Jakarta, Mata4.com — Dalam rangka menyambut Hari Ulang Tahun ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia yang akan diperingati pada 17 Agustus mendatang, Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI) menggelar acara Zikir dan Doa Kebangsaan di halaman Kantor Kementerian Agama, Jakarta Pusat, pada Jumat malam (1/8). Acara yang berlangsung khidmat dan penuh makna ini dihadiri oleh Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, para pejabat eselon, perwakilan organisasi keagamaan, tokoh lintas agama, serta ratusan masyarakat umum dari berbagai latar belakang.
Mengusung tema “Merdeka Secara Lahir dan Batin”, kegiatan ini bertujuan untuk mengajak seluruh komponen bangsa, khususnya umat beragama, merenungkan kembali arti dan nilai-nilai kemerdekaan, bukan hanya dari sisi historis dan politis, tetapi juga dari perspektif spiritual dan batiniah.
Menag Yaqut: Kemerdekaan Bukan Hanya Fisik, Tapi Juga Jiwa
Dalam sambutannya, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menyampaikan bahwa kemerdekaan yang sejati bukan hanya terbebas dari penjajahan fisik, tetapi juga pembebasan dari penjajahan batin dan moral. Ia menekankan bahwa setelah delapan dekade merdeka, bangsa Indonesia perlu terus memperdalam pemahaman akan makna kemerdekaan dalam dimensi spiritual.
“Kemerdekaan sejati tidak cukup hanya dipahami sebagai lepas dari penjajahan fisik, tetapi juga harus dimaknai sebagai pembebasan dari belenggu hawa nafsu, kezaliman, kebencian, kebodohan, dan kemiskinan batin. Dalam konteks spiritual, merdeka berarti jiwa yang bersih, hati yang jernih, dan kedekatan yang utuh dengan Tuhan Yang Maha Esa,” ujar Menag.
Lebih lanjut, Menag menegaskan pentingnya rasa syukur dalam mengisi kemerdekaan. Menurutnya, zikir dan doa merupakan bentuk nyata dari rasa syukur bangsa Indonesia atas perjuangan para pahlawan yang telah mengorbankan jiwa dan raga demi kemerdekaan bangsa.
“Syukur itu bukan hanya dalam lisan, tapi juga dalam tindakan nyata. Kita bersyukur atas kemerdekaan dengan menjaga persatuan, merawat kerukunan, dan terus berkontribusi untuk kebaikan bangsa,” tambahnya.
Zikir dan Doa Lintas Agama: Simbol Persatuan dalam Keberagaman
Acara dimulai dengan pembacaan ayat-ayat suci Al-Qur’an, dilanjutkan dengan zikir bersama yang dipimpin oleh para ulama dari berbagai ormas Islam. Selain itu, doa bersama juga dipanjatkan oleh tokoh-tokoh agama dari Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu, menegaskan semangat kebersamaan dan toleransi yang menjadi fondasi bangsa Indonesia.
Hadir dalam acara tersebut antara lain Ketua Umum PBNU, perwakilan dari Muhammadiyah, Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI), Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI), serta Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (Matakin). Mereka secara bergantian menyampaikan doa dan harapan agar Indonesia terus menjadi bangsa yang damai, adil, dan sejahtera.

www.service-ac.id
Momen Refleksi Nasional
Kemenag menyatakan bahwa kegiatan ini bukan sekadar seremoni menyambut hari kemerdekaan, tetapi sebagai bentuk refleksi kebangsaan yang mengajak masyarakat untuk kembali meneguhkan komitmen pada nilai-nilai spiritual, moral, dan kemanusiaan.
“Kita ingin mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk merenung: sudahkah kita benar-benar merdeka? Apakah kita telah mengisi kemerdekaan ini dengan keadilan sosial, pemerataan pendidikan, dan penguatan karakter bangsa? Atau justru kita masih terjebak pada sekat-sekat primordial dan kepentingan sempit?” ujar Menag Yaqut dalam pesan reflektifnya.
Ia juga mengingatkan bahwa kemerdekaan harus terus diperjuangkan dalam bentuk yang baru—bukan lagi melawan penjajah bersenjata, melainkan melawan kemalasan, intoleransi, korupsi, hoaks, dan perilaku yang merusak persatuan bangsa.
Harapan untuk Indonesia ke Depan
Menag Yaqut mengakhiri sambutannya dengan harapan agar bangsa Indonesia memasuki usia 80 tahun kemerdekaan dengan semakin matang secara spiritual, politik, sosial, dan budaya. Ia mengajak semua umat beragama untuk memperkuat semangat moderasi beragama dan menjadi teladan dalam menjaga harmoni sosial.
“Delapan puluh tahun Indonesia merdeka adalah anugerah besar. Sudah saatnya kita menunjukkan bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang mampu menjaga martabatnya melalui sikap toleran, gotong royong, dan taat kepada nilai-nilai luhur agama,” pungkas Menag.
Acara Zikir dan Doa Kebangsaan ditutup dengan prosesi doa bersama untuk keselamatan bangsa, diiringi lantunan lagu-lagu kebangsaan dan pengibaran bendera merah putih secara simbolis.
Dengan semangat spiritual dan kebangsaan yang menyatu, Kemenag berharap peringatan HUT RI ke-80 ini tidak hanya menjadi momen perayaan, tetapi juga titik balik untuk terus memperkuat karakter dan identitas bangsa yang beradab, religius, dan berdaulat di tengah tantangan zaman.
