Bekasi, Mata4.com – Nama Low Tuck Kwong kini resmi menempati posisi sebagai orang terkaya kedua di Indonesia, menyalip dua konglomerat yang selama bertahun-tahun mendominasi puncak daftar orang paling kaya Tanah Air: R. Budi Hartono dan Michael Hartono, pendiri Grup Djarum dan pemegang saham utama Bank Central Asia (BCA).
Berdasarkan data Forbes Real-Time Billionaires per 10 Oktober 2025, total kekayaan Low Tuck Kwong mencapai US$25,2 miliar atau sekitar Rp418,8 triliun (kurs Rp16.618,69 per dolar AS). Sementara itu, kekayaan Budi Hartono turun ke posisi ketiga dengan sekitar US$24,8 miliar, dan Michael Hartono di posisi kelima dengan US$21,6 miliar.
Dari Kontraktor ke Raja Batu Bara
Lahir di Singapura, Low Tuck Kwong pindah ke Indonesia pada tahun 1972. Ia memulai karier sebagai kontraktor bangunan sebelum akhirnya terjun ke industri tambang batu bara pada akhir 1990-an.
Pada 1997, di tengah krisis moneter Asia, Low membeli tambang batu bara pertamanya—sebuah keputusan berisiko yang justru menjadi titik balik kesuksesannya. Permintaan global terhadap batu bara meningkat tajam, dan bisnisnya berkembang pesat melalui perusahaan yang ia dirikan, PT Bayan Resources Tbk (BYAN).
Kini, Bayan Resources menjadi salah satu produsen batu bara terbesar di Indonesia, dengan reputasi global berkat efisiensi dan teknologi tambangnya yang ramah lingkungan.
Diversifikasi ke Energi Hijau dan Infrastruktur
Meski dikenal sebagai “raja batu bara”, Low Tuck Kwong tidak terpaku pada satu sektor. Ia aktif melakukan diversifikasi bisnis ke energi terbarukan, kesehatan, dan infrastruktur strategis.
Berikut daftar lima perusahaan utama yang menopang kekayaan Low Tuck Kwong:
1. PT Bayan Resources Tbk (BYAN)
Perusahaan ini merupakan tulang punggung kekayaan Low. Bayan Resources mengoperasikan tambang batu bara di Kalimantan dengan kapasitas produksi jutaan ton per tahun.
Low Tuck Kwong memegang kendali penuh sebagai Presiden Direktur sekaligus pemegang saham mayoritas. Saham BYAN yang terus menguat dalam dua tahun terakhir menjadi kontributor utama melonjaknya nilai kekayaan Low.
Bayan juga dikenal karena penggunaan overland conveyor system, teknologi ramah lingkungan yang mengurangi jejak karbon dan kerusakan lahan tambang.

2. Metis Energy
Metis Energy menandai langkah strategis Low dalam beralih ke energi bersih dan terbarukan.
Perusahaan ini berfokus pada pembangkit tenaga surya dan angin, dengan target portofolio mencapai 1 gigawatt pada 2025. Langkah ini memperlihatkan visi jangka panjang Low untuk beradaptasi dengan transisi energi global menuju dekarbonisasi.
3. The Farrer Park Company
Berbasis di Singapura, The Farrer Park Company bergerak di bidang perhotelan dan layanan kesehatan premium, termasuk Farrer Park Hospital, yang menjadi destinasi utama wisata medis di Asia Tenggara.
Low mempercayakan posisi direksi kepada putrinya, Elaine Low, sebagai bagian dari strategi suksesi kepemimpinan keluarga.
4. Samindo Resources
Lewat kepemilikan sekitar 14,18 persen saham, Low memiliki pengaruh besar di Samindo Resources—kontraktor utama tambang batu bara milik PT Kideco Jaya Agung.
Samindo menjalankan berbagai layanan penting, mulai dari pengangkutan, pengeboran, hingga pengelolaan tambang. Keberadaan Samindo memperkuat integrasi bisnis Low di sektor energi dan pertambangan.
Baca Juga:
dua santri bangkalan korban ponpes al khoziny hilang
5. Voksel Electric
Sebagai produsen kabel listrik terbesar di Indonesia, Voksel Electric melayani kebutuhan industri, proyek PLN, hingga sektor properti nasional.
Low Tuck Kwong tercatat memiliki hampir 8 persen saham di Voksel Electric atau sekitar 329 juta lembar saham, menjadikannya bagian penting dari rantai pasokan energi dan infrastruktur nasional.
Langkah Suksesi dan Warisan Bisnis
Pada Agustus 2024, Low menyerahkan 22 persen saham Bayan Resources—senilai sekitar US$6,6 miliar—kepada putrinya, Elaine Low.
Meski begitu, kontrol perusahaan tetap di tangannya karena hak suara Elaine digunakan sesuai arahan sang ayah. Keputusan ini menunjukkan strategi Low dalam memastikan keberlanjutan bisnis keluarga sekaligus efisiensi pengelolaan kekayaan lintas generasi.
Dari Singapura untuk Indonesia
Kisah Low Tuck Kwong adalah contoh klasik transformasi pengusaha imigran menjadi ikon industri nasional. Dengan kerja keras, keberanian mengambil risiko, dan visi bisnis lintas sektor, ia berhasil menyalip konglomerat lama yang sudah puluhan tahun mendominasi puncak daftar orang terkaya Indonesia.
Kini, dengan kekayaan lebih dari Rp418 triliun, Low bukan hanya simbol kesuksesan finansial, tetapi juga tokoh penting dalam transformasi industri energi Indonesia—dari batu bara menuju era energi terbarukan.
