Bekasi, Mata4.com – Cristian Chivu meninggalkan Derby della Madonnina dengan wajah kecewa, setelah Inter Milan kalah 0-1 dari AC Milan di Giuseppe Meazza, Senin (24/11) dini hari WIB. Meski demikian, Chivu menolak menyebut Inter memiliki masalah struktural dalam skema bertahan, terutama menghadapi serangan balik, namun ia mengakui frustrasi dari kekalahan ini bisa meninggalkan dampak psikologis yang panjang bagi tim.
Inter tampil dominan sepanjang pertandingan. Pada babak pertama, mereka menghantam tiang gawang dua kali melalui aksi Acerbi dan Lautaro Martinez, sementara kiper Milan, Mike Maignan, tampil impresif sebagai benteng pertahanan yang tak tertembus. Sayangnya, Inter harus menerima kenyataan pahit dari satu-satunya serangan balik yang benar-benar berbuah gol: Alexis Saelemaekers menusuk dari sisi kanan, Sommer menepis bola, namun pantulannya jatuh di jalur Christian Pulisic, yang berhasil menaklukkan Sommer dan mencetak gol kemenangan Milan.
Momen penalti menjadi titik balik berikutnya. Hakan Calhanoglu maju sebagai eksekutor, namun Maignan kembali menunjukkan kehebatannya dengan penyelamatan satu tangan, menegaskan dominasi Rossoneri di derby kali ini.
Chivu menilai timnya sudah menunjukkan karakter yang baik. “Frustrasi bukan hanya soal peluang yang gagal kami konversi, tetapi juga kinerja dan fokus,” ujarnya kepada DAZN Italia. “Kami hampir tidak memberikan kesempatan serangan balik, meski kami tahu kedua penyerang mereka bisa berbahaya. Tapi satu kali kehilangan bola kedua, mereka mencetak gol. Itulah sepak bola,” tambahnya.

Inter kini tanpa kemenangan dalam enam pertemuan terakhir melawan Milan di semua ajang—rekor yang menghapus dominasi Derby Milan era Simone Inzaghi. Musim ini, Inter sudah kalah dari Juventus, Napoli, dan Milan, sementara satu-satunya kemenangan besar hanya diraih melawan Roma. Chivu menegaskan, “Empat kekalahan dalam 12 laga itu terlalu banyak. Klasemen masih rapat, tapi kekalahan seperti ini bisa meninggalkan bekas. Kami harus mengelola frustrasi ini dan bangkit.”
Mengenai kritik terhadap kiper Yann Sommer terkait kemampuan menghadapi serangan balik, Chivu menolak tegas. “Saya tidak pernah mengkritik individu di depan publik. Kami menang bersama, kami kalah bersama. Tidak ada mencari kambing hitam.”
Chivu juga memberikan klarifikasi soal pergantian Lautaro Martinez. “Dia baik-baik saja. Tidak boleh saya mengganti pemain? Itu keputusan teknis. Pemain lain di bangku cadangan juga layak berkontribusi.”
Inter kini harus segera beralih fokus ke pertandingan berat melawan Atletico Madrid di Liga Champions, yang terkenal berbahaya saat menyerang balik. Chivu menambahkan, “Kami harus lebih cepat mencium bahaya, mungkin memberi kartu kuning lebih awal untuk menghentikan transisi lawan.”
Kekalahan derby ini bisa menjadi luka emosional atau titik balik bagi Inter Milan—dan hanya tim sendiri yang dapat menentukan arah reaksinya.
