Jakarta, Mata4.com — Menyikapi meningkatnya suhu udara di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya, Sekretaris Kabinet Republik Indonesia Pramono Anung memberikan instruksi langsung kepada instansi pemerintah dan pihak terkait untuk segera melaksanakan langkah mitigasi cepat, terarah, dan terkoordinasi dalam menghadapi cuaca panas ekstrem yang dinilai berpotensi membahayakan keselamatan dan kesehatan masyarakat.
Cuaca panas ekstrem yang melanda beberapa wilayah Indonesia, khususnya Jakarta, belakangan ini menjadi perhatian serius pemerintah. Laporan dari BMKG menunjukkan suhu udara di ibu kota telah menembus angka 35–37 derajat Celsius dalam beberapa hari terakhir. Kondisi ini bukan hanya membuat aktivitas masyarakat terganggu, tetapi juga memunculkan potensi risiko kesehatan yang cukup besar, seperti heatstroke, dehidrasi, hingga gangguan pernapasan.
Pemerintah Pusat Soroti Jakarta sebagai Wilayah Prioritas
Dalam pernyataannya, Pramono Anung menekankan bahwa Jakarta sebagai pusat pemerintahan dan aktivitas ekonomi nasional harus menjadi wilayah prioritas dalam penanganan cuaca ekstrem. Ia meminta agar setiap lembaga, khususnya pemerintah daerah, BPBD, Dinas Kesehatan, serta pihak-pihak terkait lainnya, segera menyiapkan langkah taktis di lapangan, termasuk mempersiapkan sarana dan prasarana pendukung untuk melindungi masyarakat dari dampak buruk cuaca panas.
“Kondisi ini tidak bisa dianggap sepele. Pemerintah harus memastikan bahwa masyarakat, khususnya kelompok rentan, mendapatkan perlindungan maksimal. Ini bukan hanya soal suhu, tapi soal keselamatan warga,” ujar Pramono.
Langkah-Langkah Mitigasi yang Didorong Pemerintah
Instruksi mitigasi tersebut mencakup sejumlah langkah konkret, di antaranya:
- Menyediakan pos kesehatan sementara di ruang publik untuk menangani kasus darurat terkait cuaca panas.
- Menyediakan akses air minum gratis di area padat aktivitas seperti terminal, stasiun, pasar, dan taman kota.
- Melakukan penyemprotan air di jalan-jalan utama untuk menurunkan suhu permukaan.
- Mengimbau masyarakat agar menghindari aktivitas luar ruangan pada siang hari, terutama antara pukul 11.00 hingga 15.00 WIB.
- Melakukan pengawasan terhadap sekolah-sekolah dan institusi pendidikan agar anak-anak tidak terlalu lama terpapar sinar matahari saat jam istirahat atau kegiatan luar ruang.
- Memberikan edukasi melalui media sosial, media massa, dan kanal resmi pemerintah mengenai gejala awal heatstroke dan cara pencegahan.
Selain itu, Pramono meminta agar fasilitas umum, termasuk transportasi publik, menyiapkan pendingin ruangan yang layak, memperbaiki sistem ventilasi, serta menjaga suplai air bersih bagi pengguna layanan.
Peran BMKG dan Koordinasi Lintas Sektor
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjadi mitra kunci pemerintah dalam memberikan data dan peringatan dini terkait cuaca ekstrem. BMKG menyatakan bahwa fenomena cuaca panas yang sedang terjadi tidak terlepas dari pengaruh El Niño lemah dan pemanasan global yang memperparah kondisi suhu di wilayah tropis seperti Indonesia.
Menurut Pramono, kolaborasi antara BMKG, BNPB, Kementerian Kesehatan, dan Pemprov DKI Jakarta menjadi penting dalam upaya mitigasi yang lebih komprehensif dan berkelanjutan.
Dampak Langsung ke Masyarakat
Cuaca ekstrem di Jakarta mulai berdampak pada masyarakat. Beberapa rumah sakit mencatat adanya peningkatan pasien yang mengalami kelelahan akibat panas, migrain, dan gejala dehidrasi. Kelompok lansia dan balita menjadi yang paling rentan terhadap perubahan suhu drastis ini.
Sejumlah warga yang bekerja di luar ruangan, seperti petugas kebersihan, pengemudi ojek daring, dan pedagang kaki lima, mengaku mulai mengurangi waktu kerjanya demi menghindari risiko kesehatan.
“Biasanya saya mulai kerja dari jam 10 pagi, sekarang tunggu agak sorean karena panasnya nggak tahan,” kata Budi, salah satu pedagang di kawasan Jakarta Timur.
Komitmen Mitigasi Jangka Panjang
Selain langkah darurat, Pramono juga mendorong adanya kebijakan jangka panjang untuk mengantisipasi kejadian serupa di masa mendatang. Pemerintah berkomitmen memperkuat kebijakan adaptasi perubahan iklim, termasuk:
- Penghijauan kota dan penambahan ruang terbuka hijau.
- Pengembangan sistem drainase dan tata ruang yang ramah iklim.
- Edukasi berkelanjutan kepada masyarakat mengenai perubahan iklim dan dampaknya.
- Optimalisasi teknologi pemantauan cuaca dan sistem peringatan dini.
Kesimpulan
Instruksi dari Pramono Anung menegaskan keseriusan pemerintah dalam menghadapi cuaca panas ekstrem yang berpotensi membahayakan kehidupan masyarakat. Pendekatan lintas sektor dan kolaboratif menjadi kunci utama dalam menjaga keselamatan publik sekaligus membangun ketahanan kota terhadap perubahan iklim yang semakin nyata.
Pemerintah berharap masyarakat tetap tenang, mengikuti anjuran resmi, dan menjaga kondisi tubuh agar tetap sehat selama masa cuaca ekstrem ini berlangsung.

