
Jakarta, Mata4.com — Kecanggihan teknologi kecerdasan buatan (AI) kini semakin meresahkan. Setelah mendulang popularitas luar biasa di seluruh dunia, salah satu teknologi AI paling terkenal, ChatGPT, kini mendapat sorotan tajam—bahkan dari penciptanya sendiri. Sam Altman, CEO OpenAI, mengungkap potensi bahaya serius dari ChatGPT yang bisa mengancam keamanan data pribadi hingga perbankan digital.
Peringatan dari Dalam
Dalam sebuah wawancara terbaru, Altman mengakui bahwa kemampuan ChatGPT yang terus berkembang bisa disalahgunakan jika tidak diawasi dengan ketat. Salah satu kekhawatiran utama adalah kemampuannya dalam mereproduksi informasi pribadi, menjawab pertanyaan sensitif, bahkan membantu peretasan jika digunakan dengan niat jahat.
“Teknologi ini luar biasa, tapi juga sangat kuat. Tanpa pengawasan, bisa berbahaya seperti pisau bermata dua,” ujar Altman.

www.service-ac.id
Ancaman terhadap Keamanan Digital
Yang paling mengkhawatirkan, ChatGPT bisa digunakan untuk rekayasa sosial (social engineering), yaitu teknik manipulasi psikologis untuk mendapatkan akses ke sistem atau informasi rahasia. Misalnya, pelaku bisa menggunakan AI untuk meniru gaya komunikasi seseorang guna membobol sistem keamanan, termasuk aplikasi mobile banking (mbanking).
Pakar keamanan siber juga menegaskan bahwa AI seperti ChatGPT dapat digunakan untuk:
- Membuat email phishing yang sangat meyakinkan
- Menebak jawaban dari pertanyaan keamanan
- Meniru bahasa percakapan customer service
- Mengelabui pengguna untuk memberikan informasi sensitif
Apa yang Harus Dilakukan Pengguna?
Masyarakat diminta untuk lebih waspada dan tidak sembarangan menggunakan AI untuk hal-hal yang bersifat pribadi. Beberapa langkah pencegahan yang direkomendasikan:
- Jangan memberikan data pribadi ke chatbot, termasuk nomor rekening, PIN, atau password.
- Aktifkan autentikasi dua faktor (2FA) di semua akun penting, termasuk aplikasi keuangan.
- Perbarui software secara berkala, termasuk aplikasi mbanking dan sistem keamanan perangkat.
- Pahami batasan dan risiko AI—jangan mudah percaya pada informasi yang dihasilkan AI tanpa verifikasi.
Regulasi Masih Tertinggal
Meskipun ChatGPT dikembangkan dengan berbagai filter dan pembatasan, penyalahgunaan masih bisa terjadi, apalagi jika versi terbuka (open-source) dimodifikasi tanpa pengawasan. Sementara itu, regulasi terkait penggunaan AI di Indonesia masih belum memadai, membuka celah bagi potensi kebocoran data dan kejahatan digital.
Kesimpulan
ChatGPT memang membuka peluang besar dalam dunia teknologi dan produktivitas. Namun seperti teknologi lainnya, penggunaannya harus dibarengi dengan kesadaran dan kewaspadaan. Jangan sampai kemudahan yang ditawarkan justru menjadi pintu masuk bagi ancaman baru di dunia maya.
Wajib tahu sekarang, sebelum mbanking Anda jadi korban berikutnya.