Bekasi, Mata4.com – Pasar kripto kembali berdarah dalam 24 jam terakhir. Harga Bitcoin (BTC) anjlok dalam-dalam hingga menyentuh level terendah sejak April 2025 dan memasuki zona “Max Pain”, titik yang dianggap paling menyakitkan bagi pelaku pasar namun menawarkan peluang beli terbesar.
Berdasarkan data Coinmarketcap, Jumat (21/11/2025) pukul 06.15 WIB, kapitalisasi pasar kripto global turun 2,2% menjadi US$ 3,01 triliun. Bitcoin jatuh 4,04% dalam sehari ke US$ 87.473 per koin atau sekitar Rp 1,46 miliar (kurs Rp 16.738).
Penurunan tajam juga melanda aset kripto utama lain:
- Ethereum (ETH): turun 4,0% ke US$ 2.864
- Binance (BNB): turun 2,45% ke US$ 875
- Dogecoin (DOGE): turun 2,07% ke US$ 0,15
- XRP: anjlok 3,83% ke US$ 2,02
- Solana (SOL): melemah 1,23% ke US$ 134

Investor Kurangi Risiko, The Fed Bikin Gamang
Dikutip CNBC Internasional, Bitcoin sempat jatuh hingga US$ 86.325, posisi terendah sejak 21 April, sebelum stabil di kisaran US$ 87 ribu. Pelemahan terjadi di tengah aksi investor mengurangi eksposur terhadap aset berisiko akibat ketidakpastian arah suku bunga The Fed.
Sentimen semakin negatif setelah data tenaga kerja AS jauh melampaui ekspektasi. Ekonomi AS menambah 119 ribu pekerjaan pada September, lebih dari dua kali lipat proyeksi Dow Jones sebesar 50 ribu. Data ini memunculkan keraguan baru bahwa The Fed akan memangkas suku bunga pada Desember.
Berdasarkan FedWatch CME Group, peluang pemangkasan suku bunga kini turun menjadi sekitar 40%.
Efek Domino ke Pasar Saham
Koreksi Bitcoin turut menyeret pasar saham AS, bahkan ketika Nvidia melaporkan kinerja keuangan yang sangat kuat. Investor agresif di saham berbasis AI umumnya juga memiliki eksposur besar di Bitcoin, membuat pergerakan kedua aset cenderung berkorelasi.
Tekanan Jual Berlanjut Sejak Oktober
Secara teknikal, tekanan jual terhadap Bitcoin sudah muncul sejak awal Oktober. Serangkaian likuidasi paksa (cascading liquidations) pada posisi leverage tinggi memicu penurunan beruntun dan memperbesar volatilitas.
Bitcoin kini berada pada zona yang oleh pelaku pasar disebut sebagai “Max Pain” — titik psikologis yang penuh tekanan, namun kerap diburu investor jangka panjang karena dianggap sebagai area “harga diskon”.
