
Sumenep, Mata4.com — Kasus campak di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, mengalami peningkatan tajam sepanjang tahun 2025. Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sumenep, tercatat sedikitnya 2.035 warga terinfeksi campak, dengan 17 orang di antaranya meninggal dunia akibat komplikasi.
Kepala Dinas Kesehatan Sumenep, drg. Ellya Fardasah, menjelaskan bahwa mayoritas pasien yang meninggal merupakan anak-anak dengan kondisi kesehatan rentan serta belum mendapatkan imunisasi lengkap.
“Faktor utama lonjakan kasus ini adalah cakupan imunisasi campak-rubella yang masih rendah di beberapa wilayah, terutama daerah kepulauan. Kami sudah melakukan langkah penanggulangan darurat,” ujarnya, Sabtu (23/8/2025).
Penyebaran Kasus
Campak di Sumenep menyebar hampir di seluruh kecamatan, dengan konsentrasi kasus tertinggi di wilayah kepulauan yang memiliki akses terbatas terhadap layanan kesehatan. Petugas medis di lapangan melaporkan bahwa gejala umum yang dialami pasien meliputi demam tinggi, ruam kemerahan di kulit, batuk, pilek, hingga mata merah.
Langkah Penanganan
Untuk mencegah penularan lebih luas, Dinas Kesehatan bersama puskesmas dan kader posyandu setempat mengambil beberapa langkah, antara lain:
- Melakukan imunisasi darurat bagi anak-anak yang belum lengkap vaksinasi MR (measles-rubella).
- Tracing dan monitoring terhadap warga yang melakukan kontak erat dengan pasien.
- Menyediakan layanan pemeriksaan dan obat-obatan gratis di sejumlah fasilitas kesehatan.
- Melakukan sosialisasi pencegahan campak melalui tokoh masyarakat dan media lokal.
Imbauan kepada Masyarakat
Pemerintah daerah mengimbau orang tua agar tidak menunda vaksinasi anak. Warga juga diminta segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan apabila muncul gejala campak.

“Kami meminta kerja sama seluruh masyarakat agar tidak ragu membawa anaknya untuk imunisasi. Vaksin MR aman dan efektif untuk mencegah campak,” kata pejabat Dinkes.
Respons Pemerintah Pusat
Kementerian Kesehatan RI juga menurunkan tim untuk memperkuat upaya pengendalian kasus. Fokus utama pemerintah adalah memastikan ketersediaan vaksin, mempercepat cakupan imunisasi, serta memperbaiki akses layanan kesehatan di wilayah kepulauan.
Dengan jumlah kasus yang mencapai ribuan, pemerintah menekankan pentingnya kesadaran kolektif dalam mencegah penularan lebih lanjut.