
Medan, Mata4.com – Pemerintah baru-baru ini mengumumkan kenaikan harga eceran beras medium yang berdampak langsung pada pasar-pasar di Sumatera Utara (Sumut). Harga beras medium yang sebelumnya berkisar Rp 13.000 per kilogram kini resmi naik menjadi Rp 14.000 per kilogram. Kenaikan harga pokok pangan ini memicu berbagai reaksi dari masyarakat, pelaku usaha, pemerintah daerah, hingga pakar ekonomi.
Latar Belakang Kenaikan Harga Beras Medium
Kenaikan harga beras medium ini bukan fenomena yang terjadi secara tiba-tiba, melainkan hasil dari kombinasi berbagai faktor yang saling terkait dan menekan harga pokok pangan utama ini.
1. Kenaikan Biaya Produksi Pertanian
Biaya produksi pertanian semakin membengkak selama beberapa bulan terakhir. Harga pupuk, pestisida, dan benih padi naik drastis akibat fluktuasi harga global serta keterbatasan stok di tingkat petani. Selain itu, kenaikan upah tenaga kerja di sektor pertanian yang disesuaikan dengan upah minimum regional turut menambah biaya produksi.
“Petani menghadapi kenaikan biaya hingga 20% dibanding tahun lalu, membuat mereka menuntut harga jual gabah yang lebih tinggi agar tidak merugi,” ujar Dedi Hasan, seorang petani padi di Kabupaten Deli Serdang.
2. Kenaikan Harga BBM dan Dampaknya pada Logistik
Kebijakan pemerintah untuk menyesuaikan harga bahan bakar minyak (BBM) ikut memicu kenaikan biaya transportasi distribusi beras dari sentra produksi ke wilayah konsumsi. Kenaikan harga BBM membuat biaya pengiriman barang dan mobilisasi tenaga kerja ikut meningkat, sehingga harga jual beras di tingkat pengecer ikut terdongkrak.
3. Perubahan Cuaca dan Produktivitas Padi
Fenomena cuaca ekstrem, seperti hujan lebat yang tidak menentu dan banjir di beberapa wilayah penghasil padi di Sumatera Utara dan sekitarnya menyebabkan produktivitas padi menurun. Penurunan hasil panen berimbas pada pasokan beras yang berkurang sehingga harga beras naik sebagai efek langsung dari kelangkaan stok.
Reaksi Masyarakat Sumatera Utara terhadap Kenaikan Harga Beras
Kenaikan harga beras medium memberikan tekanan besar bagi masyarakat terutama keluarga berpenghasilan rendah dan menengah yang mengandalkan beras sebagai bahan pokok utama dalam pola konsumsi sehari-hari.
Pedagang Pasar Mengeluhkan Kenaikan Harga Beli
Ibu Sari, pedagang di Pasar Petisah Medan, menyatakan bahwa kenaikan harga beras ini membuatnya harus menaikkan harga jual ke konsumen agar tidak mengalami kerugian.
“Harga beli dari distributor sudah naik, jadi kami juga harus menaikkan harga jual. Kami berharap pemerintah bisa menstabilkan harga agar pembeli tidak semakin berat,” kata Ibu Sari.
Konsumen Merasa Terbebani
Di sisi lain, pembeli mengeluhkan kenaikan harga beras yang membuat pengeluaran bulanan mereka membengkak.
“Kami harus mengatur ulang pengeluaran dan mulai mencari alternatif lain untuk menghemat pengeluaran keluarga,” ujar Rina, ibu rumah tangga di Medan.

www.service-ac.id
Upaya Pemerintah Pusat dan Daerah Mengendalikan Harga
Pemerintah pusat dan pemerintah daerah Sumatera Utara telah mengambil sejumlah langkah strategis untuk mengendalikan kenaikan harga beras agar tidak semakin memberatkan masyarakat.
Pengawasan Ketat dan Pengendalian Pasokan
Menteri Perdagangan, dalam konferensi persnya, menegaskan bahwa pemerintah akan melakukan pengawasan ketat di seluruh rantai distribusi beras guna mencegah penimbunan dan praktik spekulasi yang merugikan konsumen.
“Kami juga mengoptimalkan pemanfaatan Cadangan Beras Pemerintah (CBP) untuk menambah pasokan beras di pasar,” ujar Menteri Perdagangan.
Sementara itu, Kepala Dinas Perdagangan Sumut, Andi Putra, menyatakan pihaknya rutin berkoordinasi dengan para distributor dan petani untuk memastikan stok beras di Sumut tetap terjaga.
“Kami juga mendorong para petani mengadopsi teknologi pertanian modern untuk meningkatkan produktivitas,” tambahnya.
Subsidi dan Bantuan Sosial
Pemerintah juga menyiapkan program bantuan sosial pangan kepada kelompok rentan seperti keluarga miskin dan warga kurang mampu agar dapat memenuhi kebutuhan pangan pokoknya meskipun harga beras naik.
Perspektif Ekonomi: Apa Kata Para Ahli?
Para pakar ekonomi menilai kenaikan harga beras medium sebagai konsekuensi dari tekanan biaya produksi dan distribusi yang tidak bisa dihindari dalam jangka pendek. Namun, mereka juga mengingatkan pentingnya kebijakan berkelanjutan agar dampak sosial bisa diminimalisir.
Dr. Rina Sulistiawati, ekonom dari Universitas Sumatera Utara, mengatakan:
“Kenaikan harga beras bisa memicu inflasi pangan yang akan memperburuk daya beli masyarakat miskin. Oleh karena itu, pemerintah harus memperkuat program subsidi dan dukungan bagi kelompok rentan serta mengupayakan efisiensi produksi dan distribusi agar harga pangan tetap terjangkau.”
Diversifikasi Pangan dan Kesadaran Konsumen
Pemerintah juga mengimbau masyarakat untuk mulai melakukan diversifikasi konsumsi pangan guna mengurangi ketergantungan pada beras sebagai satu-satunya sumber karbohidrat utama. Alternatif pangan lokal seperti jagung, singkong, sagu, dan umbi-umbian dapat dijadikan pilihan agar ketahanan pangan lebih terjaga.
“Diversifikasi pangan adalah kunci untuk menghadapi fluktuasi harga beras dan menjaga gizi keluarga,” kata seorang ahli gizi dari Dinas Kesehatan Sumut, dr. Mira Handayani.
Imbauan kepada Masyarakat dan Pelaku Usaha
Pemerintah mengingatkan masyarakat agar tidak melakukan pembelian berlebihan atau penimbunan beras yang dapat memperparah kelangkaan dan lonjakan harga. Selain itu, pelaku usaha juga diimbau untuk tidak menaikkan harga secara berlebihan dan menjaga kelancaran distribusi.
Tantangan dan Harapan ke Depan
Kenaikan harga beras medium yang terjadi di Sumatera Utara merupakan tantangan besar yang memerlukan kerja sama dari berbagai pihak: pemerintah, petani, pelaku usaha, dan masyarakat. Sinergi dan langkah strategis yang tepat menjadi kunci utama agar ketahanan pangan nasional tetap terjaga tanpa membebani masyarakat, terutama kelompok ekonomi bawah.
Kesimpulan
Kenaikan harga beras medium di Sumut menjadi gambaran nyata dari kompleksitas masalah ketahanan pangan dan ekonomi yang dihadapi bangsa saat ini. Perlu kebijakan yang tepat, pengawasan ketat, dukungan bagi petani, dan kesadaran masyarakat untuk bisa mengatasi tantangan ini secara bersama-sama.