
Leles, Garut, Mata4.com — Sebagai bagian dari komitmennya dalam mendukung pembangunan berkelanjutan dan mendorong pertumbuhan ekonomi kreatif lokal, PT Pertamina (Persero) melalui program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) meluncurkan inisiatif pemberdayaan pengrajin Batik Leles di Kecamatan Leles, Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas produksi, kapasitas usaha, dan daya saing para pengrajin Batik Leles agar dapat menembus pasar nasional bahkan global. Selain itu, langkah ini merupakan bentuk nyata dukungan Pertamina terhadap pelestarian budaya lokal serta penciptaan lapangan kerja melalui sektor ekonomi kreatif.
Transformasi Batik Tradisional Menuju Pasar Modern
Batik Leles memiliki motif khas yang mencerminkan identitas budaya masyarakat setempat. Sayangnya, di tengah gempuran produk tekstil modern, batik ini sempat mengalami penurunan minat pasar dan keterbatasan akses distribusi. Menyadari potensi budaya yang terancam, Pertamina hadir untuk melakukan pendampingan menyeluruh.
Program pembinaan yang dilaksanakan meliputi pelatihan desain motif kontemporer, pewarnaan alami ramah lingkungan, penggunaan teknologi dalam proses produksi, pelatihan pemasaran digital, serta manajemen keuangan usaha kecil. Dengan begitu, pengrajin tidak hanya fokus pada keterampilan teknis, tetapi juga memahami pentingnya aspek bisnis dalam pengelolaan usaha batik.
Area Manager Communication, Relations & CSR Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Barat, Deden Mochammad Idhani, menjelaskan bahwa inisiatif ini sejalan dengan semangat pemberdayaan UMKM dan penguatan identitas budaya lokal.
“Kami ingin Batik Leles tidak hanya menjadi simbol budaya daerah, tetapi juga menjadi sumber penghidupan yang berkelanjutan bagi masyarakat. Pertamina hadir sebagai mitra yang membantu pelaku UMKM naik kelas, dari produksi tradisional menuju model bisnis modern yang berdaya saing,” ujar Deden.
Pengrajin Lokal Rasakan Dampak Positif
Program ini telah melibatkan lebih dari 30 pengrajin di Kecamatan Leles, dengan hasil yang mulai terlihat. Beberapa pelaku usaha kini telah mampu memasarkan produknya secara daring, menjangkau pelanggan dari berbagai kota besar di Indonesia, bahkan hingga luar negeri melalui platform e-commerce dan media sosial.
Siti Nurhayati, salah satu pengrajin batik yang mengikuti program ini, menyatakan rasa syukurnya atas pelatihan yang diberikan.
“Dulu saya hanya menjual batik di pasar lokal, dengan keuntungan yang tidak menentu. Setelah mendapatkan pelatihan dan bantuan dari Pertamina, saya mulai memahami pentingnya kualitas, branding, dan pemasaran online. Alhamdulillah, pesanan kini datang tidak hanya dari Garut, tapi juga dari Jakarta dan Bandung,” tuturnya.
Pertamina juga menyediakan akses permodalan melalui program kemitraan, yang membantu pengrajin dalam mengembangkan usahanya, mulai dari pembelian bahan baku berkualitas, pengadaan peralatan modern, hingga renovasi ruang kerja.

www.service-ac.id
Selaras dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs)
Inisiatif Pertamina dalam mendorong ekonomi kreatif lokal ini mendukung pencapaian beberapa Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs), di antaranya:
- SDG 8: Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi — melalui penciptaan lapangan kerja dan pemberdayaan UMKM.
- SDG 12: Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab — melalui penggunaan pewarna alami dan proses produksi yang ramah lingkungan.
- SDG 5: Kesetaraan Gender — karena sebagian besar pengrajin batik adalah perempuan, program ini turut mendukung kemandirian ekonomi perempuan.
Langkah Berkelanjutan untuk Masa Depan
Pertamina menegaskan bahwa program pemberdayaan ini bukan bersifat jangka pendek, melainkan bagian dari strategi berkelanjutan perusahaan dalam memperkuat ekonomi kerakyatan di berbagai wilayah operasional. Ke depan, program serupa akan diperluas ke daerah lain dengan kekayaan budaya dan potensi ekonomi kreatif lokal yang belum tergarap maksimal.
“Ekonomi kreatif adalah tulang punggung masa depan ekonomi Indonesia. Kami percaya bahwa pelestarian budaya bisa berjalan seiring dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Melalui kolaborasi dan inovasi, batik lokal seperti Batik Leles akan semakin dikenal dan dihargai di kancah nasional maupun global,” tutup Deden.
Dengan sinergi antara korporasi, pelaku usaha kecil, dan komunitas lokal, Batik Leles kini menapaki lembaran baru — sebagai warisan budaya yang hidup, tumbuh, dan menggerakkan roda ekonomi masyarakat.