Jakarta, Mata4.com — Insiden kekerasan yang melibatkan kelompok pelajar kembali mencoreng keamanan lingkungan di Ibu Kota. Seorang anak laki-laki yang tidak terkait dengan kelompok manapun menjadi korban pembacokan saat sedang membeli minuman di kawasan Kembangan, Jakarta Barat, Selasa malam (7/10). Korban diduga terkena serangan secara acak saat tawuran antarpelajar terjadi di dekat lokasi tersebut.
Peristiwa yang terjadi sekitar pukul 20.00 WIB itu sontak mengejutkan warga. Berdasarkan keterangan sejumlah saksi mata, kelompok pelajar terlihat datang berkelompok menggunakan sepeda motor. Mereka terlihat membawa senjata tajam dan saling memprovokasi di jalan umum yang berdekatan dengan pemukiman padat penduduk.
Korban yang berusia sekitar 13 tahun saat itu sedang keluar rumah seorang diri menuju warung untuk membeli minuman ringan. Di tengah perjalanan, ia diduga berada di jalur lintasan kelompok pelajar yang sedang mencari lawan. Salah satu dari mereka kemudian menyerang secara membabi buta, dan mengenai tubuh korban.
Korban Masih Dalam Perawatan, Keluarga Trauma
Setelah diserang, korban mengalami luka cukup serius di bagian punggung akibat sabetan senjata tajam. Ia langsung dilarikan ke rumah sakit terdekat oleh warga yang melihat kejadian tersebut. Hingga Rabu siang (8/10), kondisi korban dilaporkan masih dalam perawatan dan mendapat perhatian khusus dari tim medis.
Pihak keluarga korban menuturkan bahwa anak mereka tidak terlibat dalam kegiatan kelompok manapun, dan hanya berniat membeli minuman sebelum insiden terjadi. Mereka sangat terpukul dan berharap agar pelaku segera ditangkap dan diberikan hukuman yang setimpal.
“Anak saya cuma mau beli minum. Dia bukan bagian dari kelompok itu. Ini sangat menyakitkan,” kata orang tua korban saat ditemui di rumah sakit.
Keluarga korban juga berharap aparat keamanan dan pihak sekolah bisa bekerja sama mencegah peristiwa serupa terulang, terutama mengingat anak-anak mereka rentan menjadi korban dari situasi yang tidak mereka pahami.
Polisi Selidiki Pelaku, Koordinasi dengan Sekolah
Kepolisian Sektor Kembangan menyatakan telah menerima laporan terkait insiden tersebut dan langsung melakukan penyelidikan. Sejumlah saksi telah dimintai keterangan, dan petugas sedang mengumpulkan rekaman CCTV di sekitar lokasi kejadian.
Kapolsek Kembangan menyampaikan bahwa pihaknya juga telah menjalin komunikasi dengan beberapa sekolah di kawasan tersebut untuk mengidentifikasi pelaku, yang diduga merupakan pelajar dari dua sekolah berbeda.
“Kami menduga aksi ini merupakan bagian dari tawuran terencana. Kami sedang telusuri kelompok mana yang terlibat dan dari sekolah mana saja. Proses penyelidikan sedang berjalan, dan kami akan menindak tegas pelaku kekerasan, termasuk yang masih di bawah umur,” ujar Kapolsek dalam konferensi pers singkat, Rabu (8/10).
Polisi juga mengimbau agar para orang tua lebih waspada dan mengawasi aktivitas anak-anak mereka, khususnya pada malam hari. Patroli akan ditingkatkan di wilayah-wilayah rawan bentrokan antar remaja.
Warga Resah, Tuntut Aksi Nyata dari Aparat dan Sekolah
Peristiwa tersebut menimbulkan keresahan yang mendalam di kalangan warga. Beberapa tokoh masyarakat menilai bahwa bentrokan antar pelajar di Jakarta Barat telah menjadi fenomena yang berulang dan mengkhawatirkan.
“Kami sudah sering lihat anak-anak nongkrong bawa senjata tajam. Mereka bukan hanya ancam sesama pelajar, tapi warga yang lewat pun bisa jadi korban. Seperti yang terjadi sekarang,” kata salah satu warga yang tinggal tak jauh dari lokasi kejadian.
Warga menuntut adanya upaya lebih konkret dari pihak kepolisian, sekolah, dan dinas pendidikan untuk menghentikan aksi tawuran yang kerap terjadi pada malam hari. Mereka juga berharap adanya pembinaan dari sekolah terhadap siswa yang terindikasi terlibat dalam kelompok kekerasan.
Ahli: Tawuran Remaja Butuh Pendekatan Sistemik
Sosiolog dari Universitas Indonesia, Dr. Wahyu Hidayat, menilai bahwa tawuran pelajar bukan sekadar persoalan disiplin, tetapi sudah menjadi masalah sosial yang kompleks. Ia menyebut bahwa pola kekerasan remaja kerap dipicu oleh faktor lingkungan, kurangnya pengawasan keluarga, dan lemahnya pendidikan karakter di sekolah.
“Ketika anak-anak kehilangan kontrol, merasa perlu mencari eksistensi dalam kelompok, dan tidak diawasi dengan baik, mereka mudah terseret dalam budaya kekerasan. Apalagi jika mereka tidak mendapat ruang untuk berekspresi secara positif,” jelas Dr. Wahyu.
Ia menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah daerah, kepolisian, dinas pendidikan, dan komunitas lokal untuk membentuk sistem pencegahan yang lebih kuat. “Jangan sampai kita menunggu korban jiwa berikutnya untuk bergerak,” tambahnya.
Pemerintah DKI Diminta Evaluasi Pengawasan Pelajar
Dinas Pendidikan DKI Jakarta diminta turun tangan untuk mengevaluasi mekanisme pengawasan siswa di luar sekolah. Pengamat pendidikan menilai bahwa sekolah tak bisa hanya berfokus pada prestasi akademik, tetapi juga harus memantau perilaku sosial siswanya, terutama yang sudah menunjukkan tanda-tanda keterlibatan dalam kelompok tertentu.
Pemerintah kota juga diminta meningkatkan fasilitas kegiatan positif bagi remaja, seperti ruang kreativitas, komunitas olahraga, dan program edukasi non-formal yang mendorong perkembangan karakter.
Penutup: Tawuran Bukan Solusi, Tapi Ancaman
Peristiwa pembacokan terhadap anak yang tidak bersalah ini menyentuh nurani masyarakat luas. Tawuran pelajar bukan hanya konflik remaja, tapi sudah menjadi ancaman bagi warga sipil. Sudah saatnya seluruh pihak — pemerintah, aparat hukum, sekolah, dan keluarga — mengambil tanggung jawab bersama dalam membentuk generasi muda yang lebih damai dan beretika.
Tindakan kekerasan yang membahayakan nyawa, terutama terhadap anak di bawah umur, harus ditindak secara tegas, namun tetap memperhatikan prinsip keadilan dan pembinaan jangka panjang. Masa depan pelajar harus dilindungi dari budaya kekerasan yang destruktif.

