Malang, Mata4.com — Provinsi Jawa Timur dikenal luas sebagai salah satu pusat kebudayaan dan peradaban kuno di Indonesia. Jejak kejayaan dua kerajaan besar yang pernah menguasai wilayah ini, yakni Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Singosari, masih dapat dirasakan hingga hari ini melalui berbagai peninggalan arkeologis, terutama dalam bentuk candi-candi bersejarah yang tersebar di sejumlah daerah.
Candi-candi tersebut bukan hanya bangunan batu yang menyimpan kisah masa lalu, namun juga merupakan simbol identitas budaya dan sejarah bangsa Indonesia. Melalui pelestarian dan edukasi yang berkelanjutan, situs-situs ini telah menjadi pusat studi sejarah, penelitian arkeologi, serta objek wisata budaya yang menarik wisatawan domestik dan mancanegara.
Peninggalan Dua Kerajaan Besar
Jawa Timur memiliki keistimewaan sejarah karena menjadi pusat dua kerajaan penting di Nusantara:
- Kerajaan Singosari, yang berkembang pada abad ke-13 dan dikenal dengan tokoh-tokohnya seperti Raja Kertanegara, adalah kerajaan bercorak Hindu-Buddha yang meletakkan dasar perluasan kekuasaan di wilayah timur Nusantara.
- Kerajaan Majapahit, yang mencapai puncak kejayaannya pada abad ke-14 di bawah pimpinan Raja Hayam Wuruk dan Mahapatih Gajah Mada, menjadi simbol nasionalisme awal dengan cita-cita “Nusantara” sebagai kesatuan wilayah.
Jejak kejayaan dua kerajaan ini dapat dilihat dari candi-candi yang dibangun sebagai tempat ibadah, perabuan raja, pusat ritual, hingga simbol kekuasaan dan politik.
16 Candi Bersejarah yang Menjadi Warisan Nasional
Berikut ini adalah daftar 16 candi penting di Jawa Timur yang masih berdiri hingga kini dan menjadi warisan sejarah bangsa:
1. Candi Penataran (Blitar)
Dikenal juga sebagai Candi Palah, situs ini merupakan kompleks candi Hindu terbesar di Jawa Timur. Dibangun sekitar abad ke-12 dan dikembangkan oleh Majapahit, Candi Penataran menampilkan relief cerita Ramayana dan digunakan sebagai tempat suci pemujaan Dewa Siwa.
2. Candi Singosari (Malang)
Candi ini dibangun pada abad ke-13 sebagai penghormatan untuk Raja Kertanegara, raja terakhir Kerajaan Singosari. Terletak di Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, candi ini juga dikenal karena kehadiran dua arca Dwarapala raksasa di pintu gerbang kompleksnya.
3. Candi Jawi (Pasuruan)
Berada di lereng Gunung Welirang, Candi Jawi merupakan tempat perabuan Raja Kertanegara. Arsitekturnya memadukan unsur Hindu dan Buddha, menunjukkan pluralitas kepercayaan pada masa itu.
4. Candi Jago (Malang)
Candi Jago, atau Candi Jajaghu, terletak di Tumpang, Malang. Merupakan tempat perabuan Raja Wisnuwardhana. Reliefnya mengangkat kisah Tantri dan Pancatantra, yang digunakan sebagai sarana pendidikan moral masyarakat.
5. Candi Bajang Ratu (Mojokerto)
Berfungsi sebagai gapura (gerbang) kerajaan, Bajang Ratu merupakan salah satu peninggalan Majapahit yang utuh. Tingginya mencapai 16 meter dan dikelilingi ornamen relief halus dengan cerita Ramayana.
6. Candi Tikus (Mojokerto)
Situs ini ditemukan pada 1914 dan diyakini sebagai petirtaan (tempat pemandian suci) keluarga kerajaan Majapahit. Candi Tikus menunjukkan kemajuan sistem drainase dan pemanfaatan air dalam budaya spiritual.
7. Candi Brahu (Mojokerto)
Berada di kompleks Trowulan, pusat pemerintahan Majapahit, Candi Brahu diperkirakan digunakan sebagai tempat kremasi raja atau tokoh penting. Ciri khasnya adalah struktur batu bata merah besar dan bentuknya yang relatif sederhana.
8. Candi Wringin Lawang (Mojokerto)
Merupakan gerbang monumental setinggi lebih dari 15 meter yang dipercaya sebagai pintu masuk istana atau bangunan penting Majapahit. Nama “Wringin Lawang” berarti “pintu beringin.”
9. Candi Kedaton (Mojokerto)
Meski dalam kondisi tidak utuh, Candi Kedaton menyimpan struktur bawah tanah misterius. Situs ini menjadi bagian dari ekskavasi lanjutan arkeolog dalam memetakan tata kota Majapahit.
10. Candi Sumur Upas (Mojokerto)
Candi ini berbentuk seperti kolam kecil yang dianggap memiliki fungsi ritual. Letaknya berdekatan dengan kompleks cagar budaya Trowulan.
11. Candi Minak Jinggo (Blitar)
Ditemukan kembali pada tahun 1980-an, candi ini menyimpan relief dengan gaya Majapahit dan dikaitkan dengan tokoh legendaris Minak Jinggo dari cerita Damarwulan.
12. Candi Arimbi / Sumberjati (Blitar)
Situs ini dipercaya sebagai tempat pemujaan Arimbi, tokoh pewayangan istri Bima. Arsitekturnya mencerminkan pengaruh Hindu akhir di masa transisi Majapahit.
13. Candi Surowono (Kediri)
Terletak di Kecamatan Pare, candi ini merupakan tempat pemujaan Bhre Wengker, seorang bangsawan Majapahit. Candi ini dikenal karena sistem saluran air bawah tanahnya.
14. Candi Ngetos (Nganjuk)
Merupakan tempat perabuan Raja Hayam Wuruk. Meski tidak besar, candi ini memiliki makna historis penting karena kaitannya dengan salah satu raja terbesar Majapahit.
15. Candi Gentong (Jombang)
Situs ini masih dalam tahap penelitian dan ekskavasi oleh arkeolog. Diduga merupakan bagian dari kompleks religius Majapahit yang lebih luas.
16. Candi Lor (Jombang)
Candi ini berarsitektur Hindu dan berfungsi sebagai tempat pemujaan lokal. Letaknya tidak jauh dari Sungai Brantas yang menjadi jalur penting pada masa kerajaan.
Pelestarian dan Tantangan
Menurut Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur, upaya pelestarian dilakukan melalui konservasi berkala, edukasi masyarakat, hingga digitalisasi dokumentasi. Namun tantangan tetap ada, mulai dari faktor alam, urbanisasi, hingga minimnya kesadaran masyarakat.
“Pelestarian candi tidak bisa hanya dari pemerintah. Perlu kolaborasi masyarakat, akademisi, dan media untuk menjaga keberlangsungan situs-situs ini,” ujar Siti Wardhani, Kepala Seksi Pelestarian Budaya, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Timur.
Selain itu, beberapa situs mengalami kerusakan akibat bencana alam dan pencurian artefak. Program Zonasi Cagar Budaya kini tengah dikembangkan untuk memperkuat pengamanan fisik dan hukum terhadap situs-situs tersebut.
Pendidikan dan Wisata Sejarah
Seiring dengan meningkatnya kesadaran akan nilai sejarah, sejumlah sekolah dan kampus mulai rutin melakukan kunjungan ke situs candi sebagai bagian dari pendidikan sejarah lokal.
“Kunjungan ke situs sejarah memberikan pengalaman langsung yang lebih membekas daripada hanya belajar dari buku,” ujar Arif Munandar, guru sejarah dari SMA Negeri di Malang yang rutin membawa muridnya ke Candi Singosari.
Candi-candi ini juga menjadi bagian dari wisata sejarah unggulan Jawa Timur, terutama bagi wisatawan yang tertarik dengan warisan budaya dan spiritualitas Nusantara.
Penutup: Warisan yang Tak Tergantikan
Candi-candi peninggalan Majapahit dan Singosari bukan hanya bangunan kuno, tapi merupakan identitas, pelajaran sejarah, dan warisan tak ternilai dari masa lalu bangsa Indonesia. Melestarikan dan mengenalkan kembali nilai-nilai yang terkandung di dalamnya merupakan tanggung jawab bersama.
Dengan pengelolaan yang baik dan dukungan dari seluruh elemen masyarakat, warisan ini diharapkan dapat terus hidup dan memberi makna bagi generasi mendatang.

