Jakarta, 24 Juli 2025 — Menanggapi kebijakan Presiden AS Donald Trump yang menetapkan tarif impor tembaga sebesar 50% dari 1 Agustus 2025, PT Freeport Indonesia (PTFI) sedang mempertimbangkan opsi pengiriman tembaga ke Amerika Serikat. Keputusan itu muncul setelah perubahan tarif impor yang kini berada pada kisaran 19% sebagai hasil kesepakatan dagang baru antara Indonesia dan AS.
Kebijakan Tarif Impor AS terhadap Tembaga
Pemerintah AS melalui Presiden Trump menaikkan tarif impor tembaga hingga 50% mulai 1 Agustus, sebagai bagian dari strategi proteksionisme dan dukungan terhadap produsen domestik . Namun, dalam kesepakatan dagang bilateral—yang ditandatangani 22 Juli—AS akhirnya menurunkan tarif impor untuk produk dari Indonesia sebesar 19%, menggantikan ancaman kenaikan hingga 32% sebelumnya
Respon Freeport Indonesia
Direktur Utama PTFI, Tony Wenas, menyatakan bahwa hingga kini Freeport belum memiliki pengiriman tembaga langsung ke AS. Saat ini, mayoritas ekspor tembaga Indonesia—termasuk yang dihasilkan Freeport melalui smelter di Gresik—dikirim ke China, dengan hanya sebagian kecil ke negara Asia lainnya.
Menurut Tony, pemindahan pasar ekspor ke AS tidak semudah itu bukan hanya karena perbedaan tarif, tetapi juga mempertimbangkan logistik dan waktu pengiriman—ke AS bisa memakan waktu hingga 45 hari, sementara ke China hanya sekitar 7 hari.
Perubahan Strategi Ekspor Setelah Kesepakatan Dagang
Berkat kesepakatan dagang Indonesia–AS, peluang pengiriman tembaga ke AS kini lebih terbuka dengan tarif 19%. Tony Wenas menyebut pernyataan positif dari Trump mengenai kualitas tinggi tembaga Indonesia dan penurunan tarif sebagai hal yang “lebih baik daripada sebelumnya”.
Meski demikian, Freeport masih menunggu detail tarif final dan mekanisme ekspor sebelum mengambil keputusan strategis.
Hilirisasi Tembaga Indonesia
Sejak Januari 2025, Indonesia telah melarang ekspor konsentrat tembaga dan mendorong proses hilirisasi dalam negeri di smelter Gresik—kapasitas 1,7 juta ton konsentrat per tahun. Hal ini sesuai kebijakan hilirisasi yang mencakup pemrosesan hingga katoda tembaga. Smelter Gresik dioperasikan oleh Freeport bersama Amman Mineral, dengan target operasional penuh pada akhir 2025.
Analisis dan Implikasi
- Tarif impor 19% membuat ekspor tembaga ke AS lebih menarik daripada sebelumnya, tetapi masih kalah efisien dibandingkan pasar tradisional (China).
- Logistik pengiriman tetap menjadi hambatan utama dalam perubahan pola ekspor.
- Hilirisasi domestik meningkatkan nilai tambah produk dalam negeri dan mendukung pengembangan industri hilir seperti kabel dan baterai kendaraan listrik.
- Freeport berada dalam posisi strategis untuk merespons perubahan permintaan global, namun harus menunggu kejelasan tarif dan regulasi.
