Bekasi, Mata4.com – Dua bunga Rafflesia arnoldii mekar sempurna secara bersamaan di kawasan Desa Selamat Sudiarjo, Kecamatan Bermani Ulu, Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu, sejak Sabtu (22/11). Fenomena langka ini kembali menegaskan desa tersebut sebagai salah satu habitat paling produktif bagi puspa raksasa endemik Sumatera.
Ketua Kelompok Peduli Puspa Langka (KPPL) Rejang Lebong, Tedi Riski, menjelaskan bahwa selain dua bunga yang kini berada pada fase mekar penuh, terdapat satu knop aktif yang diperkirakan akan mekar dalam beberapa minggu mendatang. Kondisi ini menjadi indikator kuat bahwa habitat Rafflesia di desa tersebut berada dalam kondisi sehat dan terus beregenerasi.
Ia menambahkan bahwa lokasi bunga memang tidak mudah dijangkau. Dari Kota Curup, pengunjung membutuhkan perjalanan sekitar 25 kilometer menuju Desa Selamat Sudiarjo. Dari desa, perjalanan dilanjutkan menggunakan sepeda motor sejauh tiga kilometer sebelum akhirnya harus berjalan kaki sekitar 20 menit menyusuri jalur curam di dalam hutan. Medan menuju lokasi berada di lembah dengan kemiringan hampir 60 derajat dan sangat licin, sehingga pengunjung mesti berhati-hati agar tidak merusak knop Rafflesia lain yang tumbuh di sekitar area.
Dalam beberapa tahun terakhir, Desa Selamat Sudiarjo menjadi salah satu titik rutin mekarnya Rafflesia arnoldii. Kepadatan populasi knop yang terus muncul setiap musim memperlihatkan bahwa ekosistem di lokasi tersebut relatif stabil, terutama keberadaan tumbuhan inang yang menjadi kunci hidupnya Rafflesia.

Tokoh masyarakat Bermani Ulu, Saikul Latief, turut menjelaskan bahwa keberadaan Rafflesia di desa tersebut mulai teridentifikasi sekitar tahun 2019. Dari sembilan habitat yang pernah tercatat, tujuh masih aktif hingga kini, sementara dua lainnya hilang akibat kerusakan pohon inang. Menurutnya, mekarnya bunga Rafflesia hampir terjadi setiap bulan, sehingga kawasan ini makin sering dikunjungi wisatawan, termasuk turis mancanegara.
Ia menyebutkan bahwa pengunjung dari berbagai negara seperti Inggris—termasuk peneliti dari Oxford University—serta Rusia, India, China, Filipina, dan banyak negara lainnya, kerap datang hanya untuk menyaksikan mekarnya bunga langka itu. Fenomena alam ini, menurut Saikul, merupakan aset wisata kelas dunia yang seharusnya bisa berkembang lebih pesat jika mendapat perhatian lebih dari pemerintah daerah.
Saikul menegaskan bahwa potensi tersebut dapat memberikan dampak ekonomi yang signifikan bagi masyarakat setempat, jika ditunjang oleh pengelolaan wisata yang baik, jalur aman, dan fasilitas pendukung ramah lingkungan. Ia berharap momentum mekarnya dua bunga sekaligus ini dapat membuka mata banyak pihak akan nilai penting pelestarian habitat Rafflesia.
Fenomena mekarnya dua bunga Rafflesia arnoldii secara bersamaan diperkirakan masih dapat dinikmati dalam beberapa hari ke depan, selama lingkungan sekitar tetap terjaga dan cuaca mendukung. Bagi para pecinta alam, kesempatan ini menjadi momen langka yang sayang untuk dilewatkan.
