
Jakarta, Mata4.com – Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Muhaimin Iskandar yang lebih dikenal dengan nama Cak Imin, secara resmi meluncurkan program ambisius bertajuk “1001 Titik Pemberdayaan Masyarakat” sebagai wujud komitmen nyata dalam memperkuat pembangunan desa dan mengakselerasi kemandirian ekonomi masyarakat akar rumput di seluruh Indonesia.
Peluncuran program ini dilaksanakan di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, sebuah daerah yang selama ini dikenal aktif dalam berbagai inisiatif pengembangan desa, dan dihadiri oleh berbagai pihak mulai dari kepala desa, tokoh masyarakat, pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), akademisi, hingga perwakilan organisasi masyarakat sipil.
Latar Belakang: Mengapa Desa Harus Jadi Prioritas Pembangunan?
Indonesia merupakan negara dengan 74.954 desa yang menyebar di seluruh wilayah Nusantara, dan desa-desa tersebut memegang peranan penting dalam kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi bangsa. Meskipun kontribusi desa terhadap ekonomi nasional signifikan, fakta menunjukkan banyak desa masih menghadapi masalah klasik seperti keterbatasan akses modal, teknologi, infrastruktur, hingga sumber daya manusia.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kementerian Desa, terdapat ribuan desa yang masih tergolong tertinggal dan sangat tertinggal. Kesenjangan antara desa dan kota terus melebar dalam hal pendapatan per kapita, akses pendidikan, layanan kesehatan, dan infrastruktur dasar seperti jalan, listrik, dan air bersih.
Situasi ini berdampak pada tingginya angka kemiskinan dan migrasi penduduk desa ke kota-kota besar untuk mencari pekerjaan, sehingga menimbulkan masalah sosial baru seperti urbanisasi tidak terkendali.
Menanggapi hal tersebut, pemerintah dan berbagai pihak mengupayakan berbagai program pembangunan desa selama dekade terakhir, termasuk penguatan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), pengembangan koperasi, serta digitalisasi desa. Namun, hasilnya masih dinilai belum optimal dan belum merata.
Program “1001 Titik Pemberdayaan Masyarakat”: Konsep dan Strategi
Dalam sambutannya, Cak Imin menegaskan bahwa program “1001 Titik Pemberdayaan Masyarakat” bukan sekadar proyek bantuan biasa. Program ini bertujuan menjadi gerakan nasional yang menggerakkan partisipasi seluruh elemen masyarakat desa agar mampu membangun kapasitas diri secara mandiri dan berkelanjutan.
“Program ini merupakan bentuk perhatian kami kepada desa, yang selama ini belum sepenuhnya diperhatikan secara holistik. Kita ingin masyarakat desa bukan hanya sebagai objek pembangunan, tetapi sebagai subjek dan pelaku utama pembangunan,” ungkapnya.
Ruang Lingkup Program
Program ini menargetkan seribu lebih titik pemberdayaan yang tersebar di berbagai provinsi, khususnya di daerah-daerah yang selama ini tergolong tertinggal. Setiap titik akan berfungsi sebagai pusat kegiatan pemberdayaan dengan pendekatan yang sesuai dengan karakteristik dan potensi lokal.
Ruang lingkup kegiatan meliputi:
- Pelatihan dan peningkatan kapasitas masyarakat dalam bidang kewirausahaan, teknologi pertanian, pengolahan hasil, pemasaran produk, dan pengelolaan keuangan usaha.
- Penguatan sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dengan menyediakan akses modal, pendampingan manajemen, serta pelatihan digital marketing.
- Pengembangan ekonomi kreatif berbasis budaya lokal, seperti kerajinan tangan, kuliner khas, dan seni tradisional yang memiliki potensi pasar.
- Pengintegrasian teknologi informasi dan digitalisasi untuk mempercepat akses pasar, informasi harga, dan inovasi produk desa.
- Pemberdayaan kelompok perempuan dan pemuda agar mereka dapat mengambil peran sentral dalam pembangunan desa.
- Kolaborasi multisektoral dengan akademisi, pemerintah daerah, organisasi masyarakat sipil, dan sektor swasta guna memastikan dukungan yang berkelanjutan.
Pelibatan Generasi Muda dan Perempuan: Kunci Keberhasilan
Cak Imin menekankan bahwa keberhasilan program ini sangat bergantung pada pelibatan anak muda dan perempuan desa. Menurutnya, generasi muda adalah tulang punggung masa depan desa, sedangkan perempuan memiliki peranan strategis dalam penggerakan ekonomi rumah tangga dan pengelolaan usaha mikro.
“Anak muda harus diberi kesempatan dan keterampilan agar tidak lagi meninggalkan desa hanya karena tidak ada peluang. Kita dorong mereka menjadi wirausaha muda yang mampu bersaing dan membawa inovasi,” kata Cak Imin.
Pelibatan perempuan juga difokuskan agar mereka bisa meningkatkan peranannya dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan ekonomi desa, sehingga pembangunan dapat bersifat inklusif dan berkelanjutan.
Harapan Masyarakat dan Respons Kepala Desa
Respon masyarakat terhadap peluncuran program ini terbilang positif. Supriyadi, Kepala Desa Sumberagung, mengaku program tersebut sangat tepat waktu mengingat banyak kendala yang selama ini dialami desa-desa kecil.
“Kami sering menghadapi kesulitan dalam mendapatkan pelatihan dan pendampingan teknis. Dengan adanya titik pemberdayaan ini, kami berharap masyarakat bisa belajar dan mengembangkan usaha secara mandiri,” ujar Supriyadi.
Senada dengan itu, Ratna Dewi, pelaku UMKM pengolahan hasil laut di Banyuwangi, menyatakan optimisme bahwa program ini dapat membantu pelaku usaha naik kelas.
“Kami butuh akses pasar dan pelatihan praktis, terutama untuk memasarkan produk secara digital. Jika program ini berkelanjutan, saya yakin UMKM kami akan semakin berkembang,” jelasnya.
Namun demikian, masyarakat juga berharap agar pelaksanaan program ini tidak hanya menjadi kegiatan sesaat, melainkan benar-benar berkelanjutan dan berdampak nyata.
Tantangan yang Harus Dihadapi
Meskipun potensi besar ada di depan mata, Cak Imin juga menyadari berbagai tantangan yang mesti dihadapi agar program berhasil, antara lain:
- Konsistensi anggaran dan dukungan politik, agar program tidak terhenti di tengah jalan.
- Koordinasi lintas sektor yang efektif, karena pelaksanaan program melibatkan banyak pihak dari pemerintah pusat, daerah, hingga swasta dan organisasi masyarakat.
- Pemanfaatan teknologi informasi dan data yang optimal, untuk monitoring, evaluasi, dan pelaporan.
- Penguatan kapasitas aparatur desa, agar mampu mengelola program secara mandiri dan profesional.
- Mengatasi kesenjangan geografis, khususnya di wilayah terpencil dan daerah dengan akses terbatas.
“Perubahan ini butuh waktu dan kerja keras bersama. Kami membuka pintu selebar-lebarnya untuk kolaborasi dengan semua pihak yang punya niat baik membangun desa,” kata Cak Imin.
Kolaborasi Multi Pihak: Kunci Kesuksesan
Pelaksanaan program ini akan melibatkan kerjasama antara pemerintah pusat dan daerah, sektor swasta, akademisi, pesantren, dan lembaga masyarakat sipil. Cak Imin bahkan menekankan peran pesantren sebagai pusat pendidikan dan pemberdayaan masyarakat yang sangat strategis.
Dalam beberapa bulan ke depan, PKB bersama mitra-mitranya akan menyusun detail rencana kerja, menentukan lokasi titik pemberdayaan prioritas, serta menyiapkan tim pendamping di lapangan.
Selain itu, penggunaan sistem informasi desa yang terintegrasi dan laporan transparan kepada publik menjadi salah satu mekanisme pengawasan agar program berjalan efektif dan akuntabel.
Menghubungkan Program dengan Visi Indonesia Emas 2045
Program “1001 Titik Pemberdayaan Masyarakat” selaras dengan visi Indonesia Emas 2045, di mana pemerataan pembangunan dan pengentasan kemiskinan ekstrem menjadi prioritas utama.
Dengan memperkuat ekonomi desa dan memberdayakan masyarakat akar rumput, diharapkan program ini dapat memberikan kontribusi nyata dalam pencapaian target-target pembangunan berkelanjutan (SDGs) di Indonesia.
Penutup
Program “1001 Titik Pemberdayaan Masyarakat” yang dicanangkan oleh Cak Imin merupakan salah satu upaya strategis yang patut diapresiasi dalam konteks pembangunan desa dan pengentasan kemiskinan. Meski menghadapi berbagai tantangan, dengan kolaborasi yang kuat dan pelaksanaan yang konsisten, program ini memiliki potensi besar untuk mengubah wajah desa Indonesia menjadi lebih maju, mandiri, dan sejahtera.
Ke depan, publik dan seluruh pemangku kepentingan diharapkan dapat ikut mengawal dan memberikan masukan agar program ini berjalan transparan, berkelanjutan, dan berdampak luas.