Banyuwangi, 3 Juli 2025 – Peristiwa tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya di Selat Bali pada Selasa malam (2 Juli 2025) menyisakan duka mendalam. Selain puluhan korban hilang, salah satu korban yang belum ditemukan diketahui merupakan warga negara asing (WNA) asal Malaysia, menambah dimensi internasional dalam tragedi ini.
Identitas WNA Malaysia: Rutin Kunjungi Istri di Banyuwangi
Korban bernama Fauzi bin Awang (50), warga asal Kuala Lumpur, Malaysia. Ia dilaporkan hilang oleh istrinya, Yatini (60), warga Desa Yosomulyo, Kecamatan Gambiran, Banyuwangi. Menurut keterangan keluarga, Fauzi datang ke Indonesia untuk menemui sang istri dan sudah beberapa kali bolak-balik Malaysia–Banyuwangi dalam beberapa tahun terakhir.
Yang mengkhawatirkan, nama Fauzi tidak tercatat dalam manifes resmi penumpang kapal. Namun, pihak keluarga menyatakan bahwa suaminya menaiki sebuah mobil travel dengan nomor polisi DK 7994 AC, yang teridentifikasi ikut masuk ke dalam kapal nahas tersebut.
“Suami saya sudah pamit pulang, dan terakhir kali kami komunikasi saat ia sudah berada di pelabuhan,” ujar Yatini, menahan tangis. Sejak kejadian, nomor telepon Fauzi tidak dapat dihubungi dan belum ada informasi resmi terkait keberadaannya.
Kronologi Tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya
KMP Tunu Pratama Jaya, kapal feri penyeberangan yang menghubungkan Pelabuhan Ketapang (Jawa Timur) dengan Gilimanuk (Bali), dilaporkan mengalami kerusakan di tengah laut sekitar pukul 23.20 WIB. Informasi dari Basarnas menyebutkan bahwa kapal mengalami mati mesin dan kebocoran di ruang mesin, diduga akibat cuaca buruk dan gelombang laut yang tinggi mencapai 2–2,5 meter.
Dalam waktu singkat, kapal mulai miring dan akhirnya terbalik, menyebabkan penumpang panik dan melompat ke laut untuk menyelamatkan diri. Tim SAR segera dikerahkan untuk melakukan evakuasi, termasuk mengerahkan kapal besar dan helikopter untuk pencarian korban.
Data Korban: 1 WNA Hilang, Puluhan Masih Dicari
Hingga kini, dari total 65 orang di atas kapal (terdiri dari 53 penumpang dan 12 kru), tercatat:
- 31 orang selamat
- 5 orang meninggal dunia
- Puluhan lainnya masih dalam pencarian, termasuk Fauzi bin Awang, WNA asal Malaysia
Pihak Konsulat Malaysia di Surabaya telah dikabarkan dan terus berkoordinasi dengan instansi terkait untuk memastikan status korban dan membantu keluarga korban di Indonesia.
Pencarian dan Tindakan Lanjutan
Operasi pencarian masih terus dilakukan oleh tim gabungan Basarnas, TNI AL, Polairud, dan relawan. Fokus pencarian mencakup area yang lebih luas di sekitar titik tenggelamnya kapal di Selat Bali. Beberapa kapal penyelamat dan helikopter telah dikerahkan untuk mempercepat proses evakuasi dan pencarian korban hilang.
Pemerintah melalui Kementerian Perhubungan menyatakan bahwa investigasi penuh sedang dilakukan. Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) juga telah turun untuk melakukan penyelidikan terhadap penyebab utama insiden. Dugaan awal mengarah pada cuaca ekstrem serta potensi kegagalan sistem pada kapal.
Harapan dan Penantian Keluarga
Keluarga Fauzi, khususnya istrinya, berharap besar agar sang suami segera ditemukan—selamat maupun tidak. “Yang penting saya tahu kabar suami saya. Mohon bantuannya semua pihak, saya hanya ingin kepastian,” ucap Yatini kepada wartawan.
Warga sekitar dan komunitas Malaysia di Indonesia pun menunjukkan simpati dan solidaritas. Sejumlah tokoh masyarakat turut menyampaikan dukacita atas tragedi ini dan mendorong pihak berwenang untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap sistem keamanan pelayaran di Indonesia.
Catatan: Perlunya Reformasi Keselamatan Laut
Insiden tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya bukanlah yang pertama di wilayah Selat Bali, yang dikenal sebagai jalur penyeberangan padat antara Jawa dan Bali. Kasus ini sekali lagi mengungkap lemahnya pengawasan manifes penumpang serta minimnya perlindungan terhadap penumpang non-resmi atau penumpang tambahan, termasuk warga negara asing.
Tragedi ini menjadi peringatan keras bagi otoritas pelayaran untuk:
- Memperketat pemeriksaan manifes penumpang
- Menambah sistem keselamatan di kapal penyeberangan
- Meningkatkan kapasitas evakuasi darurat dan pelatihan kru
- Memastikan standar keselamatan internasional terpenuhi
