Bekasi, Mata4.com – Konsumen yang berencana mengganti smartphone, laptop, atau perangkat elektronik lainnya pada 2026 harus bersiap menghadapi kabar kurang menyenangkan. Para analis industri dan eksekutif perusahaan teknologi memperingatkan bahwa tahun depan akan terjadi lonjakan harga signifikan pada perangkat digital. Penyebabnya bukan sekadar inflasi global, melainkan perebutan besar-besaran terhadap komponen memori yang kini didominasi oleh pusat data kecerdasan buatan (AI).
Fenomena ini disebut sebagai “kanibalisme” komponen, karena server AI generatif—yang mendukung layanan seperti ChatGPT, model AI multimodal, dan infrastruktur komputasi canggih—menyedot pasokan chip memori secara masif. Alhasil, pasar elektronik konsumen kebagian jumlah yang jauh lebih sedikit.
Presiden Xiaomi, Lu Weibing, dalam laporan pendapatan perusahaan pekan ini memberikan peringatan keras tentang situasi rantai pasokan. Ia mengatakan bahwa tekanan pasokan pada 2026 akan lebih berat dibandingkan 2025, dan konsumen hampir pasti melihat kenaikan harga produk yang signifikan. Prediksi ini diperkuat William Keating dari Ingenuity, yang menegaskan bahwa seluruh industri—dari PC, smartphone, hingga server—akan terdampak dan beban akhirnya jatuh ke konsumen.
Akar masalah terletak pada dua komponen utama: DRAM dan NAND. Keduanya merupakan bagian vital dalam kinerja smartphone dan laptop, tetapi juga menjadi bahan bakar utama server AI. Lonjakan permintaan untuk server AI generatif menempatkan produsen memori seperti Samsung Electronics, SK Hynix, dan Micron dalam posisi untuk memprioritaskan pasar server yang memiliki margin keuntungan jauh lebih tinggi dibandingkan perangkat konsumen.

Samsung bahkan mengakui bahwa permintaan server berbasis AI terus tumbuh dan telah jauh melebihi kemampuan pasokan industri. Hal ini membuat perusahaan-perusahaan memori semakin ketat mengendalikan kapasitas produksi. Para analis menduga bahwa produsen dengan sengaja membatasi ekspansi agar harga tetap tinggi, mengingat trauma rugi besar yang dialami saat pasar memori anjlok beberapa tahun lalu.
Walaupun Samsung berencana membangun pabrik baru di Korea Selatan dan SK Hynix mencatat hasil kuartalan terbaik berkat kenaikan harga DRAM dan NAND, kapasitas tambahan tersebut tidak akan cukup meredam kenaikan harga untuk pasar konsumer dalam waktu dekat. Industri memori justru sedang memasuki siklus kenaikan harga yang kuat, menurut riset TrendForce. Mereka memperkirakan produksi smartphone dan laptop global akan turun pada 2026 karena mahalnya komponen memori, memaksa produsen perangkat menaikkan harga akhir kepada konsumen.
Efek berantai juga mulai dirasakan produsen chip kontrak seperti SMIC, yang melaporkan banyak klien menunda pemesanan karena tidak yakin akan mendapatkan pasokan memori yang memadai. Ketidakpastian ini menambah tekanan pada industri di seluruh rantai nilai, dari pabrik hingga merek dagang.
Para ahli investasi seperti Stephen Wu dari Carthage Capital menyimpulkan bahwa konsumen akan menghadapi tiga konsekuensi utama: harga memori yang lebih mahal, waktu tunggu pengiriman yang lebih lama, dan kontrak pembelian yang lebih kaku hingga setidaknya awal 2026. Dengan kondisi demikian, bagi konsumen yang perangkatnya masih berfungsi baik, menunda upgrade hingga situasi stabil atau membeli sebelum harga naik drastis bisa menjadi pilihan bijaksana.
Tahun 2026 tampaknya akan menjadi periode penuh tantangan bagi pasar elektronik konsumen, yang terjebak dalam perebutan global memori—antara kebutuhan komputasi AI yang terus membengkak dan permintaan perangkat digital yang tak pernah surut.
