Bandung, Mata4.com — Jawa Barat kembali mencatat angka pemutusan hubungan kerja (PHK) yang cukup tinggi, menyumbang sekitar 22% dari total kasus PHK nasional. Hal ini diungkapkan oleh Dedi Mulyadi, pengamat dan tokoh masyarakat, saat memberikan pandangan terkait kondisi pasar tenaga kerja di wilayah tersebut.
Menurut Dedi Mulyadi, tingginya angka PHK di Jawa Barat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satunya adalah konsentrasi industri yang tinggi di provinsi ini, sehingga ketika perusahaan menghadapi tekanan ekonomi, restrukturisasi, atau perubahan model bisnis, dampaknya langsung terasa pada tenaga kerja. Selain itu, efisiensi operasional, adopsi teknologi, dan penyesuaian terhadap permintaan pasar juga menjadi faktor yang mendorong perusahaan melakukan PHK.
“Jawa Barat menjadi provinsi dengan basis industri yang padat. Ketika terjadi penyesuaian ekonomi, efeknya langsung mengenai pekerja. Hal inilah yang membuat angka PHK di Jawa Barat cukup signifikan dibanding provinsi lain,” jelas Dedi.
Dampak PHK terhadap Masyarakat dan Ekonomi
Tingginya angka PHK di Jawa Barat berdampak langsung pada kesejahteraan pekerja dan keluarganya. Banyak pekerja harus menghadapi ketidakpastian pendapatan, yang berimplikasi pada penurunan daya beli dan tekanan ekonomi rumah tangga. Di sisi lain, perusahaan yang terdampak perubahan ekonomi berusaha menyesuaikan struktur biaya untuk tetap bertahan di pasar.
Data Kementerian Ketenagakerjaan menunjukkan bahwa sektor manufaktur, jasa, dan perdagangan menjadi kontributor utama kasus PHK di Jawa Barat. Hal ini menunjukkan bahwa sektor industri yang menjadi tumpuan ekonomi daerah juga rentan terhadap fluktuasi pasar dan perubahan model bisnis.
Langkah Pemerintah dan Strategi Mitigasi
Dedi Mulyadi menekankan pentingnya langkah strategis dari pemerintah pusat dan daerah untuk mengurangi dampak PHK. Beberapa langkah yang disarankan antara lain:
- Program Pelatihan Ulang (Reskilling): Memberikan keterampilan baru kepada pekerja agar bisa beradaptasi dengan kebutuhan industri yang terus berubah.
- Peningkatan Keterampilan Baru (Upskilling): Mendorong pekerja meningkatkan kemampuan di bidang mereka agar lebih kompetitif.
- Akses Kerja Sama dengan Industri yang Berkembang: Membuka jalur pekerjaan baru melalui kolaborasi antara pemerintah, dunia usaha, dan sektor pendidikan vokasi.
- Dukungan UMKM dan Start-up: Memberikan kesempatan kerja alternatif melalui pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah agar menyerap tenaga kerja lokal.
“Kita harus mendorong perusahaan tetap beroperasi secara efisien, tetapi juga memikirkan kesejahteraan pekerja yang terdampak. Sinergi antara pemerintah, industri, dan masyarakat menjadi kunci untuk menekan angka PHK,” ujar Dedi.
Harapan dan Tindak Lanjut
Dengan program-program mitigasi yang tepat, diharapkan angka PHK di Jawa Barat dapat ditekan, sehingga perekonomian daerah tetap stabil dan kesejahteraan pekerja dapat terjaga. Selain itu, masyarakat yang terdampak PHK diharapkan mendapatkan kesempatan kembali bekerja atau beralih ke sektor lain yang lebih berkembang.
Dedi juga menekankan pentingnya edukasi bagi masyarakat agar lebih siap menghadapi dinamika pasar tenaga kerja. Pengetahuan mengenai tren industri, kemampuan adaptasi, dan keterampilan baru menjadi faktor penting untuk menghadapi tantangan dunia kerja yang semakin kompetitif.
Langkah-langkah ini diharapkan tidak hanya menekan angka PHK, tetapi juga meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Jawa Barat, sekaligus memperkuat daya saing ekonomi daerah di tingkat nasional.

