
Jakarta, Juli 2025 – Di tengah arus globalisasi dan maraknya makanan modern dari luar negeri, banyak kuliner tradisional Indonesia mulai terlupakan. Makanan khas seperti lemper, klepon, atau nagasari yang dulu menjadi sajian utama di pasar dan hajatan kini kian jarang terlihat di meja makan keluarga modern, terlebih di kota-kota besar. Menyadari kondisi tersebut, seorang dosen kuliner dari The Sages Culinary Institute, Chef Rina Agustina, M.Kul., menghadirkan sebuah inovasi kuliner yang tak hanya kreatif, tetapi juga sarat nilai budaya: Lemper Bakar Ayam Gochujang.
Melalui kreasi ini, Chef Rina menyatukan elemen dari tiga budaya—Indonesia, Korea, dan Jepang—dalam satu makanan yang sederhana namun penuh makna. Ia berharap, generasi muda bisa kembali mencintai makanan tradisional lewat pendekatan rasa dan tampilan yang lebih relevan dengan zaman.
Tradisi yang Kian Tergeser
Makanan tradisional saat ini menghadapi tantangan besar. Data dari beberapa lembaga budaya dan kuliner menunjukkan bahwa lebih dari 60% makanan khas daerah di Indonesia tidak lagi dikenal oleh generasi muda, terutama yang lahir pasca tahun 2000-an. Makanan-makanan warisan nenek moyang ini mulai tergeser oleh tren makanan instan, cepat saji, dan produk luar negeri yang dianggap lebih modern dan praktis.
“Mereka lebih tahu sushi, ramen, atau croffle ketimbang kue bugis atau apem,” ujar Chef Rina. “Kita tidak anti makanan luar, tapi kita harus menjaga warisan kita agar tidak punah.”
Inovasi Lintas Budaya: Lemper Bertemu Gochujang dan Teknik Jepang
Lemper Bakar Ayam Gochujang merupakan lemper tradisional berbahan dasar beras ketan putih dengan isian ayam suwir yang dimasak menggunakan saus gochujang, bumbu fermentasi khas Korea yang bercita rasa pedas, manis, dan gurih. Lemper kemudian dibentuk pipih dan dipanggang ala yaki-onigiri—teknik dari Jepang yang menciptakan lapisan luar yang renyah, dengan aroma bakar yang menggugah selera.
Chef Rina menjelaskan, ide ini muncul saat ia melihat bagaimana budaya Korea dan Jepang mampu mengemas kuliner tradisional mereka dalam bentuk modern, tanpa menghilangkan identitas aslinya.
“Kita bisa belajar dari mereka—bagaimana onigiri, kimchi, bahkan tteokbokki bisa menjadi ikon global. Mengapa lemper tidak?”
Dari Kelas Inovasi ke Dapur Komersial
Awalnya, ide lemper bakar ini hanya merupakan proyek tugas akhir dalam mata kuliah “Inovasi Kuliner Lintas Budaya” yang diajarkan oleh Chef Rina di The Sages. Namun antusiasme mahasiswa dan respon luar biasa saat diperkenalkan di ajang Food Startup Showcase membuatnya yakin untuk membawa resep ini ke skala yang lebih luas.
Kini, lemper bakar ayam gochujang tidak hanya menjadi materi pembelajaran, tetapi telah diproduksi dalam bentuk:
- Frozen food siap saji dengan kemasan modern
- Menu andalan dalam event catering kampus dan UMKM mitra
- Produk kolaboratif dengan komunitas kuliner lokal
Bahkan, tim kuliner The Sages tengah memproses hak paten dan desain kemasan untuk menjadikannya sebagai produk kuliner ekspor.
Cita Rasa Tradisional, Penyajian Modern
Apa yang membuat lemper bakar ayam gochujang istimewa?
- Rasa: Gochujang memberi sensasi pedas dan manis yang kuat, menyesuaikan selera generasi muda.
- Tekstur: Pemanggangan menciptakan sensasi renyah di luar namun tetap lembut dan kenyal di dalam.
- Tampilan: Lemper dikemas seperti sushi roll, disajikan dengan saus cocolan dan garnish modern ala Jepang.
- Nilai budaya: Mengangkat warisan lokal dalam tampilan global.
Kuliner sebagai Media Diplomasi Budaya
Menurut Chef Rina, makanan bisa menjadi media yang sangat kuat untuk diplomasi budaya. Ketika makanan tradisional bisa dikemas ulang dengan cara yang menarik, maka ia akan lebih mudah diterima oleh pasar luar negeri.
“Bayangkan jika lemper bakar ini suatu hari dijual di kafe Seoul, atau jadi menu fusion di restoran Tokyo. Kita tak hanya menjual rasa, tapi juga identitas budaya Indonesia.”
Inisiatif ini juga sejalan dengan program pemerintah dalam mendorong kuliner lokal sebagai aset ekonomi kreatif dan budaya unggulan.
Membangun Kesadaran Baru
Chef Rina dan timnya tidak hanya fokus pada produksi, tetapi juga edukasi. Mereka menyelenggarakan:
- Workshop pelestarian kuliner tradisional di kalangan pelajar
- Program kemitraan dengan UMKM makanan khas
- Kelas online untuk belajar kuliner lintas budaya berbasis bahan lokal
Penutup
Lemper Bakar Ayam Gochujang bukan sekadar inovasi makanan. Ia adalah simbol perlawanan terhadap punahnya kuliner tradisional, sebuah jembatan antara masa lalu dan masa depan. Chef Rina Agustina membuktikan bahwa makanan lokal tidak harus mati ditelan zaman, tapi bisa berevolusi dan beradaptasi tanpa kehilangan akar budayanya.
Dengan semangat kreatif dan cinta terhadap budaya, Indonesia bisa memiliki kuliner yang tidak hanya disukai di dalam negeri, tapi juga dihargai di panggung dunia.