Bekasi, Mata4.com – Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) mengerahkan bantuan personel dari berbagai kantor SAR di luar daerah untuk memperkuat operasi pencarian dan evakuasi di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Langkah ini dilakukan menyusul terputusnya sejumlah akses darat ke wilayah terdampak banjir dan tanah longsor sejak awal pekan.
Kepala Basarnas, Mohammad Syafii, menjelaskan keputusan penguatan operasi tersebut dalam konferensi pers seusai rapat terbatas di Kantor BNPB, Jakarta, Kamis (27/11/2025). Syafii menyebutkan bahwa pengiriman personel dan peralatan kini mengandalkan jalur laut karena banyak ruas jalan yang masih belum dapat dilalui. “Karena jalur darat beberapa titik masih terputus, kita mengerahkan dengan fasilitas laut, KN SAR kami sudah siaga,” ujarnya.
Sebagai koordinator operasi pencarian dan pertolongan, Basarnas telah membuka delapan operasi SAR di tiga provinsi yang terdampak bencana hidrometeorologi. Personel tambahan juga diberangkatkan dari sejumlah kantor SAR, termasuk Bengkulu dan Pangkal Pinang. Pada Kamis malam, tim Basarnas Special Group (BSG) dari Kantor Basarnas Pusat di Jakarta turut dikerahkan untuk mempercepat proses evakuasi.

Syafii menekankan bahwa prioritas utama operasi SAR saat ini adalah mengevakuasi warga yang masih terjebak dan mencari korban yang belum ditemukan. “SAR Mission Coordinator bersama seluruh potensi SAR yang ada di wilayah saat ini sedang berjuang melaksanakan operasi, khususnya mengevakuasi korban-korban yang terisolasi,” tegasnya.
Pendataan jumlah korban, kondisi pengungsian, dan kerusakan infrastruktur di ketiga provinsi masih berlangsung. Laporan sementara Pusdalops BNPB per Kamis sore menunjukkan banjir bandang dan tanah longsor telah meluas ke 13 kabupaten/kota di Sumatera Utara, termasuk Kabupaten Langkat, Tapanuli Tengah, Mandailing Natal, Tapanuli Selatan, dan Tapanuli Utara.
Di Sumatera Barat, wilayah terdampak meliputi Agam, Padang Pariaman, Bukittinggi, Solok, dan Padang. Sementara di Aceh, 10 dari 23 kabupaten/kota telah menetapkan status darurat bencana, dengan 1.497 warga mengungsi dan dua orang dilaporkan meninggal dunia.
Kepala Basarnas berharap arus informasi dari masyarakat dan media massa dapat membantu mempercepat langkah tim SAR di daerah yang membutuhkan respons cepat. “Harapan kami, informasi dari masyarakat dan media massa dapat menjadi kepanjangan tangan kami untuk melaksanakan tugas, terutama di titik-titik bencana yang membutuhkan penanganan segera,” ujar Syafii.
Dengan penguatan personel dan penggunaan jalur laut, Basarnas berupaya memastikan evakuasi korban berlangsung cepat dan efektif, meskipun kondisi infrastruktur di wilayah terdampak masih banyak yang terputus. Langkah ini menunjukkan kesiapsiagaan dan koordinasi antarinstansi untuk merespons bencana hidrometeorologi yang melanda Sumatera.
