
Jakarta, 25 Juli 2025 – Revolusi kecerdasan buatan (AI) terus melaju dengan kecepatan yang luar biasa, dan kini CEO OpenAI, Sam Altman, memberikan peringatan tegas: seluruh kategori pekerjaan bisa segera hilang total akibat kemajuan AI. Dalam sebuah forum penting yang diadakan oleh Federal Reserve di Amerika Serikat, Altman menekankan bahwa kecerdasan buatan bukan sekadar alat bantu, melainkan kekuatan disruptif yang akan membentuk ulang dunia kerja secara menyeluruh.
“Pekerjaan Ini Akan Sepenuhnya Hilang”
Altman menegaskan bahwa pekerjaan di bidang layanan pelanggan (customer service) adalah yang paling dekat dengan ujung tanduk. Menurutnya, kemajuan teknologi AI generatif—seperti ChatGPT dan model serupa—telah mencapai titik di mana sistem tersebut dapat menggantikan manusia dalam berinteraksi langsung dengan konsumen.
“Kemampuan AI dalam menjawab pertanyaan, menyelesaikan masalah teknis, bahkan memberikan solusi kompleks—semua itu sudah melampaui performa manusia di banyak kasus,” ujar Altman dalam pidatonya di Washington. “Layanan pelanggan adalah contoh nyata dari pekerjaan yang akan sepenuhnya hilang dalam waktu dekat.”
Dengan sistem AI yang mampu bekerja 24 jam tanpa lelah, memberikan jawaban instan, dan merespons dalam berbagai bahasa, perusahaan-perusahaan global mulai beralih dari staf manusia ke sistem otomatis.
Bidang Administrasi dan Pekerjaan Rutin Juga Terancam
Tak hanya customer service, pekerjaan rutin lain seperti admin perkantoran, input data, pengelolaan dokumen, hingga analisis dasar akuntansi dinilai sangat rentan untuk digantikan.
Riset industri menunjukkan bahwa:
- 78% keterampilan dalam akuntansi bisa diotomatisasi oleh AI.
- 70% proses rekrutmen seperti penyortiran CV dan penjadwalan wawancara kini bisa ditangani oleh model bahasa besar (LLM).
- AI kini bahkan bisa menulis dan mengedit dokumen hukum standar, mengancam peran para paralegal dan asisten hukum.
Di bidang jurnalisme dan konten digital, beberapa perusahaan media telah menggunakan AI untuk menulis artikel, ringkasan berita, bahkan konten video secara otomatis, meskipun masih diawasi oleh manusia.
AI Belum Sepenuhnya Bisa Gantikan Semua Profesi
Meski AI menunjukkan performa mengagumkan, Sam Altman menegaskan bahwa AI tidak bisa menggantikan semua peran manusia. Dalam bidang medis, misalnya, ia mengakui bahwa AI bisa menjadi sistem diagnosa yang lebih cepat dan lebih akurat dari banyak dokter. Namun, keputusan akhir tetap membutuhkan sentuhan manusia, terutama dalam hal tanggung jawab moral dan empati.
“Saya tidak akan menyerahkan nasib medis saya sepenuhnya pada ChatGPT. Intuisi dan pengalaman manusia tetap tak tergantikan dalam banyak hal,” ujar Altman.
Hal senada disampaikan oleh CTO OpenAI, Mira Murati, yang menyebut bahwa meskipun beberapa pekerjaan kreatif bisa digantikan AI, penting untuk melihat AI sebagai alat kolaborasi, bukan sebagai pengganti total manusia. Ia menekankan bahwa AI bisa mempercepat proses kreatif, membantu menghasilkan ide, dan menyusun struktur kerja, namun tetap membutuhkan kontrol manusia untuk hasil yang bernilai dan etis.
Prediksi Dampak Global: Pengangguran, Adaptasi, dan Pendidikan Ulang
Dampak besar dari otomatisasi pekerjaan juga disoroti oleh Dario Amodei, CEO dari Anthropic (perusahaan AI pesaing OpenAI), yang memperkirakan bahwa:
- Dalam waktu lima tahun ke depan, AI dapat menggantikan banyak pekerjaan tingkat pemula di sektor white-collar.
- Tingkat pengangguran di beberapa negara, termasuk Amerika Serikat, bisa naik menjadi 20% jika tidak diantisipasi dengan baik.
Di Indonesia, tantangan ini semakin kompleks karena tingginya jumlah tenaga kerja informal dan minimnya program reskilling berskala nasional. Namun, OpenAI menyarankan bahwa solusi bukanlah menghentikan AI, tetapi mempercepat adaptasi tenaga kerja manusia.
“Pekerjaan yang akan hilang bukan digantikan oleh mesin, tapi oleh orang lain yang tahu cara memanfaatkan AI,” kata Aaron “Ronnie” Chatterji, Chief Economist OpenAI, dalam wawancara terpisah di Jakarta.
Profesi yang Masih Aman (Untuk Sementara)
Meskipun ada pekerjaan yang terancam, ada juga profesi yang dinilai relatif aman—setidaknya dalam jangka menengah. Di antaranya:
- Tenaga kesehatan: dokter spesialis, psikolog, perawat.
- Pendidik: guru, dosen, mentor pembelajaran berbasis pengalaman.
- Seniman dan kreator: terutama mereka yang mampu menggabungkan teknologi dalam proses berkarya.
- Pekerja teknis dan manual: seperti teknisi lapangan, operator mesin, petugas kebersihan, dan sopir.
Kesimpulan: Apa yang Harus Dilakukan?
Para ahli menyarankan tiga langkah utama untuk menghadapi gelombang otomatisasi AI:
- Pendidikan Ulang (Reskilling)
Pemerintah dan perusahaan harus menyediakan pelatihan keterampilan baru yang relevan dengan era AI. - Kolaborasi Manusia-AI
Melihat AI sebagai alat pendukung, bukan pesaing. Pekerja masa depan akan menjadi “operator” AI. - Kebijakan Sosial Proaktif
Termasuk kebijakan penghasilan dasar universal (UBI), jaminan sosial berbasis digital, dan perlindungan hukum terhadap penyalahgunaan AI.