Jakarta, 5 Juli 2025 — Turnamen pramusim sepak bola paling bergengsi di Indonesia, Piala Presiden 2025, kembali menjadi sorotan. Selain menyuguhkan pertandingan seru dan atmosfer kompetisi yang kompetitif, penyelenggaraan tahun ini juga menghadirkan kebijakan baru yang cukup menarik perhatian publik sepak bola nasional. Dua tim yang finis di posisi terbawah klasemen akhir turnamen tetap akan menerima hadiah dengan total nilai mencapai Rp300 juta.
Kebijakan ini diumumkan langsung oleh Ketua Panitia Pelaksana Piala Presiden 2025, Andi Wijaya, usai laga terakhir fase grup. Menurutnya, pemberian hadiah kepada dua tim terbawah ini merupakan bagian dari semangat inklusif dan pembinaan dalam ekosistem sepak bola nasional.
“Turnamen ini tidak hanya soal siapa yang juara, tapi juga tentang menghargai perjuangan semua tim. Meskipun berada di posisi bawah, mereka tetap menunjukkan dedikasi, semangat juang, dan berperan dalam menyukseskan kompetisi ini. Oleh karena itu, kami sepakat memberikan masing-masing Rp150 juta kepada dua tim terbawah sebagai bentuk penghargaan,” ujar Andi dalam konferensi pers di Jakarta, Sabtu (5/7).
Mendorong Semangat Kompetisi yang Sehat
Turnamen Piala Presiden 2025 diikuti oleh 20 klub sepak bola terbaik tanah air, baik dari kasta Liga 1 maupun perwakilan dari Liga 2. Selama lebih dari sebulan, pertandingan berlangsung sengit di berbagai kota besar di Indonesia. Meskipun beberapa tim belum mampu menampilkan performa terbaiknya, partisipasi mereka tetap dinilai penting dalam membangun atmosfer kompetisi yang merata dan profesional.
Pengamat sepak bola nasional, Rico Harisaputra, menilai langkah panitia cukup strategis. “Memberikan penghargaan kepada tim terbawah bisa menjadi bentuk empati dan dorongan moral. Ini memperlihatkan bahwa kontribusi semua tim tetap diakui, bukan hanya yang berhasil mencapai babak final,” kata Rico dalam sebuah sesi diskusi olahraga nasional.
Bukan Sekadar Turnamen, Tapi Ajang Pembinaan
Selain hadiah untuk dua tim terbawah, panitia juga menyiapkan total hadiah miliaran rupiah bagi tim juara, runner-up, pemain terbaik, pencetak gol terbanyak, pelatih terbaik, dan suporter paling kreatif. Panitia juga menjamin seluruh pertandingan berjalan sesuai standar profesional, termasuk penggunaan teknologi VAR, sistem keamanan terpadu, dan pengawasan wasit berlisensi internasional.
Menurut Andi Wijaya, Piala Presiden tidak hanya menjadi ajang pamer kekuatan jelang kompetisi resmi Liga 1, tetapi juga menjadi wadah pembinaan jangka panjang bagi klub-klub dalam mengembangkan talenta muda dan memperkuat mental bertanding.
“Kami ingin turnamen ini menjadi ruang belajar dan pembuktian. Banyak pemain muda yang mendapat panggung, dan ini juga penting untuk regenerasi tim nasional,” tambah Andi.
Respons Positif dari Klub Peserta
Salah satu manajer klub yang finis di posisi bawah, yang meminta namanya tidak disebutkan, mengaku terkejut sekaligus bersyukur atas penghargaan tersebut.
“Kami memang belum berhasil tampil maksimal, tapi hadiah ini menjadi penyemangat bagi tim dan manajemen untuk melakukan evaluasi lebih dalam. Kami berterima kasih kepada panitia,” ujarnya.
Dengan kebijakan ini, Piala Presiden 2025 kembali membuktikan dirinya sebagai turnamen yang bukan hanya soal kompetisi, tetapi juga soal apresiasi, pembangunan karakter, dan kemajuan sepak bola Indonesia secara menyeluruh.
