
Semarang, Mata4.com – Dalam sebuah pernyataan penuh penghargaan, Presiden terpilih Republik Indonesia periode 2024–2029, Prabowo Subianto, menyampaikan pandangannya mengenai sosok Prof. Dr. dr. Mahar Mardjono, Sp.KJ(K)—seorang tokoh besar di dunia kedokteran, akademisi, sekaligus pemimpin yang disegani. Dalam pandangan Prabowo, Mahar Mardjono bukan sekadar dokter spesialis jiwa, melainkan seorang pejuang intelektual, nasionalis sejati, dan rektor yang tak gentar menyuarakan kritik konstruktif.
Pernyataan ini disampaikan Prabowo dalam acara peringatan tokoh-tokoh pendidikan dan kesehatan nasional di Jakarta. Mahar Mardjono disebut sebagai salah satu simbol keberanian moral dan keteguhan prinsip di tengah dinamika zaman yang kerap menantang integritas.
Pelopor Psikiatri Modern di Indonesia
Mahar Mardjono adalah nama yang sangat dihormati di kalangan tenaga medis, terutama dalam bidang kejiwaan. Ia dikenal sebagai salah satu pelopor utama psikiatri modern di Indonesia, seorang tokoh yang memperjuangkan agar isu kesehatan mental tidak lagi dipandang sebelah mata oleh masyarakat maupun pemerintah.
Melalui dedikasi ilmiahnya, Mahar turut mengembangkan pendekatan medis dan sosial terhadap pasien gangguan jiwa, dengan semangat empati dan pendekatan kemanusiaan. Ia juga menjadi tokoh penting di balik berdirinya Rumah Sakit Jiwa Pusat dr. Mahar Mardjono Jakarta, sebuah institusi yang kemudian dinamai berdasarkan namanya sebagai bentuk penghormatan atas jasa-jasanya.
“Beliau tidak hanya memahami ilmu kedokteran jiwa, tapi juga memahami jiwa bangsa ini. Ia melihat pentingnya kesehatan mental sebagai bagian dari pembangunan nasional,” ujar Prabowo dalam sambutannya.
Rektor dan Akademisi dengan Keberanian Moral
Selain sebagai dokter, Mahar Mardjono juga pernah menjabat sebagai Rektor Universitas Indonesia, sebuah posisi yang menjadikannya pusat perhatian dalam dinamika sosial-politik dan pendidikan tinggi Indonesia saat itu. Ia dikenal bukan hanya karena keilmuan dan integritasnya, melainkan karena keberaniannya mengambil sikap tegas di tengah tekanan zaman.
Pada masa kepemimpinannya, Mahar tidak segan melontarkan kritik terhadap kebijakan negara yang dianggap tidak berpihak pada rakyat, termasuk yang berkaitan dengan kebebasan akademik dan penindasan terhadap suara mahasiswa dan intelektual. Keberaniannya mengambil posisi moral menjadikannya figur penting dalam perjuangan menjaga marwah universitas sebagai tempat berpikir bebas dan kritis.
“Beliau adalah contoh bahwa seorang intelektual sejati tidak boleh diam ketika melihat ketidakadilan. Ia tidak bersembunyi di balik gelar, tetapi berdiri di depan, menyuarakan kebenaran,” tambah Prabowo dengan penuh penghormatan.
Pejuang Bangsa Sejati, Bukan Hanya di Ruang Operasi
Mahar Mardjono tidak hanya berjasa dalam ruang kelas dan rumah sakit. Ia juga dikenal sebagai seorang pejuang kemerdekaan dan pembangunan yang aktif di masa transisi negara ini menuju kematangan demokrasi dan kemajuan peradaban. Sebagai dokter, ia tidak pernah membatasi dirinya hanya pada peran klinis, tetapi mengambil tanggung jawab sosial yang besar dalam membentuk arah kebijakan pendidikan dan kesehatan di Indonesia.
Menurut Prabowo, figur seperti Mahar Mardjono adalah sosok yang langka dan sangat dibutuhkan dalam membangun bangsa. “Di saat banyak yang memilih diam demi kenyamanan, beliau memilih jalan perjuangan—meski penuh risiko. Orang seperti beliau membuktikan bahwa keberanian intelektual tidak kalah penting dari keberanian fisik,” ungkapnya.

www.service-ac.id
Warisan Keteladanan yang Relevan hingga Kini
Meski telah wafat, warisan nilai yang ditinggalkan Mahar Mardjono tetap relevan hingga hari ini. Dunia kesehatan mental yang kini mulai mendapat tempat dalam diskursus publik, meningkatnya kesadaran terhadap pentingnya pendidikan berbasis etika dan keberanian moral, serta perlawanan terhadap represi pemikiran—semuanya merupakan bagian dari jejak perjuangan Mahar.
Prabowo menegaskan bahwa generasi muda Indonesia perlu mengenal tokoh-tokoh seperti Mahar, bukan hanya sebagai nama dalam buku sejarah, tetapi sebagai panutan hidup dalam praktik sehari-hari.
“Seorang pahlawan tidak selalu angkat senjata. Kadang, mereka membawa pena, stetoskop, dan suara yang lantang membela nilai-nilai kemanusiaan. Mahar Mardjono adalah pahlawan dari jenis itu. Dan bangsa ini berutang kepadanya,” kata Prabowo.
Usulan Penghargaan dan Peringatan Nasional
Dalam kesempatan yang sama, Prabowo menyatakan dukungan terhadap usulan menjadikan nama Mahar Mardjono sebagai nama gedung atau pusat riset nasional, khususnya yang berkaitan dengan kesehatan jiwa atau pendidikan kedokteran. Langkah ini dianggap penting sebagai bentuk pengakuan negara atas jasa-jasa beliau dan untuk memperkuat inspirasi bagi generasi mendatang.
Selain itu, beberapa akademisi dan tenaga medis yang hadir juga mengusulkan agar setiap tanggal wafat Mahar Mardjono diperingati sebagai Hari Kesadaran Kesehatan Jiwa Nasional, mengingat betapa besar perjuangannya dalam memperjuangkan hak-hak pasien jiwa dan keluarga mereka di masa lalu.
Profil Singkat Mahar Mardjono
- Nama lengkap: Prof. Dr. dr. Mahar Mardjono, Sp.KJ(K)
- Lahir: Tahun 1919
- Wafat: 1985
- Jabatan: Rektor Universitas Indonesia, Dokter Spesialis Jiwa, Guru Besar FKUI
- Pencapaian:
- Pendiri psikiatri modern Indonesia
- Perintis layanan kesehatan jiwa berbasis kemanusiaan
- Pejuang kebebasan akademik dan intelektual
- Penggagas pendirian rumah sakit jiwa nasional
- Tokoh yang disegani dalam dunia pendidikan dan kedokteran
Penutup: Sosok Langka yang Harus Dikenang, Diteladani
Di akhir pernyataannya, Prabowo menekankan bahwa Indonesia tidak akan maju jika melupakan jasa orang-orang besar yang membangun bangsa dari balik layar. Mahar Mardjono adalah contoh nyata bahwa pengabdian tidak mengenal batas profesi.
“Kita butuh lebih banyak Mahar Mardjono hari ini—orang-orang yang berani berpikir, berani bersuara, dan tidak ragu menempatkan kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi,” tutup Prabowo dengan penuh penghormatan.