Jakarta, Mata4.com — Anggota Komisi VI DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan, Darmadi Durianto, menyoroti ancaman serius kebangkrutan finansial yang membayangi proyek Kereta Cepat Jakarta–Bandung (Whoosh). Menurutnya, beban utang yang terus membengkak berpotensi menyeret keuangan PT Kereta Api Indonesia (KAI) ke kondisi kritis jika tidak segera dilakukan langkah penyelamatan.
“Jika tidak segera ditangani, ini akan menenggelamkan unit anak perusahaan lain yang seharusnya menghasilkan laba, akibat bunga utang yang tinggi,” ujar Darmadi kepada wartawan di Jakarta, Rabu (5/11/2025).
Utang Melonjak Tajam
Darmadi memaparkan, hanya dalam waktu enam bulan, PT KAI sudah menanggung beban biaya sekitar Rp1,2 triliun. Utang proyek PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) yang semula hanya Rp950 miliar, melonjak drastis menjadi lebih dari Rp4 triliun pada 2024. Bahkan, angka itu diprediksi terus membengkak hingga Rp6 triliun pada 2026.
Ia menegaskan perlunya peta jalan restrukturisasi utang yang konkret dan transparan agar proyek ambisius tersebut tidak menjadi beban permanen bagi keuangan negara maupun BUMN sektor transportasi.

DPR Akan Dalami Masalah Whoosh
Sementara itu, Ketua DPR RI Puan Maharani menyatakan pihaknya akan melakukan pendalaman terhadap permasalahan yang menyelimuti proyek Kereta Cepat Whoosh. Menurutnya, berbagai keputusan yang diambil pada masa pemerintahan sebelumnya perlu ditinjau ulang secara komprehensif.
“Masalah ini perlu dibahas bersama pemerintah untuk melihat aspek teknis maupun kondisi keuangan, baik yang terjadi pada periode lalu maupun saat ini,” ujar Puan usai rapat paripurna di Jakarta, Selasa (4/11/2025).
Puan menambahkan, pembahasan akan dilakukan di komisi terkait, dengan melibatkan pihak-pihak pemerintah yang berwenang untuk memberikan penjelasan menyeluruh terkait kondisi aktual proyek tersebut.
Desakan Transparansi dan Akuntabilitas
Lebih lanjut, Puan menekankan pentingnya kejelasan sikap pemerintah terhadap keberlanjutan proyek Whoosh. Ia menilai langkah ini penting agar tidak menimbulkan kerugian negara yang berlarut-larut.
“Pemerintah juga perlu menjelaskan bagaimana sikap mereka ke depan, supaya tidak ada kerugian negara yang terus berlanjut,” tegasnya.
Sebelumnya, sejumlah pejabat seperti Menko Perekonomian AHY dan Ketua LPS Purbaya Yudhi Sadewa juga telah menyatakan posisi berbeda terkait opsi restrukturisasi utang Whoosh. AHY menyebut Presiden Prabowo Subianto akan mencari solusi terbaik, sementara Purbaya menegaskan pihaknya tidak akan ikut campur dan menyerahkan penyelesaian secara business to business.
