Bekasi, Mata4.com – Situasi kemanusiaan di Jalur Gaza pasca-gencatan senjata antara Israel dan Hamas masih jauh dari aman. Perwakilan tetap Rusia untuk PBB, Vassily Nebenzia, menegaskan agar komunitas internasional tidak berpuas diri mengingat kondisi gencatan senjata yang rapuh dan rentan kembali pecah.
Dalam wawancara dengan RIA Novosti, Nebenzia menyatakan, “Situasinya masih cukup rapuh, sehingga kita tidak boleh berpuas diri. Gencatan senjata ini harus dipertahankan.” Pernyataan ini menekankan kekhawatiran bahwa jeda pertempuran bisa berakhir jika akar konflik tidak diselesaikan secara fundamental.
Pertukaran Sandera dan Tahanan
Gencatan senjata yang mulai berlaku sejak 10 Oktober 2025 juga diikuti dengan pertukaran sandera dan tahanan. Hamas telah membebaskan 20 sandera Israel, sementara Israel membebaskan sekitar 2.000 tahanan Palestina, termasuk narapidana seumur hidup terkait tuduhan terorisme.

Nebenzia menekankan bahwa meski langkah kemanusiaan ini penting, dunia tidak boleh melupakan mandat PBB yang belum terpenuhi selama 80 tahun: mewujudkan solusi dua negara (two-state solution).
Solusi Dua Negara Kunci Perdamaian Permanen
Rusia menilai perdamaian berkelanjutan di Timur Tengah hanya bisa tercapai melalui pembentukan negara Palestina merdeka dengan batas wilayah seperti 1967 dan Yerusalem Timur sebagai ibu kota. Nebenzia mengingatkan, tragedi berkepanjangan di Gaza adalah konsekuensi kegagalan komunitas internasional dalam mengakui dan membentuk negara Palestina.
Ia menegaskan, jeda pertempuran ini harus dimanfaatkan oleh PBB dan negara anggota untuk kembali fokus pada penyelesaian politik yang mendasar, agar ketidakstabilan di Gaza dan kawasan Timur Tengah tidak meledak lagi di masa depan.
