Bekasi, Mata4.com – Respons para pemain Timnas Indonesia pasca gagal lolos ke Piala Dunia 2026 menyita perhatian publik. Sebagian besar menyampaikan permintaan maaf dan tetap memberi semangat. Namun, ada pula yang justru menjadi bahan kritik, salah satunya Kevin Diks.
Pemain belakang Timnas itu mengunggah ulang pernyataan kapten Jay Idzes, yang membela Ketua Umum PSSI Erick Thohir dari gelombang kritik fan. Sikap ini mengundang reaksi beragam. Beberapa menganggap para pemain terlalu cepat pasang badan. Namun, terlepas dari polemik itu, Kevin Diks tetap menjadi salah satu pemain favorit publik karena penampilannya yang konsisten di lini belakang.
Tak hanya kualitas permainan, gaji Kevin Diks di Eropa juga jadi perbincangan setelah media mengungkap nominalnya yang fantastis.
Gaji Kevin Diks Mencapai Rp 28,9 Miliar per Tahun
Dikutip dari situs pemeringkat gaji pemain sepak bola profesional Capology, Kevin Diks menerima sekitar 54.423 euro per minggu dari klubnya, Borussia Monchengladbach, atau setara Rp 1,05 miliar per minggu (kurs Rp 19.300/euro).
Jika dihitung per tahun, pendapatan kotor Diks mencapai 2,83 juta euro atau sekitar Rp 54,6 miliar. Setelah dikurangi pajak yang tinggi di Jerman, gaji bersih Kevin Diks diperkirakan berada di angka 1,5 juta euro atau sekitar Rp 28,9 miliar per tahun.
Nilai ini menjadikannya sebagai pemain Timnas Indonesia dengan gaji tertinggi di Eropa saat ini, jauh melampaui pemain lain seperti Emil Audero atau Jay Idzes.

Perbandingan Gaji Pemain Timnas di Eropa
Berikut adalah estimasi gaji bersih sejumlah pemain Timnas Indonesia di Eropa menurut Capology dan sumber terbuka lainnya:
| Pemain | Klub | Gaji Bersih/Tahun |
|---|---|---|
| Kevin Diks | Borussia Monchengladbach | €1,500,000 (Rp 28,9 M) |
| Emil Audero | Cremonese | €900,000 (Rp 17,3 M) |
| Calvin Verdonk | Lille | €800,000 (Rp 15,4 M) |
| Jay Idzes | Sassuolo | €600,000 (Rp 11,5 M) |
| Ole Romeny | Oxford United | £290,000 (Rp 6,4 M) |
| Mees Hilgers | FC Twente | €180,000 (Rp 4 M) |
| Miliano Jonathans | Utrecht | €150,000 (Rp 2,8 M) |
| Ivar Jenner | Utrecht | €150,000 (Rp 2,8 M) |
| Elkan Baggott | Ipswich Town | £140,000 (Rp 3,1 M) |
| Marselino Ferdinan | Oxford United | £90,000 (Rp 2 M) |
| Dean James | Go Ahead Eagles | €80,000 (Rp 1,5 M) |
| Justin Hubner | Fortuna Sittard | €60,000 (Rp 1,1 M) |
Polemik Dukungan Kevin Diks dan Jay Idzes untuk Erick Thohir
Kritik kepada PSSI muncul setelah Indonesia dipastikan gagal lolos ke Piala Dunia 2026. Perubahan pelatih dari Shin Tae-yong ke Patrick Kluivert di tengah fase kualifikasi menjadi salah satu pemicu.
Di tengah suasana kekecewaan fan, Jay Idzes mengunggah pembelaan terhadap Erick Thohir, yang kemudian diunggah ulang oleh Kevin Diks, Dean James, Nathan Tjoe-A-On, hingga Eliano Reijnders.
“Biasanya saya tidak mengunggah hal-hal seperti ini. Tapi saya merasa ada yang perlu diselesaikan dalam kasus ini, setelah saya melihat banyak komentar negatif terutama ke Pak Thohir dan timnya…,” tulis Jay Idzes dalam Instagram-nya.
Jay menyebut Thohir telah bekerja keras di balik layar untuk memastikan kebutuhan pemain terpenuhi. Ia juga meminta fan tetap percaya pada proyek jangka panjang Timnas Indonesia.
Dua Sisi Reaksi Fan
Respons fan terbagi dua: sebagian menilai sikap para pemain mencerminkan loyalitas dan profesionalisme, namun ada pula yang menganggap mereka kurang peka terhadap kekecewaan publik. Di media sosial, sejumlah komentar mempertanyakan mengapa pemain terlalu cepat membela manajemen dibanding refleksi terhadap performa tim.
Namun di sisi lain, tak sedikit pula yang mengapresiasi transparansi para pemain dan menyerukan agar proyek Timnas diberi waktu dan dukungan lebih.
Kevin Diks mungkin menjadi sorotan karena unggahannya, namun tak bisa dipungkiri bahwa ia adalah salah satu pilar Timnas Indonesia yang paling stabil performanya. Dengan penghasilan tinggi dan pengalaman di Bundesliga, Diks tetap menjadi aset berharga bagi skuad Garuda ke depan.
Kritik dan harapan adalah bagian dari dinamika sepak bola nasional. Di tengah proses panjang membangun kekuatan Timnas yang kompetitif, dukungan kritis dan profesionalisme dari semua pihak tetap menjadi kunci.
