Jakarta, Mata4.com — Dalam beberapa hari terakhir, Indonesia mengalami gelombang panas ekstrem yang terasa bak “disembur naga” melanda berbagai wilayah di tanah air. Suhu udara yang meningkat tajam ini menyebabkan ketidaknyamanan signifikan bagi masyarakat dan memperbesar risiko gangguan kesehatan, terutama pada organ jantung dan sistem kardiovaskular secara umum.
Fenomena cuaca panas yang berlangsung cukup lama ini merupakan dampak nyata dari perubahan iklim global yang telah memicu peningkatan frekuensi dan intensitas kejadian cuaca ekstrem di seluruh dunia. Data resmi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat suhu udara di berbagai wilayah Indonesia meningkat jauh di atas rata-rata normal untuk bulan Oktober, dengan suhu siang hari yang mencapai angka di atas 35 hingga 38 derajat Celsius. Situasi ini berpotensi menimbulkan dampak serius bagi kesehatan masyarakat jika tidak diantisipasi dengan tepat.
Penyebab dan Dampak Cuaca Panas pada Sistem Kardiovaskular
Menurut dr. Rina Safitri, dokter spesialis jantung dari Rumah Sakit Jantung Nasional Harapan Kita, paparan suhu panas ekstrem memengaruhi kinerja jantung secara signifikan. “Ketika suhu tubuh meningkat, pembuluh darah di permukaan kulit akan melebar melalui proses yang disebut vasodilatasi. Hal ini bertujuan untuk mengeluarkan panas dari tubuh melalui kulit. Namun, efek sampingnya adalah jantung harus bekerja lebih keras memompa darah agar suhu tubuh tetap stabil dan suplai oksigen ke seluruh organ tidak terganggu,” ujarnya.
Proses ini menyebabkan peningkatan beban kerja pada jantung, yang jika berlangsung dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan jantung berdebar-debar (palpitasi), kelelahan, peningkatan tekanan darah, bahkan dapat memicu kondisi serius seperti serangan jantung pada individu yang memiliki riwayat penyakit jantung atau tekanan darah tinggi.
Selain itu, cuaca panas yang berkepanjangan juga meningkatkan risiko dehidrasi. Dehidrasi terjadi ketika tubuh kehilangan cairan lebih banyak daripada yang diterima, sehingga volume darah berkurang. “Ketika volume darah menurun, jantung harus memompa dengan lebih kuat untuk memastikan distribusi oksigen dan nutrisi tetap optimal ke seluruh tubuh,” terang dr. Rina.
Kondisi kekurangan cairan tubuh ini tidak hanya melelahkan jantung, tetapi juga berpotensi menimbulkan ketidakseimbangan elektrolit yang sangat penting bagi fungsi otot jantung dan irama jantung. Gangguan elektrolit dapat menyebabkan irama jantung tidak normal (aritmia), yang berbahaya jika tidak ditangani dengan cepat.
Kelompok Rentan Terhadap Dampak Cuaca Panas
Beberapa kelompok masyarakat lebih rentan terhadap dampak negatif cuaca panas ekstrem, di antaranya:
- Lansia: Sistem pengatur suhu tubuh yang melemah membuat lansia lebih mudah mengalami heatstroke dan gangguan kardiovaskular.
- Anak-anak: Sistem termoregulasi yang belum sempurna menyebabkan anak-anak lebih rentan terhadap dehidrasi dan gangguan jantung.
- Penderita penyakit kronis: Individu dengan hipertensi, diabetes, penyakit jantung koroner, dan gangguan irama jantung memiliki risiko lebih tinggi mengalami komplikasi.
- Pekerja luar ruangan: Mereka yang banyak melakukan aktivitas fisik di luar ruangan seperti petani, buruh bangunan, dan sopir ojek online rentan mengalami kelelahan panas dan dehidrasi.
Langkah Pencegahan dan Imbauan Kesehatan
Menghadapi gelombang panas ini, masyarakat dianjurkan untuk melakukan beberapa langkah pencegahan guna meminimalkan risiko gangguan kesehatan:
- Perbanyak konsumsi cairan: Minumlah air putih minimal 8 gelas sehari, dan lebih banyak saat cuaca panas untuk menghindari dehidrasi.
- Hindari aktivitas berat di luar ruangan: Terutama pada pukul 10.00 hingga 16.00, waktu puncak terik matahari.
- Gunakan pakaian yang ringan dan longgar: Pilih bahan yang menyerap keringat dan berwarna cerah untuk memantulkan panas.
- Manfaatkan pelindung: Pakai topi, kacamata hitam, dan gunakan payung saat berada di luar ruangan.
- Ciptakan lingkungan yang sejuk: Gunakan kipas angin, pendingin udara, dan pastikan ruangan memiliki ventilasi yang baik.
- Perhatikan tanda-tanda gangguan kesehatan: Jika muncul gejala seperti pusing, lemas, nyeri dada, sesak napas, atau jantung berdebar, segera cari pertolongan medis.
- Bagi kelompok rentan: Lansia, anak-anak, dan penderita penyakit kronis perlu dipantau kesehatan secara rutin.
Respons Pemerintah dan Kesiapsiagaan Fasilitas Kesehatan
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan dan BMKG telah mengeluarkan peringatan dini mengenai potensi gelombang panas dan risiko kesehatan yang menyertainya. BMKG secara rutin mengupdate prakiraan cuaca dan memberikan informasi kepada masyarakat melalui berbagai media.
Kementerian Kesehatan juga menginstruksikan seluruh fasilitas kesehatan untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan menghadapi potensi lonjakan pasien yang mengalami gangguan kesehatan akibat cuaca panas. Selain itu, pemerintah mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bersama-sama mengurangi dampak perubahan iklim melalui program-program lingkungan yang berkelanjutan.
Peran Masyarakat dalam Mitigasi Perubahan Iklim
Cuaca panas ekstrem ini menjadi pengingat pentingnya upaya mitigasi perubahan iklim. Perubahan iklim yang semakin nyata mengancam keberlangsungan kehidupan dengan meningkatkan frekuensi bencana alam dan cuaca ekstrem.
Masyarakat diajak untuk mengambil peran aktif dalam menjaga lingkungan, antara lain dengan:
- Mengurangi penggunaan kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar fosil.
- Menghemat listrik dan menggunakan sumber energi terbarukan.
- Menanam pohon dan menjaga kelestarian hutan.
- Mengurangi sampah plastik dan melakukan daur ulang.
Langkah kecil yang dilakukan oleh individu dapat memberikan kontribusi besar jika dilakukan secara kolektif.
Komitmen Media dalam Menyajikan Informasi yang Bertanggung Jawab
Redaksi media ini berkomitmen untuk menyajikan informasi yang akurat, berimbang, dan berdasarkan sumber terpercaya seperti tenaga medis ahli, lembaga pemerintah resmi, serta hasil penelitian terkini. Kami menghormati prinsip kode etik jurnalistik yang menempatkan kebenaran, keberimbangan, dan tanggung jawab sosial sebagai prioritas utama dalam pemberitaan.
Kami mengajak masyarakat untuk selalu waspada dan bijak dalam menyikapi informasi serta mengambil langkah preventif guna menjaga kesehatan diri dan keluarga, terutama di tengah kondisi cuaca yang tidak menentu seperti saat ini.

