Jakarta, Mata4.com – Tensi di Timur Tengah kian meningkat. Bukan hanya soal konflik Israel-Hamas, tetapi juga memicu kekhawatiran sekutu terdekat, Amerika Serikat. Pemerintahan Presiden Donald Trump dilaporkan gusar terhadap langkah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang dianggap mengancam gencatan senjata di Gaza.
Menurut laporan The New York Times, Selasa (21/10/2025), kekhawatiran tersebut mendorong Trump turun tangan langsung. Wakil Presiden JD Vance diterbangkan ke Israel untuk menekan Netanyahu agar tetap mematuhi kesepakatan damai. Kunjungan Vance juga dimaksudkan memberi pesan simbolis komitmen AS menjaga gencatan senjata.
Sebelumnya, utusan AS untuk Timur Tengah Steve Witkoff dan menantu Presiden Trump, Jared Kushner, lebih dulu mendarat di Tel Aviv pada Senin (20/10/2025). Keduanya melakukan pembicaraan intensif dengan Netanyahu serta pejabat Israel terkait implementasi gencatan senjata.

Seorang pejabat senior AS mengatakan, kedua utusan menilai perjanjian itu “dalam bahaya kegagalan.” Strategi utama mereka adalah mencegah serangan habis-habisan Israel terhadap Hamas, termasuk isu pembentukan pasukan penjaga stabilitas dan perlucutan senjata Hamas.
Serangan Israel dan Dampaknya
Kekhawatiran Washington bukan tanpa alasan. Pada Minggu (19/10/2025), Israel melancarkan serangan udara di Jalur Gaza yang menewaskan 44 warga Palestina, dengan dalih Hamas menyerang pasukannya di Rafah, Gaza selatan. Hamas menolak tuduhan itu dan menegaskan komitmen terhadap gencatan senjata.
Presiden Trump menegaskan, gencatan senjata tetap berlaku terlepas dari serangan Israel. Perjanjian itu mulai berlaku pada 10 Oktober 2025, mencakup pertukaran sandera Israel dengan tahanan Palestina, rencana rekonstruksi Gaza, dan pembentukan mekanisme pemerintahan baru tanpa Hamas.
Sejak perang dimulai pada Oktober 2023, data Kementerian Kesehatan Gaza mencatat lebih dari 68.200 warga tewas dan 170.200 luka-luka akibat serangan Israel. Gagalnya gencatan senjata berisiko menambah korban sipil yang tak berdosa.
