India, Mata4.com — Insiden kekerasan dalam rumah tangga kembali mengguncang publik India, kali ini terjadi di wilayah Ghaziabad, Uttar Pradesh, pada Selasa malam (14/10). Seorang pria berusia 38 tahun mengalami luka serius di bagian perut setelah diduga ditikam oleh istrinya sendiri saat terjadi pertengkaran di kediaman mereka.
Pertengkaran yang semula hanya berupa adu mulut kecil itu berubah menjadi tragedi berdarah. Korban, yang berinisial R.P., dilarikan ke rumah sakit dalam kondisi kritis dan kini tengah menjalani perawatan intensif di unit gawat darurat rumah sakit pemerintah setempat.
Pelaku, yang diketahui adalah istrinya sendiri berinisial S.P. (35), langsung diamankan oleh pihak kepolisian tidak lama setelah kejadian. Aparat kini tengah melakukan penyelidikan menyeluruh guna memastikan motif di balik penyerangan yang nyaris merenggut nyawa tersebut.
Kronologi Kejadian
Berdasarkan informasi yang dihimpun dari keterangan pihak kepolisian dan saksi mata, insiden tersebut terjadi sekitar pukul 21.00 waktu setempat. Pasangan tersebut disebut tengah berdebat mengenai masalah rumah tangga sehari-hari.
Kepala Kepolisian Ghaziabad, Ajay Kumar Singh, mengatakan bahwa saat cekcok semakin memanas, pelaku diduga mengambil pisau dari dapur dan menikam korban sebanyak dua kali di bagian perut. “Kami menerima laporan dari warga sekitar tentang adanya keributan di rumah pasangan tersebut. Saat tim kami tiba di lokasi, korban sudah dalam kondisi berlumuran darah,” jelasnya dalam pernyataan resmi, Rabu (15/10).
Menurut Ajay, korban langsung dibawa ke rumah sakit terdekat untuk mendapat pertolongan pertama. “Saat ini kondisinya stabil tetapi masih dalam pengawasan ketat. Kami juga sudah mengamankan pelaku untuk pemeriksaan lebih lanjut,” ujarnya.
Situasi Keluarga dan Lingkungan Sekitar
Pasangan suami istri tersebut telah menikah selama kurang lebih delapan tahun dan dikaruniai dua orang anak yang masih berusia di bawah 10 tahun. Menurut tetangga, pasangan ini dikenal tertutup, namun beberapa kali terlihat terlibat pertengkaran kecil.
“Beberapa kali kami mendengar mereka bertengkar, tapi tidak pernah menyangka bisa sampai terjadi seperti ini. Anak-anak mereka sering terlihat bermain di depan rumah, dan tampaknya keluarga ini normal-normal saja,” ujar salah satu tetangga yang tidak ingin disebutkan namanya.
Setelah kejadian, kedua anak korban kini dititipkan sementara kepada kerabat terdekat, sambil menunggu proses hukum dan perawatan medis terhadap orang tua mereka.
Penyelidikan Masih Berlangsung
Hingga saat ini, pihak kepolisian masih mengumpulkan keterangan dari berbagai saksi dan mengamankan barang bukti dari tempat kejadian perkara. Polisi juga sedang menelusuri riwayat hubungan rumah tangga keduanya, termasuk apakah sebelumnya sudah pernah terjadi kekerasan serupa.
“Kami masih mendalami apakah ada unsur perencanaan atau ini merupakan aksi spontan akibat emosi sesaat. Tim kami juga memeriksa rekam jejak komunikasi keduanya, termasuk kemungkinan keterlibatan pihak lain,” kata Ajay.
Pelaku berpotensi dijerat dengan pasal percobaan pembunuhan serta kekerasan dalam rumah tangga, sesuai hukum pidana yang berlaku di India. Proses hukum akan terus berjalan sambil menunggu hasil pemeriksaan medis terhadap korban dan perkembangan penyidikan lainnya.
Pandangan Pakar: KDRT Bukan Hanya Soal Gender
Peristiwa ini kembali menyoroti isu kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang masih menjadi masalah serius di India. Menurut data National Crime Records Bureau (NCRB), KDRT merupakan salah satu bentuk kekerasan yang paling banyak dilaporkan, meskipun banyak kasus yang tidak tercatat karena korban enggan melapor.
Dr. Meera Joshi, pakar psikologi keluarga dari Delhi University, menekankan bahwa kekerasan dalam rumah tangga bukan hanya dilakukan oleh pria terhadap wanita, tetapi juga bisa terjadi sebaliknya. Namun, kasus istri melakukan kekerasan terhadap suami kerap kali luput dari perhatian karena stigma sosial.
“Sering kali pria yang menjadi korban memilih untuk diam karena takut dianggap lemah atau malu secara sosial. Ini menyebabkan banyak kasus kekerasan terhadap pria tidak tercatat. Negara perlu memberikan perhatian yang setara kepada semua korban, tanpa memandang gender,” ujarnya.
Ia juga menambahkan bahwa konflik rumah tangga harus diselesaikan melalui dialog terbuka dan bantuan profesional, seperti konseling keluarga. “Jika ada masalah berulang yang tidak terselesaikan, pasangan sebaiknya mencari bantuan dari pihak ketiga yang kompeten, sebelum terjadi kekerasan yang dapat menghancurkan rumah tangga dan merugikan anak-anak,” tambahnya.
Seruan untuk Masyarakat: Waspadai Tanda-Tanda Kekerasan
Banyak kalangan kini menyerukan pentingnya peran masyarakat dalam mendeteksi dan mencegah KDRT. Ketua LSM perlindungan keluarga, Aasha Foundation, menyebutkan bahwa kasus semacam ini bisa dicegah jika lingkungan sekitar lebih peka terhadap tanda-tanda awal kekerasan.
“Jangan menganggap pertengkaran sebagai urusan pribadi semata. Ada kalanya kita perlu bertindak atau melaporkan ketika kekerasan mulai terlihat, demi menyelamatkan nyawa dan masa depan anak-anak,” ujar perwakilan lembaga tersebut.
Penutup
Insiden di Ghaziabad menjadi pengingat serius bahwa konflik rumah tangga yang tampak kecil bisa berujung tragis bila tidak dikelola dengan baik. Kekerasan dalam rumah tangga bukan hanya melukai secara fisik, tetapi juga secara psikologis, baik bagi pasangan maupun anak-anak mereka.
Masyarakat diimbau untuk lebih terbuka terhadap isu ini, dan tidak ragu mencari bantuan jika mengalami atau menyaksikan kekerasan di lingkungan sekitar. Negara, aparat hukum, dan lembaga sosial memiliki tanggung jawab bersama dalam menciptakan rumah tangga yang aman dan sehat bagi seluruh anggota keluarga.

