Indramayu, Mata4.com — Dua mahasiswa Politeknik Negeri Indramayu (Polindra) yang sebelumnya dilaporkan hilang saat kegiatan rafting di Sungai Cimanuk, Kabupaten Garut, akhirnya ditemukan dalam kondisi meninggal dunia. Tragedi ini terjadi pada Minggu (9/11) dan menimbulkan duka mendalam bagi keluarga, pihak kampus, serta masyarakat Indramayu.
Peristiwa tersebut bermula ketika rombongan mahasiswa Polindra mengikuti kegiatan arung jeram di kawasan wisata Sungai Cimanuk, Garut, dalam rangka kegiatan rekreasi dan penguatan kebersamaan antar mahasiswa. Kegiatan tersebut diikuti oleh delapan mahasiswa yang terbagi dalam dua perahu karet. Namun, salah satu perahu terbalik akibat derasnya arus sungai, menyebabkan dua mahasiswa terseret aliran air dan hilang.
Proses Pencarian Diperlambat Cuaca dan Arus Deras
Kepala Pelaksana BPBD Garut, Dedi Supriyadi, menjelaskan bahwa tim gabungan yang terdiri dari BPBD, Basarnas, TNI, Polri, serta relawan lokal langsung dikerahkan begitu laporan diterima pada Minggu sore. Namun, upaya pencarian sempat terhambat oleh hujan deras dan derasnya aliran sungai.
“Tim bekerja sepanjang malam, namun kondisi medan cukup berat. Arus Sungai Cimanuk meningkat karena hujan di hulu, sehingga kami sempat menghentikan pencarian sementara demi keselamatan petugas,” ujar Dedi dalam keterangannya, Senin (10/11).
Pencarian kembali dilanjutkan pada Senin pagi. Sekitar pukul 07.30 WIB, tim menemukan korban pertama berjarak sekitar dua kilometer dari lokasi kejadian. Korban kedua ditemukan satu jam kemudian tidak jauh dari lokasi yang sama. Kedua korban segera dievakuasi dan dibawa ke RSUD dr. Slamet Garut untuk proses identifikasi dan visum.
Kesedihan Keluarga dan Pihak Kampus
Kabar duka tersebut langsung disampaikan kepada pihak keluarga korban di Indramayu. Orang tua korban berangkat menuju Garut untuk menjemput jenazah didampingi perwakilan kampus. Kedua korban kemudian dibawa ke rumah duka masing-masing untuk dimakamkan secara layak di daerah asal mereka.
Direktur Politeknik Negeri Indramayu, Dr. H. Wawan Setiawan, menyampaikan rasa duka cita yang mendalam dan menegaskan pihak kampus akan mendampingi keluarga korban secara penuh. Ia juga menuturkan bahwa kedua mahasiswa dikenal sebagai pribadi yang aktif, rajin, dan berprestasi di lingkungan kampus.
“Kami sangat kehilangan. Keduanya merupakan mahasiswa yang bersemangat dan memiliki banyak teman. Polindra berduka mendalam atas kepergian mereka,” ujar Wawan.
“Kami juga akan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kegiatan luar kampus agar lebih memperhatikan aspek keselamatan dan izin kegiatan ke depan,” tambahnya.
Selain itu, Polindra juga menyiapkan tim pendamping psikologis bagi rekan-rekan seangkatan korban yang turut menjadi saksi dalam insiden tersebut.
Kronologi Lengkap Kejadian
Berdasarkan hasil penyelidikan sementara dan keterangan saksi, kegiatan rafting tersebut diikuti oleh delapan mahasiswa dengan pendampingan dari operator lokal. Setiap perahu diisi empat orang. Saat melewati salah satu jeram di kawasan Cimanuk Hulu, salah satu perahu kehilangan keseimbangan dan terbalik. Enam peserta berhasil menyelamatkan diri dengan berenang ke tepi sungai, namun dua lainnya tidak terlihat kembali ke permukaan.
Rekan-rekan korban segera melapor kepada pemandu dan warga sekitar, kemudian dilanjutkan dengan laporan resmi kepada BPBD Garut. Tak lama, tim SAR gabungan datang ke lokasi dan memulai pencarian dengan metode penyisiran sungai serta penggunaan perahu karet dan drone untuk memantau area yang sulit dijangkau.
Pihak Basarnas Bandung yang turut terlibat dalam pencarian menambahkan bahwa medan di Sungai Cimanuk termasuk sulit karena banyaknya bebatuan besar dan pusaran air. Hal tersebut membuat pencarian harus dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari kecelakaan lanjutan.
Penyelidikan Kepolisian dan Pemeriksaan Operator Rafting
Kepolisian Resor Garut kini tengah melakukan penyelidikan terhadap penyelenggara kegiatan. Kapolres Garut, AKBP Rio Andri Siahaan, mengonfirmasi bahwa pihaknya telah memeriksa panitia kegiatan serta operator rafting untuk memastikan izin dan standar keamanan kegiatan tersebut.
“Kami ingin memastikan bahwa kegiatan ini memenuhi standar keselamatan. Kami juga akan menelusuri apakah terdapat unsur kelalaian yang menyebabkan jatuhnya korban,” ujar Kapolres.
“Pemeriksaan mencakup kelayakan alat, jumlah pemandu yang mendampingi, serta kondisi sungai saat kegiatan berlangsung.”
Menurutnya, hasil pemeriksaan awal menunjukkan bahwa kegiatan dilakukan dengan izin lokal, namun evaluasi menyeluruh tetap diperlukan untuk memastikan tidak ada prosedur keselamatan yang terlewat.
Peringatan dari Pemerintah Daerah
Pemerintah Kabupaten Garut turut menyampaikan belasungkawa atas insiden tersebut. Kepala Dinas Pariwisata Garut, Heri Sudrajat, mengingatkan bahwa Sungai Cimanuk sering mengalami perubahan debit air secara tiba-tiba, terutama saat musim hujan. Ia mengimbau seluruh penyelenggara wisata arung jeram untuk lebih memperhatikan kondisi cuaca dan tingkat keamanan sebelum menerima peserta.
“Kami akan meninjau kembali izin operasional penyedia jasa rafting. Keselamatan pengunjung harus menjadi prioritas utama,” tegasnya.
BPBD Garut juga mengimbau lembaga pendidikan dan organisasi mahasiswa untuk selalu berkoordinasi dengan pihak berwenang sebelum melakukan kegiatan wisata alam, terutama yang melibatkan risiko tinggi seperti arung jeram, pendakian, atau susur sungai.
Duka dan Doa dari Rekan Mahasiswa
Duka mendalam juga dirasakan oleh teman-teman korban di Polindra. Sejumlah mahasiswa menggelar doa bersama di kampus untuk mengenang kedua sahabat mereka. Mereka berharap peristiwa ini menjadi pelajaran berharga agar kegiatan kampus ke depan lebih memperhatikan aspek keselamatan.
“Kami kehilangan teman yang selalu ceria dan penuh semangat. Semoga mereka mendapat tempat terbaik di sisi Tuhan,” ujar salah satu rekan korban.
Penutup
Tragedi ini menjadi pengingat penting bagi seluruh pihak bahwa kegiatan luar kampus harus memperhatikan standar keselamatan dan kesiapan cuaca. Sungai, gunung, dan alam terbuka selalu memiliki risiko yang perlu diantisipasi dengan perencanaan matang dan pengawasan ketat.
BPBD Garut menegaskan bahwa masyarakat dan lembaga pendidikan harus terus meningkatkan kesadaran akan pentingnya mitigasi bencana dan keselamatan peserta dalam setiap kegiatan alam terbuka.
“Alam harus dihormati, bukan ditantang. Setiap kegiatan di alam perlu disiapkan dengan tanggung jawab dan perhitungan risiko yang matang,” tutup Dedi Supriyadi.

