Jakarta, Mata4.com — Osteoporosis selama ini dikenal sebagai penyakit yang umum menyerang lansia atau orang tua. Namun, sejumlah ahli kesehatan mengingatkan bahwa osteoporosis tidak hanya menjadi persoalan bagi kelompok usia lanjut, tetapi juga dapat menyerang anak-anak dan remaja. Meskipun kasus osteoporosis pada anak dan remaja relatif lebih jarang, kesadaran mengenai risiko dan pencegahan osteoporosis sejak dini menjadi sangat penting untuk menjaga kesehatan tulang sepanjang hayat.
Apa Itu Osteoporosis?
Osteoporosis adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan menurunnya massa dan kepadatan tulang sehingga tulang menjadi rapuh dan lebih mudah patah. Penyakit ini sering disebut sebagai “silent disease” karena tidak menimbulkan gejala yang jelas pada tahap awal dan sering baru terdeteksi setelah terjadi patah tulang.
Menurut Dr. Rina Wulandari, dokter spesialis ortopedi dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, “Osteoporosis adalah penyakit tulang yang harus diwaspadai oleh semua kalangan usia, terutama bagi anak-anak yang memiliki kondisi medis tertentu dan lansia yang sudah mengalami penurunan massa tulang secara alami.”
Osteoporosis pada Anak-Anak: Penyebab dan Risiko
Pada anak-anak, osteoporosis bisa terjadi karena beberapa faktor, seperti gangguan metabolisme tulang, kelainan genetik, penyakit kronis, serta pengaruh obat-obatan tertentu, khususnya kortikosteroid yang digunakan dalam pengobatan jangka panjang. Selain itu, kurangnya asupan nutrisi yang cukup, terutama kalsium dan vitamin D, serta kurang aktivitas fisik, turut meningkatkan risiko osteoporosis pada anak.
Seorang ibu dari Bandar Lampung, Siti Nurhaliza, mengaku khawatir setelah dokter mengatakan anaknya memiliki risiko osteoporosis akibat penyakit kronis yang diderita. “Saya tidak pernah menyangka osteoporosis bisa menyerang anak-anak. Sekarang saya berusaha memastikan asupan gizi dan aktivitas fisiknya terpenuhi,” ujarnya.
Risiko Osteoporosis pada Lansia
Pada lansia, osteoporosis lebih umum terjadi terutama pada wanita setelah menopause karena penurunan hormon estrogen yang berperan penting dalam menjaga kepadatan tulang. Penurunan hormon ini menyebabkan massa tulang berkurang secara signifikan, sehingga tulang menjadi rapuh dan rentan patah.
Selain faktor hormonal, gaya hidup yang kurang sehat, seperti kurang berolahraga, konsumsi alkohol berlebihan, dan merokok, juga dapat mempercepat terjadinya osteoporosis. Patah tulang pada lansia, terutama di area pinggul, pergelangan tangan, dan tulang belakang, dapat menyebabkan penurunan kualitas hidup dan komplikasi serius.
Pencegahan Osteoporosis Sejak Dini
Pencegahan osteoporosis dapat dilakukan sejak usia dini dengan memperhatikan pola makan yang sehat dan seimbang. Konsumsi makanan kaya kalsium seperti susu, yoghurt, sayuran hijau, dan ikan sangat dianjurkan. Vitamin D juga penting untuk membantu penyerapan kalsium dalam tubuh, yang bisa diperoleh melalui paparan sinar matahari pagi serta suplemen bila diperlukan.
Aktivitas fisik secara teratur juga menjadi faktor kunci dalam pencegahan osteoporosis. Olahraga beban seperti berjalan kaki, jogging, senam, dan latihan kekuatan membantu meningkatkan kepadatan tulang dan menjaga massa otot.
Penting bagi orang tua dan pengasuh untuk mengenali tanda-tanda risiko osteoporosis pada anak dan lansia, serta melakukan pemeriksaan kesehatan tulang secara rutin, terutama bagi mereka yang memiliki riwayat keluarga osteoporosis atau penyakit tertentu yang memengaruhi tulang.
Pengobatan dan Penanganan
Jika sudah terdiagnosis osteoporosis, langkah pengobatan dapat meliputi terapi obat-obatan untuk meningkatkan kepadatan tulang, suplementasi kalsium dan vitamin D, serta perubahan gaya hidup menjadi lebih sehat. Penanganan medis yang tepat dapat mengurangi risiko patah tulang dan komplikasi lainnya.
Kesadaran dan Edukasi Masyarakat
Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang osteoporosis yang dapat menyerang berbagai kelompok usia sangat penting agar risiko penyakit ini dapat diminimalisir. Edukasi mengenai pentingnya pola hidup sehat, nutrisi, dan olahraga harus terus digencarkan melalui berbagai media dan program kesehatan masyarakat.
Pemerintah dan lembaga kesehatan juga diharapkan memperkuat program deteksi dini dan pelayanan kesehatan yang memadai untuk osteoporosis agar kualitas hidup masyarakat Indonesia dapat terjaga dengan baik.

