
Kuala Lumpur, Mata4.com — Selama ini, Indonesia dikenal luas sebagai surganya para pendaki di Asia Tenggara, dengan deretan gunung-gemunung berapi yang menjulang dari Sabang hingga Merauke. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, posisi itu mulai digeser oleh negara tetangga: Malaysia. Dengan pengelolaan pendakian yang lebih sistematis, jalur yang aman, serta keindahan alam yang tak kalah menawan, Malaysia menjelma menjadi destinasi favorit baru para pendaki, baik dari dalam negeri maupun dari mancanegara.
Pendakian yang Tertata, Aman, dan Ramah Wisatawan
Salah satu keunggulan utama Malaysia dalam sektor pendakian terletak pada sistem pengelolaan jalur pendakiannya. Hampir semua jalur gunung populer di negara ini sudah dikelola secara resmi oleh pemerintah melalui lembaga seperti Sabah Parks, Taman Negara Malaysia, dan berbagai departemen kehutanan negara bagian. Pendaki wajib melakukan registrasi, menggunakan jasa pemandu resmi, dan mengikuti prosedur keselamatan yang ketat.
Dengan pendekatan ini, angka kecelakaan pendakian di Malaysia relatif rendah dibandingkan beberapa negara tetangga. Jalur-jalur pendakian dilengkapi dengan penunjuk arah yang jelas, tempat beristirahat, pos penyelamatan, bahkan fasilitas penginapan untuk pendaki yang ingin bermalam di tengah perjalanan. Selain itu, sistem booking online yang transparan membuat pengunjung dapat merencanakan pendakian jauh-jauh hari dengan lebih mudah.
“Bagi saya, Malaysia menawarkan perpaduan antara alam yang indah dan kenyamanan. Kita bisa mendaki tanpa harus mengkhawatirkan logistik atau keselamatan karena semuanya sudah diatur dengan baik,” ujar Rudi, seorang pendaki asal Jakarta yang baru saja menyelesaikan ekspedisi ke Gunung Tahan.
Gunung Kinabalu: Permata Pendakian Asia Tenggara
Tak bisa dipungkiri, Gunung Kinabalu di Sabah adalah daya tarik utama pendakian Malaysia. Berdiri megah di ketinggian 4.095 meter di atas permukaan laut, Kinabalu adalah gunung tertinggi di Asia Tenggara di luar wilayah Papua. Jalur pendakiannya dianggap cukup menantang namun tetap ramah untuk pemula, karena tidak memerlukan keterampilan teknis panjat tebing.
Keunikan Kinabalu tak hanya terletak pada puncaknya, tetapi juga pada keragaman hayati yang ditemukan di sepanjang jalur pendakian. Gunung ini merupakan bagian dari kawasan Kinabalu Park, situs warisan dunia UNESCO yang terkenal dengan lebih dari 5.000 spesies tanaman, 326 spesies burung, dan 100 lebih spesies mamalia.
Menurut data Sabah Parks, jumlah kunjungan pendaki ke Kinabalu terus meningkat setiap tahun. Hingga pertengahan 2025, tercatat lebih dari 50.000 pendaki telah menapaki jalurnya, dengan proporsi wisatawan asing mencapai hampir 40%.
Alternatif Pendakian yang Tak Kalah Memukau
Malaysia tidak hanya menawarkan Kinabalu. Negara ini juga menyimpan banyak gunung dan jalur pendakian yang menarik, tersebar di berbagai wilayah:
- Gunung Tahan (2.187 mdpl) di Taman Negara, Pahang, merupakan gunung tertinggi di Semenanjung Malaysia dan terkenal dengan jalur ekspedisinya yang memakan waktu 5–7 hari.
- Gunung Ledang (1.276 mdpl) atau Mount Ophir di Johor, populer di kalangan pendaki pemula maupun yang ingin menguji stamina di jalur yang curam.
- Gunung Jerai, yang menghadap ke Selat Malaka, cocok bagi pendaki yang ingin merasakan sensasi petualangan singkat dengan panorama spektakuler.
- Cameron Highlands Trails dan jalur di Fraser’s Hill juga banyak diminati oleh pendaki ringan atau pejalan kaki yang ingin menjelajah hutan tropis sambil menikmati udara sejuk dataran tinggi.
Bahkan jalur-jalur pendakian seperti di Bukit Tabur atau Bukit Broga pun semakin populer di kalangan wisatawan kota karena menawarkan pengalaman hiking singkat dengan pemandangan indah, cocok untuk akhir pekan.

www.service-ac.id
Pariwisata Ramah Lingkungan dan Edukatif
Pemerintah Malaysia secara aktif mendorong ekowisata dan pendakian berkelanjutan. Berbagai program edukasi konservasi dilibatkan dalam aktivitas pendakian, termasuk kerja sama dengan komunitas adat dan lokal.
Di beberapa tempat, seperti di Taman Negara dan Kinabalu Park, pengunjung mendapatkan informasi lengkap tentang flora, fauna, dan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan. Pendaki juga diarahkan untuk mematuhi prinsip “Leave No Trace”, yang melarang mereka meninggalkan sampah atau merusak vegetasi di sepanjang jalur.
“Infrastruktur dan kesadaran ekowisata di Malaysia sangat baik. Mereka tidak hanya menjual pemandangan, tapi juga pengetahuan dan tanggung jawab terhadap alam,” ujar Lina Wijaya, seorang travel blogger asal Surabaya.
Menyaingi Dominasi Indonesia dalam Wisata Gunung
Indonesia memang memiliki lebih dari 100 gunung berapi aktif dan lanskap pegunungan yang menakjubkan. Namun, sayangnya, pengelolaan jalur pendakian di banyak wilayah di Indonesia masih belum merata. Masalah seperti overkapasitas, sampah gunung, kurangnya pengawasan, dan kecelakaan akibat pendakian ilegal masih kerap terjadi.
Sebaliknya, Malaysia menawarkan alternatif dengan sistem yang lebih disiplin, modern, dan user-friendly. Biaya pendakian memang relatif lebih tinggi, terutama untuk Gunung Kinabalu, tetapi hal itu sepadan dengan fasilitas dan keamanan yang disediakan.
“Kalau di Indonesia kita dapat gunung yang liar dan penuh tantangan, di Malaysia kita dapat pengalaman mendaki yang rapi dan nyaman,” ujar Anwar, pendaki asal Singapura.
Kesimpulan: Malaysia Layak Jadi Sorotan
Dengan infrastruktur yang unggul, keindahan alam yang luar biasa, pendekatan wisata yang berkelanjutan, dan tingkat keselamatan yang tinggi, Malaysia kini layak disebut sebagai surga baru bagi para pendaki di Asia Tenggara.
Bukan berarti Indonesia kalah pesona, namun Malaysia telah berhasil menunjukkan bahwa pengelolaan yang baik bisa menjadi kunci utama dalam menjadikan pendakian sebagai aset wisata nasional yang kuat, berdaya saing, dan ramah lingkungan.
Bagi para pencinta alam, mungkin inilah saatnya untuk menjelajahi jalur-jalur pendakian di Malaysia — sebuah negeri yang menyambut pendaki dengan keindahan, keteraturan, dan keramahan yang tak mudah dilupakan.