Jakarta, Mata4.com — Gubernur DKI Jakarta Pramono Anindito menanggapi serius insiden ledakan yang terjadi di SMAN 72 Jakarta beberapa hari lalu. Dalam keterangan resminya, Pramono mengaku telah menerima laporan adanya dugaan praktik perundungan (bullying) di balik peristiwa tersebut.
“Informasi awal yang kami terima mengindikasikan kemungkinan adanya tekanan sosial di lingkungan sekolah yang berujung pada insiden ini. Namun, kami menunggu hasil penyelidikan lengkap dari pihak kepolisian,” ujar Pramono saat ditemui di Balai Kota DKI Jakarta, Senin (10/11).
Ledakan yang terjadi di sekolah yang berlokasi di kawasan Cipayung, Jakarta Timur, itu menyebabkan kepanikan di kalangan siswa dan guru. Beberapa ruang kelas mengalami kerusakan ringan, dan sejumlah siswa dilaporkan mengalami luka ringan akibat serpihan dan ledakan suara keras.
Kepolisian segera memasang garis polisi dan mengevakuasi area sekitar sekolah. Tim penjinak bahan peledak (Jihandak) Polda Metro Jaya langsung dikerahkan untuk melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) dan mengidentifikasi sumber ledakan.
Polisi Telusuri Dugaan Motif dan Bahan Ledakan
Kapolres Metro Jakarta Timur, Kombes Pol Dwi Hartono, membenarkan bahwa polisi sedang melakukan penyelidikan intensif terhadap beberapa siswa yang diduga mengetahui kejadian tersebut.
“Kami telah memeriksa beberapa saksi, baik dari kalangan siswa, guru, maupun petugas keamanan sekolah. Dugaan awal mengarah pada percobaan membuat bahan peledak sederhana (handmade explosive) oleh salah satu siswa,” ungkap Dwi saat ditemui wartawan di Mapolres, Senin (10/11).
Namun, lanjutnya, polisi juga tidak menutup kemungkinan bahwa ada faktor sosial seperti perundungan atau tekanan psikologis yang mendorong tindakan tersebut.
“Kami sedang mendalami latar belakang sosial para siswa yang terlibat. Jika ditemukan unsur bullying, tentu hal itu akan menjadi perhatian khusus,” tambahnya.
Menurut hasil pemeriksaan awal, bahan yang digunakan dalam ledakan kemungkinan berasal dari campuran bahan kimia sederhana yang mudah didapatkan. Namun, motif di balik pembuatan bahan tersebut masih belum jelas — apakah untuk eksperimen, iseng, atau bentuk pelampiasan emosi.
Gubernur Pramono Minta Evaluasi Lingkungan Sekolah
Menanggapi temuan sementara tersebut, Gubernur Pramono meminta Dinas Pendidikan DKI Jakarta untuk segera melakukan evaluasi menyeluruh terhadap sistem pengawasan dan iklim sosial di sekolah-sekolah negeri.
“Sekolah harus jadi tempat tumbuhnya karakter positif, bukan tempat lahirnya tekanan mental. Kalau ada tanda-tanda perundungan, harus segera ditangani oleh pihak sekolah dan dinas,” tegas Pramono.
Ia juga menginstruksikan agar setiap sekolah meningkatkan fungsi bimbingan konseling (BK) dan pengawasan guru terhadap interaksi siswa, terutama di era digital di mana kasus bullying kerap meluas ke media sosial.
“Bullying tidak hanya terjadi secara fisik, tapi juga verbal dan daring. Pemerintah daerah akan memperkuat program edukasi karakter dan kesehatan mental bagi pelajar,” lanjutnya.
Pramono menambahkan, Pemprov DKI akan berkoordinasi dengan psikolog pendidikan dan lembaga non-pemerintah untuk menyediakan layanan konseling gratis bagi siswa yang membutuhkan.
Kepala Sekolah: Aktivitas Belajar Tetap Berjalan
Kepala SMAN 72 Jakarta, Sri Wahyuni, menyatakan pihaknya bekerja sama penuh dengan aparat penegak hukum dan Pemprov DKI dalam proses penyelidikan.
“Kami menyerahkan sepenuhnya proses penyelidikan kepada pihak berwenang. Dari sisi sekolah, kami memastikan seluruh siswa mendapatkan dukungan psikologis dan keamanan,” kata Sri.
Menurutnya, kegiatan belajar mengajar tetap berjalan dengan penyesuaian jadwal dan pengawasan ketat. Area yang terdampak ledakan sudah ditutup sementara waktu hingga proses perbaikan selesai.
“Kami juga meningkatkan komunikasi antara guru, siswa, dan orang tua agar tidak ada kesalahpahaman. Sekolah akan mengadakan sesi konseling kelompok minggu ini,” tambahnya.
Dinas Pendidikan Bentuk Tim Investigasi Internal
Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta, Hendra Kurniawan, mengatakan bahwa pihaknya telah membentuk tim investigasi internal untuk menelusuri kemungkinan adanya perundungan atau tekanan sosial di lingkungan SMAN 72.
“Kami akan memeriksa dinamika sosial antarsiswa, sistem pelaporan bullying, serta efektivitas bimbingan konseling di sekolah tersebut,” jelas Hendra.
Ia menyebut bahwa setiap sekolah di DKI Jakarta sebenarnya telah memiliki prosedur standar penanganan kasus perundungan, namun pelaksanaannya di lapangan sering kali tidak maksimal.
“Ini menjadi refleksi bagi kami untuk memperkuat pengawasan dan memastikan bahwa siswa memiliki ruang aman untuk melapor jika mereka merasa tertekan atau diintimidasi,” tambahnya.
Pemerhati Pendidikan: Kasus Ini Harus Jadi Momentum
Pemerhati pendidikan, Retno Wardhani, menilai kasus ini menjadi momentum bagi pemerintah daerah dan sekolah untuk memperkuat literasi emosional dan komunikasi antar siswa.
“Kasus seperti ini bisa jadi sinyal bahwa ada anak-anak yang merasa tidak didengar atau tidak diterima di lingkungan sekolahnya,” ujarnya.
Retno menekankan pentingnya pendidikan empati di sekolah — bukan hanya fokus pada akademik, tetapi juga kesejahteraan psikologis siswa.
“Bimbingan konseling harus aktif, bukan pasif menunggu laporan. Guru perlu dilatih untuk membaca tanda-tanda tekanan mental pada siswa,” tegasnya.
Psikolog: Perundungan Bisa Memicu Tindakan Ekstrem
Psikolog anak dan remaja, Dr. Farah Yuliana, menjelaskan bahwa tindakan ekstrem di kalangan pelajar sering kali dipicu oleh akumulasi tekanan, baik dari lingkungan sosial maupun keluarga.
“Bullying bisa memunculkan rasa marah, dendam, atau putus asa. Jika tidak ada penyaluran emosi yang sehat, remaja bisa melakukan tindakan yang berbahaya, termasuk bereksperimen dengan hal-hal ekstrem,” jelas Farah.
Ia menambahkan, sekolah dan orang tua perlu bekerja sama dalam memberikan pendampingan emosional, terutama bagi siswa yang cenderung menyendiri, sulit beradaptasi, atau menunjukkan tanda stres.
Pemerintah dan Polisi Berkoordinasi
Pemprov DKI Jakarta menyatakan akan terus berkoordinasi dengan Polda Metro Jaya dan Dinas Pendidikan untuk memastikan penanganan insiden berjalan secara transparan dan menyeluruh.
“Kami menunggu hasil penyelidikan lengkap sebelum mengambil langkah administratif. Namun yang pasti, keselamatan dan kesehatan mental siswa adalah prioritas utama,” kata Pramono.
Kapolres Metro Jakarta Timur, Dwi Hartono, juga menegaskan bahwa pihaknya akan mengumumkan hasil penyelidikan begitu semua bukti forensik dan keterangan saksi lengkap.
Penutup: Mencegah Tragedi Serupa
Insiden ledakan di SMAN 72 Jakarta menjadi peringatan keras bagi semua pihak bahwa lingkungan sekolah harus lebih proaktif dalam mendeteksi potensi kekerasan dan tekanan sosial di kalangan pelajar.
Pemerintah daerah berjanji akan memperkuat sistem pelaporan dan memperluas program pencegahan bullying di semua sekolah menengah atas di Jakarta.
“Kita tidak boleh menunggu kasus seperti ini terulang. Sekolah adalah rumah kedua bagi anak-anak kita, tempat di mana mereka harus merasa aman, diterima, dan dihargai,” tegas Gubernur Pramono menutup keterangannya.
Dengan langkah cepat dan koordinasi lintas sektor, diharapkan kasus ini tidak hanya menjadi catatan kriminal, tetapi juga pelajaran penting bagi dunia pendidikan Indonesia untuk lebih memperhatikan sisi kemanusiaan dan psikologis siswa di tengah tekanan zaman yang semakin kompleks.

