan ke Desa Wisata Kasongan, yang menjadi contoh sukses kolaborasi antara pengrajin, pelaku wisata, dan pemerintah dalam mengembangkan gerabah bernilai tinggi.
- Diskusi kelompok bersama komunitas Koperasi Wanita Mandiri, yang telah berpengalaman lebih dari satu dekade dalam memberdayakan perempuan berbasis koperasi simpan pinjam.
Para peserta tidak hanya diajak melihat proses produksi dan manajemen usaha, tetapi juga akan diberi kesempatan untuk berdiskusi langsung dengan pelaku usaha lokal mengenai strategi bertahan dan berkembang di tengah persaingan global.
Semangat Belajar dan Ingin Berkembang
Antusiasme para peserta terlihat sejak persiapan keberangkatan. Bagi sebagian besar dari mereka, ini adalah pertama kalinya mengikuti program studi banding ke luar daerah. Mereka membawa semangat ingin belajar dan mengembangkan usahanya agar lebih maju dan profesional.
Ny. Sulastri Rahmawati, ketua rombongan sekaligus pelaku usaha olahan keripik tempe asal Campurdarat, mengungkapkan rasa syukur dan optimismenya.
“Kami ingin belajar bagaimana cara pelaku UMKM di Yogyakarta bisa sukses mengembangkan produk lokal menjadi produk unggulan nasional. Kami juga ingin tahu bagaimana cara memperluas pasar lewat media sosial, membuat kemasan yang menarik, hingga menjalin kerja sama antarwilayah,” ujarnya.
Beberapa peserta juga telah menyiapkan daftar pertanyaan dan catatan khusus untuk dikonsultasikan selama studi banding. Salah satunya adalah Sri Lestari, pelaku usaha batik cap dari Ngunut, yang ingin mengetahui proses produksi batik pewarna alami dan peluang pemasaran melalui e-commerce.
“Kami ingin tahu cara meningkatkan kualitas produk tanpa harus menaikkan biaya produksi. Selain itu, bagaimana memasarkan produk ke luar daerah tanpa harus buka toko fisik,” jelasnya.
Dukungan Berkelanjutan dari Pemerintah Daerah
Program studi banding ini bukan sekadar kunjungan satu kali. Pemerintah Kabupaten Tulungagung melalui Dinas Koperasi dan UMKM telah menyiapkan rangkaian program lanjutan sebagai bentuk pendampingan dan penguatan hasil dari kegiatan ini.
Kepala Dinas Koperasi dan UMKM, Bambang Subagyo, mengatakan bahwa sepulangnya para peserta, pihaknya akan mengadakan forum berbagi pengalaman (sharing session), pelatihan lanjutan, serta fasilitasi untuk mengikuti pameran UMKM baik di tingkat provinsi maupun nasional.
“Kami tidak ingin ilmu yang didapat di Yogyakarta berhenti di sana. Akan ada tindak lanjut berupa pelatihan, mentoring, hingga dukungan legalitas usaha seperti perizinan, merek dagang, dan akses ke marketplace digital. Target kami, setidaknya 30 persen dari peserta tahun ini bisa menembus pasar online nasional,” tegas Bambang.
Pemerintah juga membuka peluang kerja sama antarwilayah untuk memperluas jaringan distribusi dan branding produk UMKM Tulungagung.
Harapan dan Komitmen Bersama
Di akhir acara pelepasan, Wakil Bupati Gatut Sunu menyematkan syal batik khas Tulungagung kepada ketua rombongan sebagai simbol semangat membawa nama baik daerah. Ia berpesan agar seluruh peserta menjaga etika, semangat belajar, dan terus menularkan semangat kewirausahaan kepada komunitas lain setelah kembali ke Tulungagung.
“Mari kita teruskan semangat belajar ini menjadi gerakan bersama. Ekonomi kerakyatan yang kuat akan lahir dari pelaku usaha yang tangguh, inovatif, dan saling mendukung. Dan ibu-ibu di sini adalah ujung tombaknya,” pungkasnya.
Keberangkatan rombongan wanita pengusaha ini diharapkan menjadi titik tolak baru dalam pembangunan ekonomi berbasis komunitas di Tulungagung, sekaligus menunjukkan bahwa pemberdayaan perempuan bukan sekadar wacana, tapi nyata dan berdampak langsung pada kehidupan masyarakat.
