Bekasi, Mata4.com – Teka-teki mengenai penyebab lumpuhnya sebagian besar layanan internet pada Selasa (18/11) akhirnya terjawab. CEO sekaligus salah satu pendiri Cloudflare, Matthew Prince, memastikan bahwa insiden yang menumbangkan X, ChatGPT, Spotify, hingga Uber tersebut bukanlah serangan siber, melainkan kesalahan teknis internal yang fatal.
Dalam unggahan blog terbarunya, Prince menyebut gangguan tersebut sebagai insiden terparah yang dialami perusahaan sejak 2019.
“Dalam 6 tahun lebih terakhir, kami tidak pernah mengalami gangguan lain yang menyebabkan mayoritas lalu lintas inti berhenti mengalir melalui jaringan kami,” tulis Prince, dikutip dari laman techinformed, Kamis (20/11).
“Atas nama seluruh tim di Cloudflare, saya ingin meminta maaf atas kesulitan yang kami timbulkan pada Internet hari ini,” lanjutnya.
Kronologi Teknis: Masalah pada ‘Otak’ AI
Prince menjelaskan secara rinci bahwa sumber masalah berasal dari sistem Manajemen Bot (Bot Management) Cloudflare—fitur keamanan penting yang bertugas membedakan pengguna asli dari bot jahat seperti serangan DDoS atau scraper data.
Sistem ini menggunakan model AI untuk memberi skor pada setiap permintaan lalu lintas. Agar akurat, AI tersebut mengandalkan sebuah feature file yang diperbarui setiap lima menit. Namun, perubahan pada query dasar yang menghasilkan file itu justru memicu bencana.
Perubahan tersebut menyebabkan informasi dalam file terduplikasi berkali-kali hingga ukurannya membengkak jauh di atas normal.

“Hal ini membuat ukuran feature file menjadi jauh lebih besar dari biasanya, yang kemudian memicu error pada sistem Manajemen Bot,” jelas Prince.
Sekitar 15 menit setelah file cacat itu diterapkan, sistem mulai salah mengidentifikasi lalu lintas, memblokir akses ke situs klien, dan memunculkan pesan error massal di berbagai layanan global.
Sempat Dikira Serangan DDoS
Pada awalnya, tim Cloudflare menduga mereka tengah menghadapi serangan DDoS berskala hyper-scale. Kecurigaan itu muncul karena halaman status Cloudflare—yang seharusnya terpisah dari infrastruktur utama—secara kebetulan juga ikut mati.
Namun, investigasi cepat membantah dugaan tersebut.
“Masalah ini tidak disebabkan, secara langsung atau tidak langsung, oleh serangan siber atau aktivitas jahat dalam bentuk apa pun,” tegas Prince.
Setelah menemukan akar masalahnya, tim teknis menghentikan penyebaran file bengkak tersebut dan memulihkan sistem menggunakan versi file sebelumnya. Layanan mulai kembali normal dalam tiga jam dan pulih sepenuhnya setelah lima jam.
Cloudflare Siapkan Mitigasi Baru
Sebagai tindak lanjut, Cloudflare kini menyiapkan langkah mitigasi tambahan untuk mencegah insiden serupa. Salah satunya memastikan sistem internal tidak kewalahan oleh banjir laporan error yang dihasilkan saat kegagalan teknis terjadi.
Prince menegaskan bahwa perusahaan berkomitmen memperkuat infrastruktur mereka agar “kiamat kecil” ini tidak terulang di masa depan.
