
Sumatera Barat, Mata4.com —Jejak kejayaan masa lalu kembali disusuri melalui sebuah rangkaian kegiatan budaya bertajuk “Dari Suruaso ke Padang Roco: Jejak Budaya Dharmasraya.” Kegiatan ini bukan sekadar perjalanan fisik melintasi wilayah geografis Sumatera Barat, tetapi juga ekspedisi intelektual dan spiritual menyusuri akar sejarah peradaban Melayu kuno yang pernah jaya di kawasan ini.
Dimulai dari Suruaso, sebuah nagari tua di Tanah Datar yang dikenal sebagai kawasan bersejarah peninggalan Kerajaan Pagaruyung, perjalanan ini menelusuri lintasan budaya dan sejarah menuju Padang Roco di Kabupaten Dharmasraya — lokasi ditemukannya prasasti penting peninggalan Kerajaan Melayu Dharmasraya yang menandai hubungan diplomatik antara Melayu dan Singhasari pada abad ke-13.
Menghidupkan Memori Kolektif Budaya
Acara ini diselenggarakan oleh pemerintah daerah bekerja sama dengan komunitas sejarah, seniman tradisional, budayawan, akademisi, dan pelajar. Tujuannya jelas: menghidupkan kembali memori kolektif masyarakat terhadap nilai-nilai luhur budaya dan sejarah yang pernah membentuk identitas Sumatera Barat, jauh sebelum era modernisasi.
“Ini bukan sekadar seremonial budaya, ini adalah penggalian makna jati diri kita sebagai orang Minangkabau dan pewaris peradaban Melayu yang besar,” ujar Dr. Fahrizal, sejarawan Universitas Negeri Padang yang juga menjadi pembicara utama dalam diskusi sejarah yang diadakan di sela-sela kegiatan.
Kirab Budaya: Simbol Keterhubungan Masa Lalu dan Kini
Kegiatan ini diawali dengan kirab budaya yang melibatkan ratusan peserta berpakaian adat dari berbagai daerah. Sepanjang perjalanan, mereka menampilkan seni tradisional seperti tari pasambahan, saluang dendang, dan silek lanyah yang menjadi simbol keberagaman ekspresi budaya Minangkabau.
Di tiap persinggahan, warga menyambut dengan hangat, menyediakan makanan khas daerah dan menampilkan pertunjukan lokal, menunjukkan bahwa budaya bukan hanya milik masa lalu, tapi masih hidup dan bernafas dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.
“Kami merasa terhormat, kampung kami disinggahi dalam napak tilas ini. Ini mengingatkan kami bahwa kami bagian dari sejarah besar,” ujar Mak Eni, warga Jorong Sungai Duo, yang turut serta dalam prosesi.

www.service-ac.id
Padang Roco: Situs yang Terlupakan
Salah satu fokus utama kegiatan ini adalah mengenalkan kembali Padang Roco, situs penting yang selama ini kurang mendapat sorotan luas. Di lokasi inilah pada tahun 1911 ditemukan Prasasti Padang Roco dan Arca Amoghapasa, dua artefak monumental yang menjadi bukti sahih hubungan antara Kerajaan Melayu Dharmasraya dengan Kerajaan Singhasari di Jawa Timur.
Prasasti yang ditulis dalam aksara Jawa Kuno dan berbahasa Sansekerta itu mencatat pengiriman arca dewa Amoghapasa dari Raja Kertanagara kepada raja Melayu sebagai hadiah perdamaian dan bentuk hubungan kekeluargaan. Fakta sejarah ini menjadi dasar kuat bahwa wilayah Sumatera Barat pernah menjadi bagian dari jejaring diplomasi dan kekuasaan kerajaan besar di Nusantara.
“Padang Roco adalah titik penting dalam sejarah nasional, bukan hanya sejarah lokal. Sayangnya, generasi muda banyak yang tidak tahu tentang ini,” ungkap Mira Adityasari, arkeolog muda yang terlibat dalam kegiatan edukasi di lokasi situs.
Pendidikan, Pariwisata, dan Pelestarian
Dalam sambutannya, Bupati Dharmasraya, Sutan Riska Tuanku Kerajaan, menekankan pentingnya menjadikan warisan budaya sebagai fondasi dalam membentuk karakter generasi muda. Ia menyatakan bahwa pengenalan sejarah lokal seperti ini dapat menjadi strategi jangka panjang dalam membangun pariwisata berbasis budaya dan edukasi.
“Kita ingin Dharmasraya dikenal bukan hanya karena pembangunan infrastruktur, tetapi juga sebagai pusat kebudayaan dan sejarah Melayu Kuno. Ini adalah investasi jangka panjang dalam pendidikan dan pariwisata daerah,” ujarnya.
Pemda Dharmasraya bersama pihak terkait berkomitmen untuk memperbaiki akses ke situs Padang Roco, menambah fasilitas edukatif, serta mendaftarkannya sebagai kawasan cagar budaya nasional yang mendapat perlindungan dan pengembangan berkelanjutan.
Perjalanan Simbolik, Makna Berlapis
Jejak budaya dari Suruaso ke Padang Roco bukan hanya soal pergerakan fisik, tetapi juga simbol keterhubungan nilai, tradisi, dan sejarah yang membentuk identitas masyarakat Minangkabau dan Melayu secara lebih luas. Ini adalah narasi yang selama ini tenggelam di tengah arus globalisasi dan modernisasi yang seringkali melupakan akar.
Dengan kegiatan ini, masyarakat diajak untuk merenungi asal usul, menghargai warisan leluhur, serta menyadari bahwa sejarah bukanlah kumpulan teks mati, tetapi hidup dalam praktik kebudayaan, arsitektur, bahasa, dan seni yang diwariskan turun-temurun.
Sebagaimana pepatah Minang berkata: “Adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah”, maka budaya dan sejarah adalah penuntun dalam memahami siapa kita dan ke mana kita menuju.