- Tanggal 17 Juli 2025, Holy Family Church di Gaza City, satu-satunya gereja Katolik di sana, terkena serangan peluru/tank Israel yang meleset dari sasaran. Tiga orang tewas, termasuk seorang petugas gereja dan seorang wanita lansia; 9–10 lainnya terluka, termasuk pastor Gabriel Romanelli yang mendapatkan perawatan karena luka ringan di kakinya.
- Gereja tersebut menjadi tempat berlindung ratusan warga sipil—termasuk anak-anak dan penyandang disabilitas—sejak konflik berlangsung.
Alasan “Peluru Nyasar” Menurut Israel
- PM Benjamin Netanyahu menyatakan insiden terjadi akibat “peluru nyasar”, yang menimpa gereja secara tidak sengaja. Investigasi awal menyebut fragmen peluru yang meleset menghantam bangunan gereja.
- Respons ini diumumkan setelah tekanan diplomatik, termasuk dari Presiden AS Donald Trump yang menelepon Netanyahu dan mendesaknya bertanggung jawab.
- Militer Israel menyatakan investigasi sedang berlangsung dan menegaskan komitmennya dalam melindungi warga sipil dan situs keagamaan.
Tanggapan Gereja & Komunitas Internasional
- Patriarkat Latin Yerusalem, bersama Patriark Yunani Ortodoks, mengutuk insiden tersebut sebagai “tindakan kriminal” dan pelanggaran berat terhadap hukum kemanusiaan internasional
- Delegasi uskup, dipimpin oleh Patriark Pierbattista Pizzaballa dan Theophilos III, melakukan kunjungan langka ke lokasi untuk menyampaikan solidaritas dan memberikan bantuan.
- Vatican, dipimpin Paus Leo XIV, dan juga Indonesia serta Italia secara tegas mengutuk insiden ini dan mendesak gencatan senjata segera.
- Paus Leo XIV khususnya menyoroti perlindungan terhadap tempat ibadah, memohon agar serangan terhadap situs keagamaan dihentikan.
Mengapa “Peluru Nyasar” Bisa Terjadi?
- Operasi militer di daerah padat sipil seperti Gaza sangat rentan terhadap pelesetan peluru ketika militer menggunakan kaliber besar (seperti dari tank), terutama jika target berada dekat objek sipil atau religi.
- Situasi perang yang cepat dan kompleks bisa menyebabkan kesalahan identifikasi sasaran, terutama jika peluru nyasar karena kesalahan tembak, pantulan, atau kendala teknis.
- Namun, saksi dan community leader mempertanyakan klaim tersebut, karena gereja merupakan tempat suci dan ada dugaan tidak ada aktivitas militan di dalamnya saat kejadian.
Konteks Lebih Luas & Historis
- Sejak konflik 2023–2025, berbagai tempat ibadah di Gaza, termasuk Gereja Ortodoks Saint Porphyrius, juga pernah menjadi sasaran peluru nyasar atau serangan udara Israel, menimbulkan korban sipil besar.
- Gereja Katolik Holy Family telah berkali‑kali dijadikan tempat perlindungan warga sipil sejak 2023.
Dampak Potensial & Harapan Aksi Internasional
- Insiden ini meningkatkan tekanan global untuk segera diberlakukannya gencatan senjata dan pembelaan terhadap situs keagamaan sebagai zona aman.
- Investigasi militer Israel, meski dijanjikan terbuka, diyakini banyak pihak termasuk PBB perlu dilakukan oleh lembaga independen agar transparan dan kredibel.
- Komunitas dunia menuntut agar perlindungan terhadap warga sipil dan tempat ibadah dimasukkan secara tegas dalam operasi militer, sesuai norma hukum internasional dan Konvensi Jenewa.
Serangan terhadap Holy Family Church di Gaza menegaskan betapa tegang dan rapuhnya situasi kemanusiaan di Gaza. Israel menyatakan peluru tersebut tidak disengaja, namun komunitas gereja dan internasional melihatnya sebagai pelanggaran serius terhadap perlindungan warga sipil dan tempat ibadah. Investigasi sejati dan tindakan preventif sangat diperlukan agar tragedi serupa tidak terulang.
