
Bekasi, Mata4.com — Malam Rabu yang seharusnya tenang mendadak berubah mencekam bagi warga Bekasi dan sekitarnya. Sekitar pukul 19.54 WIB, guncangan kuat selama beberapa detik mengguncang wilayah timur Jabodetabek. Lemari berderak, lampu bergoyang, dan sebagian warga berhamburan keluar rumah dalam kepanikan.
Kejadian ini sontak menimbulkan pertanyaan: apakah wilayah Bekasi yang selama ini dianggap relatif aman dari gempa bumi, kini menjadi zona rawan baru?
Jawabannya mengejutkan. Berdasarkan investigasi geologi yang dirilis Badan Geologi Kementerian ESDM, penyebab gempa tersebut adalah aktivitas Sesar Baribis, sebuah sesar aktif yang membentang ratusan kilometer di bawah tanah dari wilayah Purwakarta, Karawang, Bekasi, hingga Majalengka.
Sesar Baribis: Raksasa yang Tidur di Bawah Tanah
Sesar Baribis bukanlah nama asing bagi para ahli geologi. Namun, bagi masyarakat awam, ia seperti bayangan tak kasat mata. Sesar ini merupakan jenis sesar naik (thrust fault), yang artinya dua bagian kerak bumi saling menekan dan satu bagian terdorong ke atas.
Selama puluhan tahun, sesar ini tidak menunjukkan aktivitas yang besar. Namun, gempa Rabu malam adalah pengingat keras bahwa raksasa ini belum mati. Menurut Kepala Badan Geologi, gempa dengan kekuatan M4,7 tersebut adalah akibat dari pelepasan energi yang telah lama tertahan dalam struktur sesar tersebut.
Rangkaian Getaran dan Potensi Bahaya yang Mengintai
Gempa utama diikuti oleh sedikitnya enam gempa susulan. Walaupun kekuatannya menurun, warga tetap merasakan getaran kecil sepanjang malam, menambah kecemasan. Guncangan terasa tidak hanya di Bekasi, tetapi juga di Depok, Jakarta Timur, Cikarang, hingga Bandung bagian timur.
BMKG dan Badan Geologi menegaskan bahwa pusat gempa berada di darat, dengan kedalaman dangkal sekitar 10 km—jenis gempa yang bisa menghasilkan getaran cukup kuat meskipun magnitudonya sedang.
Yang lebih mengkhawatirkan, zona Sesar Baribis membentang melintasi wilayah padat penduduk dan infrastruktur penting. Kota-kota industri seperti Bekasi dan Karawang, serta ibu kota negara, Jakarta, berada dalam jangkauan pengaruhnya.
Kerentanan Sosial dan Struktur Bangunan
Gempa yang terjadi mungkin belum berdampak besar secara fisik, tetapi menjadi alarm keras terhadap kerentanan sosial dan struktural di wilayah urban seperti Bekasi. Banyak bangunan di kota ini—baik rumah, ruko, maupun sekolah—dibangun tanpa standar tahan gempa. Ketika guncangan terjadi, bahkan dengan kekuatan sedang, potensi kerusakan bisa membesar.
Beberapa warga melaporkan keretakan pada dinding rumah, kerusakan ringan pada plafon, dan trauma psikologis, terutama bagi anak-anak dan lansia. Salah satu mushola bahkan dilaporkan mengalami kerusakan akibat getaran.

www.service-ac.id
Tidak Ada Tsunami, Tapi Waspadai Longsor dan Retakan
Karena pusat gempa berada di daratan, tidak ada potensi tsunami. Namun, Badan Geologi memperingatkan agar masyarakat tetap waspada terhadap potensi retakan tanah, penurunan permukaan lokal, dan longsor kecil, terutama di daerah dengan kemiringan tinggi atau tanah jenuh air.
Hingga saat ini, likuefaksi tidak ditemukan, tetapi kewaspadaan tetap perlu dijaga, terutama memasuki musim hujan.
Sesar yang Terhubung: Ancaman Sistemik Jawa Barat
Sesar Baribis bukan satu-satunya sesar aktif di wilayah barat Pulau Jawa. Ia saling terhubung dengan Sesar Lembang, Sesar Citarik, dan jaringan patahan lain yang membentang dari selatan Bandung hingga utara Subang. Potensi gempa sistemik antar sesar ini belum sepenuhnya dipahami, namun peneliti menyebut bahwa interaksi antar patahan bisa memicu gempa lebih besar jika terjadi pergerakan bersamaan.
Respons Pemerintah dan Upaya Mitigasi
Pemerintah daerah Bekasi bekerja sama dengan BNPB dan BMKG kini tengah memperbarui peta rawan gempa dan melakukan audit struktur bangunan penting. Selain itu, edukasi kepada masyarakat soal evakuasi darurat, peringatan dini, dan penyusunan rencana keluarga tanggap bencana terus digencarkan.
Masyarakat juga diminta untuk:
- Memastikan kondisi rumah aman secara struktural
- Tidak menyebarkan hoaks terkait gempa atau prediksi kiamat
- Mengikuti informasi resmi dari BMKG dan pemerintah
- Membiasakan latihan tanggap bencana secara berkala
Apa yang Bisa Kita Pelajari?
Kita hidup di negeri dengan sejuta patahan. Indonesia adalah rumah bagi lebih dari 300 sesar aktif, dan ancaman gempa adalah bagian dari hidup berdampingan dengan alam. Peristiwa di Bekasi adalah cermin bahwa bahkan kota-kota di luar jalur cincin api bisa terdampak aktivitas geologi yang masif.
Gempa bukan untuk ditakuti, tetapi untuk dipahami dan diantisipasi. Kewaspadaan, pengetahuan, dan kesiapsiagaan adalah kunci untuk menyelamatkan nyawa ketika bencana benar-benar terjadi.
Akhir Kata: Bekasi dan Masa Depan Kesiapsiagaan Bencana
Gempa Rabu malam telah menjadi pembuka mata bahwa Bekasi bukan hanya kawasan industri dan pemukiman padat, tetapi juga zona geologis aktif yang membutuhkan perhatian serius dalam perencanaan tata kota, konstruksi bangunan, dan pendidikan kebencanaan.
Sesar Baribis telah berbicara. Kini saatnya kita mendengarkan.