Jakarta, Mata4.com — Kreativitas dan kepedulian terhadap lingkungan tidak hanya bisa lahir dari para profesional atau pengusaha dewasa. Seorang bocah berusia 10 tahun bernama Altair, siswa sekolah dasar di Jakarta Selatan, menunjukkan bahwa inovasi bisa dimulai dari hal sederhana. Berawal dari rasa ingin tahu terhadap bahan alami yang digunakan ibunya, Altair berhasil menciptakan sabun alami buatan tangan dengan aroma dan bentuk yang menarik bagi anak-anak.
Sabun buatan Altair tidak hanya dimaksudkan untuk membersihkan tubuh, tetapi juga menghadirkan pengalaman mandi yang menyenangkan dan edukatif. Dengan berbagai bentuk lucu seperti bintang, hewan laut, hingga planet, sabun tersebut dirancang agar anak-anak lebih bersemangat menjaga kebersihan diri.
Awal Mula Ide dari Aktivitas di Rumah
Altair mengaku mulai tertarik membuat sabun pada awal tahun 2025. Ia sering memperhatikan ibunya yang gemar menggunakan bahan alami untuk perawatan kulit, seperti minyak kelapa, madu, dan bunga kering. Dari situlah muncul keingintahuan untuk mencoba mencampurkan bahan-bahan tersebut sendiri.
“Saya penasaran bagaimana caranya sabun bisa berbusa dan wangi. Ibu bilang bisa pakai bahan dari tumbuhan, jadi saya coba sendiri. Hasilnya ternyata bagus dan teman-teman suka bentuknya,” ujar Altair saat ditemui di rumahnya, Kamis (23/10/2025).
Bersama ibunya, Altair mulai bereksperimen di dapur kecil yang disulap menjadi ruang percobaan sederhana. Ia menggunakan bahan dasar seperti minyak kelapa, minyak zaitun, madu, serta pewarna alami dari kunyit, daun pandan, dan bunga telang. Untuk aroma, ia menambahkan minyak esensial dari jeruk dan lavender. Semua bahan tersebut, menurut ibunya, dipilih agar aman bagi kulit anak-anak.
Peran Orang Tua dalam Mendampingi Proses Kreatif
Ibunda Altair, Ratri Kusuma (35), menjelaskan bahwa kegiatan ini berawal dari aktivitas keluarga di akhir pekan. Melihat anaknya antusias, ia kemudian membantu mengarahkan dan memastikan semua bahan yang digunakan aman.
“Kami ingin kegiatan ini menjadi sarana belajar, bukan bisnis. Dari sini Altair belajar mencampur bahan, menghitung takaran, dan bersabar menunggu hasilnya mengeras,” ujarnya.
Ratri menilai, kegiatan seperti ini dapat melatih kesabaran, ketelitian, dan tanggung jawab anak. Ia juga menekankan bahwa penggunaan bahan alami menjadi bagian dari edukasi mengenai pentingnya menjaga lingkungan.
“Kami juga menjelaskan bahwa sabun komersial sering mengandung bahan kimia yang bisa mencemari air. Dengan bahan alami, kita bisa menjaga kulit sekaligus bumi,” tambahnya.
Respon Positif dari Lingkungan Sekitar
Setelah sabun-sabun buatan tangan itu jadi, Altair membagikannya kepada teman dan tetangganya untuk dicoba. Respons positif pun datang. Banyak yang menyukai aroma lembut serta bentuk sabun yang unik.
Sari (29), salah satu tetangga, mengaku anaknya jadi lebih rajin mandi sejak mengenal sabun buatan Altair.
“Anak saya biasanya susah disuruh mandi. Tapi setelah lihat sabun bentuk bintang dan dinosaurus, malah semangat sendiri. Ini ide yang kreatif dan bermanfaat,” katanya.
Ratri menegaskan, hingga kini produk buatan Altair masih untuk penggunaan pribadi dan hadiah kecil bagi kerabat. Keluarga belum berencana menjualnya karena ingin tetap menjaga tujuan awal kegiatan ini, yaitu pembelajaran dan eksplorasi anak.
Sudut Pandang Pendidikan: Kreativitas Anak Perlu Ruang
Psikolog anak dari Universitas Indonesia, Rini Wahyuni, M.Psi, menilai kegiatan seperti ini sangat positif bagi perkembangan mental dan sosial anak. Ia menyebut, anak-anak yang diberi ruang untuk berkreasi cenderung lebih percaya diri dan berpikir kritis.
“Kegiatan seperti membuat sabun dapat meningkatkan kemampuan problem solving dan berpikir ilmiah. Anak belajar mengamati, mencoba, gagal, lalu memperbaiki. Proses itu jauh lebih penting daripada hasil akhir,” ujar Rini.
Menurutnya, orang tua memiliki peran besar untuk mendampingi, bukan mengatur. “Biarkan anak menemukan rasa ingin tahunya. Ketika mereka menemukan sesuatu yang bermanfaat, itu akan membentuk karakter dan kepedulian yang kuat,” tambahnya.
Aspek Lingkungan: Edukasi dari Hal Kecil
Selain memberi nilai edukatif, kegiatan Altair juga memiliki dampak positif terhadap kesadaran lingkungan. Menurut data Lembaga Kajian Lingkungan Hidup Indonesia (LKLHI), penggunaan produk rumah tangga berbahan kimia menjadi salah satu penyumbang limbah air terbesar di kawasan perkotaan. Upaya seperti membuat sabun alami di rumah dinilai sebagai langkah kecil namun berarti.
Juru bicara LKLHI, Aditya Wicaksono, mengatakan bahwa memperkenalkan gaya hidup hijau kepada anak-anak bisa menjadi fondasi penting untuk masa depan.
“Anak-anak yang terbiasa memakai bahan alami akan tumbuh menjadi generasi yang sadar lingkungan. Ini bukan hanya soal sabun, tetapi cara berpikir berkelanjutan,” ujarnya.
Ia menambahkan, inisiatif seperti ini seharusnya mendapat dukungan dari sekolah maupun komunitas, karena bisa dijadikan proyek edukasi lingkungan yang menyenangkan.
Menginspirasi Anak Lain untuk Berkreasi
Altair kini sering diminta berbagi cerita di sekolahnya tentang bagaimana ia membuat sabun. Gurunya bahkan menjadikan pengalaman itu sebagai contoh dalam pelajaran Sains dan Prakarya. Beberapa teman Altair ikut mencoba membuat sabun sendiri di rumah dengan bimbingan orang tua mereka.
“Senang rasanya kalau teman-teman juga mau mencoba. Kita bisa bikin sabun bareng, terus tukar-tukaran bentuk dan warna,” ujar Altair dengan antusias.
Menurut gurunya, kegiatan ini juga menumbuhkan nilai kolaborasi dan saling berbagi di antara siswa. Sekolah berencana menjadikan proyek pembuatan sabun alami sebagai bagian dari kegiatan ekstrakurikuler bertema lingkungan pada semester depan.
Dari Hobi Menjadi Inspirasi
Meskipun belum diproduksi untuk dijual, karya Altair telah menjadi inspirasi bagi banyak keluarga. Dalam era serba digital, ketika anak-anak lebih sering terpaku pada gawai, kegiatan seperti ini menjadi alternatif positif yang mengasah kreativitas sekaligus mempererat hubungan keluarga.
“Kami tidak ingin anak hanya fokus pada hasil, tapi menikmati proses belajar. Kalau nanti dia ingin menjadikan ini usaha, biar itu datang dari dirinya sendiri,” ujar Ratri.
Altair sendiri mengaku ingin terus belajar membuat produk alami lainnya, seperti lilin aromaterapi atau sabun cair herbal. “Saya ingin buat yang bisa bantu orang sekaligus jaga bumi,” katanya.
Pesan dari Kisah Altair
Kisah Altair menunjukkan bahwa inovasi tidak mengenal usia. Dengan bimbingan yang tepat, anak-anak bisa berkontribusi menciptakan perubahan, sekecil apa pun bentuknya. Melalui kegiatan sederhana membuat sabun alami, Altair tidak hanya belajar tentang sains dan seni, tetapi juga tentang tanggung jawab sosial dan lingkungan.
Dari dapur kecil di rumahnya, ide sederhana itu kini menjadi inspirasi bagi banyak keluarga untuk memanfaatkan waktu bersama anak dengan lebih bermakna — menciptakan, bereksperimen, dan belajar menjaga bumi sejak dini.

