Bekasi, Mata4.com – Atalanta memperlihatkan wajah baru yang jauh lebih agresif di bawah pelatih Raffaele Palladino. Dalam laga fase liga Liga Champions yang digelar di Frankfurt Stadion, Kamis (27/11) dini hari WIB, La Dea tampil menggila dan menghancurkan Eintracht Frankfurt dengan kemenangan telak 3-0. Kemenangan ini bukan hanya poin penting, tetapi juga pernyataan bahwa Atalanta kembali menjadi ancaman serius di Eropa.
Laga ini menjadi debut Palladino di Liga Champions, hanya beberapa hari setelah debut Serie A-nya berakhir pahit dengan kekalahan dari Napoli. Namun di panggung Eropa, racikan taktiknya langsung menunjukkan hasil besar. Atalanta tampil dominan, agresif, dan sangat tajam dalam transisi—sesuatu yang selama ini identik dengan DNA permainan mereka, tetapi kini terlihat lebih matang dan terstruktur.
Atmosfer laga tetap intens meski kedua klub memiliki hubungan persahabatan panjang antar-suporter yang telah terjalin sejak tahun 2000. Frankfurt, yang sebelumnya menahan imbang Napoli 0-0, mencoba mengambil inisiatif sejak awal. Jonathan Burkhardt dan Robin Koch sempat mengancam, namun Marco Carnesecchi tampil sangat solid dan membuat gawang Atalanta tetap steril.

La Dea mulai menaikkan tempo pada pertengahan babak pertama. Aksi solo Ademola Lookman dan tembakan keras Gianluca Scamacca bahkan dua kali membentur tiang gawang hanya dalam selang 30 detik—sebuah tanda jelas bahwa tekanan Atalanta mulai menguasai jalannya pertandingan.
Momentum itu berubah menjadi gol saat babak kedua dimulai. Pada menit ke-60, Charles De Ketelaere mengirimkan umpan silang cerdas dari sisi kanan, dan Lookman dengan tenang menuntaskannya lewat sontekan voli ke tiang jauh. Belum sempat Frankfurt merespons, dua menit kemudian Lookman kembali berpikir cepat dalam situasi serangan balik dan memberikan umpan terukur yang diselesaikan Ederson menjadi gol kedua.
Frankfurt benar-benar tak mampu menahan badai. Hanya tiga menit setelah gol Ederson, Scamacca kembali mengancam lewat tendangan keras yang membentur mistar. De Ketelaere, yang terus membaca permainan dengan baik, menyambar bola muntah dan mencetak gol ketiga pada menit ke-65.
Tiga gol dalam lima menit membuat Frankfurt terpukul dan tidak lagi mampu mengejar. Atalanta mengontrol pertandingan hingga peluit akhir, menampilkan pertahanan rapat dan transisi menyerang cepat yang menjadi ciri khas racikan Palladino.
Kemenangan ini menjadi sinyal kuat bahwa Atalanta siap bersaing kembali di pentas Eropa. Sementara Frankfurt harus menelan kenyataan pahit setelah dihancurkan secara taktis dan fisik oleh tim tamu yang tampil hampir tanpa celah. La Dea pulang dengan tiga poin, kepercayaan diri besar, dan identitas baru yang menakutkan bagi lawan-lawan berikutnya.
