Jakarta, 26 Juli 2025 – Bank Indonesia (BI) mengumumkan pencapaian luar biasa dalam skema Local Currency Transaction (LCT) yang menandai kemajuan signifikan dalam upaya de-dolarisasi dan penguatan stabilitas sistem keuangan nasional. Hingga semester pertama tahun 2025, BI mencatat nilai transaksi LCT telah menembus angka Rp 191 triliun, melonjak hampir dua kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
LCT merupakan mekanisme kerja sama keuangan antarnegara yang memungkinkan transaksi perdagangan dan investasi diselesaikan langsung menggunakan mata uang lokal masing-masing negara, tanpa perlu konversi melalui mata uang asing utama seperti dolar Amerika Serikat. Inisiatif ini diharapkan dapat mengurangi risiko nilai tukar, memperkuat stabilitas ekonomi, serta meningkatkan efisiensi transaksi lintas negara.
Apa itu LCT dan Mengapa Penting?
Skema LCT muncul sebagai respons terhadap dinamika pasar global yang kerap bergejolak akibat ketergantungan tinggi terhadap dolar AS. Dengan semakin meluasnya kerja sama ekonomi regional, kebutuhan akan mekanisme pembayaran yang efisien dan berkelanjutan makin meningkat.
“LCT bukan sekadar tentang transaksi finansial, tetapi bagian dari strategi untuk membangun sistem keuangan yang lebih resilient dan mandiri,” kata Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, dalam konferensi pers resmi di Jakarta. “Penggunaan mata uang lokal dalam perdagangan internasional membantu memperkuat posisi rupiah sekaligus mengurangi dampak fluktuasi nilai tukar yang tajam.”
Lonjakan Transaksi dan Faktor Pendukung
Data BI menunjukkan, nilai transaksi LCT mencapai Rp 191 triliun selama enam bulan pertama tahun ini, dibandingkan sekitar Rp 98 triliun pada periode yang sama tahun 2024. Peningkatan signifikan ini didorong oleh beberapa faktor utama:
- Perluasan kerja sama bilateral dengan negara mitra seperti Tiongkok, Malaysia, Jepang, Thailand, dan Vietnam yang kini aktif menggunakan LCT dalam penyelesaian transaksi perdagangan.
- Peningkatan kepercayaan pelaku usaha terhadap penggunaan rupiah dan mata uang lokal mitra, didukung oleh stabilitas makroekonomi dan kebijakan moneter yang kondusif.
- Perbaikan infrastruktur pembayaran digital dan sistem clearing yang mempermudah pelaku usaha melakukan transaksi lintas negara dengan cepat dan aman.
- Dukungan regulasi dan kebijakan BI yang mempercepat implementasi LCT, termasuk penyederhanaan prosedur dan pemberian insentif bagi bank dan pelaku usaha yang menggunakan skema ini.
Dampak Positif bagi Sistem Keuangan Nasional
Penggunaan LCT membawa sejumlah manfaat strategis bagi perekonomian Indonesia:
- Penguatan stabilitas nilai tukar rupiah: Dengan mengurangi kebutuhan konversi mata uang ke dolar AS, volatilitas nilai tukar dapat ditekan, sehingga meminimalkan risiko guncangan eksternal.
- Peningkatan efisiensi biaya transaksi: Transaksi langsung dalam mata uang lokal mengurangi biaya konversi dan administrasi yang biasanya membebani pelaku usaha.
- Memperkuat kedaulatan ekonomi: Penggunaan mata uang domestik dalam transaksi internasional memperkuat posisi rupiah di pasar global dan mendukung integrasi ekonomi regional.
- Dukungan bagi pelaku UMKM: Dengan sistem pembayaran yang lebih mudah dan biaya lebih rendah, pelaku usaha kecil dan menengah dapat lebih leluasa memperluas pasar ekspor mereka.
Testimoni dari Dunia Usaha
Beberapa pelaku usaha mengaku merasakan manfaat nyata dari penggunaan LCT dalam transaksi perdagangan luar negeri. Salah satunya adalah Arif Maulana, manajer ekspor PT Mitra Sandang Nusantara, perusahaan tekstil di Bandung.
“Melalui LCT, kami kini bisa menerima pembayaran dari klien di Malaysia langsung dalam mata uang ringgit tanpa harus konversi ke dolar terlebih dahulu. Ini menghemat waktu dan biaya transaksi,” kata Arif. “Selain itu, risiko fluktuasi nilai tukar juga lebih kecil, membuat perencanaan bisnis kami lebih stabil.”
Pelaku usaha lain di sektor manufaktur dan agribisnis juga melaporkan pengalaman serupa, yang memperlihatkan bagaimana LCT mulai menjadi bagian integral dari rantai nilai ekspor Indonesia.
Tantangan dan Langkah ke Depan
Meskipun pertumbuhan transaksi LCT sangat menggembirakan, BI tetap mewaspadai beberapa tantangan yang perlu diatasi untuk memperluas penggunaan skema ini, di antaranya:
- Perbedaan regulasi dan infrastruktur pembayaran antarnegara mitra yang masih belum seragam dan perlu diselaraskan.
- Keterbatasan likuiditas dan volatilitas mata uang lokal mitra yang masih bisa mempengaruhi kepercayaan pelaku pasar.
Untuk itu, BI berkomitmen memperkuat koordinasi dengan bank sentral negara mitra, memperluas jaringan kerja sama, serta meningkatkan edukasi dan sosialisasi kepada pelaku usaha dan perbankan.
Ekspansi dan Prospek Masa Depan
Ke depan, BI berencana memperluas kerja sama LCT dengan negara-negara strategis lain, termasuk India, Korea Selatan, Uni Emirat Arab, dan beberapa negara di kawasan Eropa Timur. Langkah ini diharapkan dapat memperkuat integrasi ekonomi Indonesia dalam kancah global sekaligus mendukung pemulihan ekonomi pasca pandemi.
“Transaksi LCT yang mencapai Rp 191 triliun ini baru permulaan. Kami optimistis skema ini akan terus tumbuh dan memberikan kontribusi besar bagi perekonomian nasional,” tutup Gubernur BI.
