Bekasi, Mata4.com – Proses pemulangan jenazah sandera Israel yang tewas di Jalur Gaza pasca-gencatan senjata menghadapi kendala teknis dan logistik yang serius. Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas, menyatakan perlunya tambahan personel dan peralatan teknik untuk mengevakuasi jenazah yang masih terperangkap di wilayah konflik.
Pernyataan resmi Brigade Al-Qassam menekankan tingkat kesulitan operasi kemanusiaan di tengah reruntuhan Gaza. “Proses evakuasi jenazah pada periode sebelumnya dilakukan dalam kondisi yang sangat sulit,” ujar pernyataan tersebut. Meski demikian, Hamas memastikan telah memenuhi seluruh kewajiban sesuai kesepakatan dengan Israel.

Jenazah Tersisa di Tengah Kesepakatan
Gencatan senjata yang mulai berlaku sejak 10 Oktober 2025 mengakhiri babak pertukaran sandera yang masih hidup. Sebagai bagian dari kesepakatan, Hamas membebaskan 20 sandera Israel, sementara Israel melepaskan 250 tahanan Palestina serta 1.718 warga Gaza yang sebelumnya ditahan.
Saat ini, fokus beralih ke jenazah sandera yang meninggal, baik akibat serangan Israel maupun sebab lain. Hamas telah mengembalikan 23 jenazah, tetapi menurut otoritas Israel, masih ada lima jenazah yang diyakini berada di bawah reruntuhan atau lokasi sulit di Gaza.
Kendala Teknis di Zona Perang
Permintaan Al-Qassam akan tambahan brigade dan peralatan teknis menyoroti skala kesulitan di lapangan. Tingkat kehancuran infrastruktur akibat konflik sangat tinggi, sehingga upaya pencarian dan pengangkatan jenazah memerlukan alat berat dan keahlian khusus di zona yang berbahaya.
Pernyataan ini menjadi sinyal penting bagi mediator internasional, bahwa proses pemulangan jenazah memerlukan koordinasi logistik yang lebih baik dan dukungan teknis tambahan. Keberhasilan pemulangan seluruh jenazah dianggap vital untuk menutup babak duka bagi keluarga Israel dan memenuhi kewajiban Hamas dalam perjanjian gencatan senjata yang rapuh.
