Gorontalo, Mata4.com — Sebuah perjalanan penuh haru dan makna dilakukan oleh dua warga negara Belanda yang datang jauh-jauh ke Indonesia, tepatnya ke Provinsi Gorontalo. Tujuan mereka bukan untuk wisata ataupun kepentingan bisnis, melainkan untuk menelusuri jejak keluarga yang diyakini berasal dari wilayah tersebut. Dengan hanya membawa sebuah foto tua dan kenangan yang diwariskan secara turun-temurun, keduanya berharap bisa menemukan kembali akar sejarah keluarga mereka.
Kedua warga negara asing tersebut, yang masing-masing berusia 56 dan 52 tahun, merupakan keturunan campuran Belanda dan Indonesia. Dalam kunjungannya ke Gorontalo, mereka tidak menyebutkan nama lengkap kepada media demi menjaga privasi keluarga. Mereka hanya menyampaikan bahwa kunjungan ini telah direncanakan sejak lama dan menjadi bagian penting dari pencarian identitas mereka.
“Kami tumbuh dengan cerita-cerita tentang seorang nenek dari Indonesia. Kami tidak tahu banyak, hanya nama panggilan dan sedikit deskripsi tentang tempat tinggalnya dulu. Tapi kami tahu, ada bagian dari hidup kami yang tertinggal di sini,” ujar salah satu dari mereka saat ditemui di salah satu penginapan di Kota Gorontalo.
Berbekal Foto Usang dan Semangat Menelusuri Jejak
Perjalanan ini bermula ketika mereka menemukan sebuah foto lama di rumah keluarga di Belanda. Foto itu menampilkan seorang perempuan muda berdiri di depan rumah panggung khas Gorontalo. Di balik foto terdapat tulisan tangan bertahun 1948, serta nama “Ina”, yang diyakini merupakan nama panggilan nenek mereka.
Sejak saat itu, keinginan untuk mengetahui lebih jauh tentang siapa sosok dalam foto tersebut semakin besar. Mereka lalu melakukan sejumlah riset sejarah keluarga dan akhirnya memutuskan datang langsung ke Indonesia.
Setibanya di Gorontalo, mereka dibantu oleh beberapa relawan lokal, termasuk dari kalangan pemuda, tokoh adat, dan pemerintah desa. Mereka mulai menelusuri catatan kependudukan, silsilah warga tua, dan mengunjungi lokasi-lokasi yang sesuai dengan deskripsi dalam cerita keluarga mereka.
“Kami menyambut baik kedatangan mereka, karena ini bukan hanya soal pencarian pribadi, tapi juga bagian dari sejarah kita bersama,” ujar salah satu kepala desa yang mendampingi mereka dalam proses pencarian.
Dukungan Masyarakat dan Pemerintah Setempat
Selama proses pencarian, warga setempat menunjukkan sikap terbuka dan penuh empati. Sejumlah tokoh masyarakat bahkan berinisiatif mencocokkan informasi yang mereka miliki dengan cerita dari kedua warga tersebut. Beberapa keluarga yang memiliki garis keturunan Belanda-Indonesia juga ikut membantu mengenali sosok dalam foto.
Pemerintah desa setempat mengatakan bahwa mereka memberikan bantuan sebatas prosedur yang sesuai dengan aturan administrasi dan hukum. Pencarian juga dilakukan secara hati-hati untuk menghindari kesalahan identifikasi atau potensi pelanggaran privasi keluarga lokal.
“Kami tidak bisa menjanjikan hasil pasti, tetapi kami berkomitmen membantu sesuai kemampuan dan batasan yang ada. Ini soal kemanusiaan dan saling menghargai lintas budaya,” ujar pejabat desa.
Memahami Identitas, Menjalin Kembali Koneksi Budaya
Meskipun hingga kini belum ditemukan data konkret yang mengonfirmasi garis keturunan secara langsung, kedua warga Belanda tersebut mengaku sudah sangat bersyukur bisa menginjakkan kaki di tanah leluhur. Mereka menyatakan bahwa kunjungan ini adalah bentuk penghormatan terhadap keluarga mereka, serta bagian dari proses memahami siapa diri mereka sesungguhnya.
“Saya merasa lebih dekat dengan nenek saya meskipun tidak pernah bertemu dengannya. Saat menginjakkan kaki di Gorontalo, saya merasa seperti pulang,” ujar salah satu dari mereka sambil menunjukkan foto yang mereka bawa sejak dari Belanda.
Keduanya juga mengikuti sejumlah kegiatan budaya di Gorontalo, termasuk mengunjungi rumah adat, museum lokal, dan berbincang dengan para sesepuh desa. Mereka menyatakan kekaguman atas kekayaan budaya Gorontalo dan keramahan warganya.
Pencarian yang Masih Terbuka
Hingga berita ini ditulis, proses pencarian asal usul keluarga mereka masih berlangsung. Ada kemungkinan pencarian akan dilanjutkan dengan pendekatan ilmiah, seperti pengujian DNA, namun hal itu masih menunggu persetujuan dari pihak keluarga lokal, jika ada yang merasa memiliki kaitan.
Pencarian ini menjadi cerminan bahwa warisan sejarah keluarga bisa melintasi benua dan generasi. Kisah mereka juga membuka ruang dialog lintas budaya antara diaspora dan masyarakat lokal, yang saling menghargai dan mendukung satu sama lain.

