Thailand, Mata4.com — Ketegangan di perbatasan Thailand-Kamboja kembali meningkat setelah rencana perdamaian antara kedua negara batal diwujudkan. Insiden terbaru terjadi ketika dua tentara dilaporkan terluka akibat ledakan ranjau di wilayah perbatasan, Senin (10/11).
Menurut laporan militer Thailand, ledakan terjadi di wilayah perbatasan yang berbatasan dengan Provinsi Battambang, Kamboja. Kedua tentara, berinisial S.T. (30) dan M.P. (28), mengalami luka ringan hingga sedang dan segera dilarikan ke rumah sakit militer untuk mendapatkan perawatan.
“Kedua tentara dalam kondisi stabil, dan kami tengah melakukan penyelidikan lebih lanjut terkait insiden ledakan ini,” kata Jenderal Anuwat Chaiyaporn, Komandan Distrik Militer Thailand.
Batalnya Upaya Perdamaian
Rencana perdamaian yang dijadwalkan melibatkan pertemuan antara pejabat tinggi militer kedua negara untuk meredakan ketegangan di perbatasan. Namun, negosiasi menemui jalan buntu karena perbedaan pandangan terkait penempatan pasukan dan pengawasan wilayah perbatasan.
Konflik di perbatasan Thailand-Kamboja telah berlangsung selama beberapa bulan terakhir, terutama akibat klaim wilayah yang tumpang tindih. Provinsi Sisaket di Thailand dan Provinsi Oddar Meanchey di Kamboja menjadi titik rawan.
“Insiden ini menjadi pengingat bahwa situasi perbatasan masih sangat rawan konflik. Diperlukan kesabaran dan dialog diplomatik agar tidak terjadi eskalasi,” ujar Dr. Somchai Vong, analis hubungan internasional dari Universitas Chulalongkorn.
Respon Militer Kamboja
Pihak militer Kamboja menyatakan telah menambah pasukan untuk menjaga keamanan di wilayah perbatasan. Juru bicara militer Kamboja, Kolonel Keo Sokun, menekankan pentingnya koordinasi dengan pihak Thailand untuk mencegah insiden serupa.
“Keselamatan tentara dan warga di perbatasan menjadi prioritas. Kami mengimbau kedua pihak menahan diri dan mengutamakan komunikasi,” kata Keo Sokun.
Militer kedua negara juga tengah memetakan titik-titik berbahaya akibat ranjau darat yang masih tersebar di beberapa wilayah perbatasan.
Dampak bagi Warga Perbatasan
Insiden ledakan ranjau menimbulkan kekhawatiran di kalangan warga desa yang tinggal di sekitar perbatasan. Beberapa warga mengaku takut melakukan aktivitas sehari-hari seperti berkebun atau mengirim hasil panen ke pasar.
“Kami takut melewati area tertentu karena masih banyak ranjau di sekitar sini. Semoga pihak berwenang segera menandai dan mengevakuasi wilayah berbahaya,” ujar Phanida (40), salah satu warga perbatasan.
Selain itu, beberapa sekolah di daerah perbatasan juga meningkatkan pengawasan terhadap siswa untuk memastikan mereka tidak bermain di area rawan ranjau.
Langkah Pencegahan dan Penanganan
Militer Thailand dan Kamboja saat ini berkoordinasi untuk:
- Memetakan ulang wilayah yang rawan ranjau.
- Menyediakan jalur aman bagi warga.
- Meningkatkan patroli perbatasan agar insiden serupa tidak terjadi.
Pakar keamanan regional menekankan bahwa dialog berkelanjutan dan kerja sama bilateral menjadi kunci agar konflik perbatasan tidak berlanjut.
“Keamanan warga dan tentara harus menjadi prioritas. Selain patroli, penyuluhan dan penandaan area ranjau sangat penting,” ujar Prof. Heng Chhay, pakar keamanan regional Kamboja.
Sejarah Konflik Perbatasan
Thailand dan Kamboja memiliki sejarah panjang sengketa perbatasan, termasuk insiden militer dan perdebatan klaim wilayah di berbagai provinsi. Sengketa ini sering dipicu oleh perbedaan interpretasi peta kolonial lama dan penempatan pasukan di daerah rawan.
Meski berbagai upaya diplomatik pernah dilakukan, beberapa titik perbatasan masih sering menjadi lokasi bentrokan ringan antara pasukan kedua negara. Insiden ledakan ranjau yang menimpa dua tentara kali ini menambah catatan panjang konflik perbatasan Thailand-Kamboja.
Kesimpulan
Insiden ledakan ranjau yang menimpa dua tentara di perbatasan Thailand-Kamboja menyoroti ketegangan yang masih berlangsung meski ada rencana perdamaian. Aparat kedua negara diharapkan dapat menahan diri dan memperkuat jalur komunikasi untuk mengurangi risiko eskalasi militer.
Masyarakat internasional dan organisasi regional, termasuk ASEAN, terus mengawasi situasi ini agar konflik tidak meluas dan warga sipil tetap aman.

